NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:418
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Empat

“Aletha Waniwongso, dua piagam OSN Fisika nasional, tujuh mendali perlombaan akademik non-akademik sudah saya atas namakan”

Gadis itu menghela napas, menatap kotak trasparsan yang berisi barang yang telah disebutkan. Maniknya mengintai detail ukuran dan tulisan, tampak nyata atau justru kurang?

“Ijasah dan rangkap nilai?”

“Athena”

Gadis itu hanya diam, suara Avrem tampak samar. Bahkan seisi pikirannya telah dipenjara oleh kemarahan. Namun berbeda dengan tubuhnya yang berreaksi sebaliknya. Gadis itu tampak tenang dengan isi kepala yang berisik.

“Aku sudah cukup menunggu, atas keadilan yang sampai saat ini kalian sebut adil demi kepuasan budak negara?”

Gadis itu membuka tas hitam favoritenya, dengan sebuah obeng kecil diremangnya malam. Dia berharap malam ini akan jadi hari yang menguntungkan untuknya atau justru tidak? Bayangan hitam yang sejak awal sudah dia curigai mengikutinya kian membelah kesunyian. Sepasang sepatu hitam yang cukup familiar terlihat seperti, Khalil.

“Lo hampir bikin jantung gue berhenti berfungsi”

Ucapan datar yang justru membuat pria itu tertawa pelan. Menghiasi ketegangan malam tanpa rencana bagi Khalil, selebihnya memang sudah Aletha rencanakan sebelumnya.

“Lo nggak lupa ada cctv dibeberapa bagian termasuk ruangan ini kan?”

Aletha menatap nanar, seharusnya pria itu juga sudah tahu bahwa Aletha bisa mengakses semua cctv sekolah dari cerita yang sempat sengaja dia beberkan.

“Oke, gue cuman antisipasi, tapi ini emang nggak terlalu cepat ya? Kalo ini serial drama pasti lagi masuk ke prolog di episode satu”

“Kalo lo ngga bisa diem dan nggak bantuin gue buka ini, mending lo pulang”

Sejujurnya, ini kali pertama Khalil melakukan adegan dewasa. Ada pada kondisi menegangkan ditengah malam, disekolahnya sendiri. Membobol ruang kepala sekolah bukan seperti membobol bank negara yang akan berdambak dalam kesenjangan uang rakyat. Tapi ini jauh lebih mempertaruhkan nyawa pada sang pencipta, alias ini terlalu berresiko untuk anak yang baru menginjak tujuh belas tahun.

Aletha mendengus, seperti mengajak Khalil dalam rencana ini bukanlah pilihan yang tepat. Pria itu bahkan kelihatan lebih menyedihkan dari dirinya saat masih dipenjara. Bahkan membuka jendela dengan obeng saja tidak bisa.

“Biar gue atau kita mati sebelum tahu dimana berkas itu disembunyikan”

“Mustahil kalo cuman pake obeng mini kaya gini, kenapa sih ngga lewat pintu depan, kan lo udah matiin semua cctv nya”

“Otak lo ngga berfungsi untuk materi strategi lapangan?”

Mengalah bukan berarti kalah, pria itu melepas obeng saat gadis yang ada dihadapannya saat ini merebutnya. Picing mata mengintai dimana celah yang tepat agar jendela tebuka dengan sempurna tanpa dicurigai bekas bobolan.

Fokus pada pada obeng untuk membongkar komponen jendela, bukan untuk membuka paksa dengan cara mencongkel.

Dia tidak boleh meninggalkan jejak sedikitpun, termasuk bekas congkelan pada kayu jendela. Dia juga tidak bisa melepas engsel kupu-kupu untuk membongkar komponen jendelanya. Maniknya sejenak terpejam, hanya ada bekas jejak tangan yang usang, dan ganjalan yang dia yakini hanya sebuah gulungan kertas.

Aletha mendongak, menatap kaca yang gelap itu tidak berubah dari terakhir kali dia lihat. Bisa jadi jendela ini tertutup oleh sesuatu didalam sana, yang menyebabkan debu menumpuk dan hanya diganjal gulungan kertas. Gadis itu juga ingat betul saat terakhir masuk ke ruangan kepala sekolah. Sebagian dinding dipenuhi dengan lemari dan beberapa lukisan, hanya satu yang tersisa, jendela paling ujung searah dengan pintu kamar mandi diruangan itu.

Tanpa suara, Aletha beranjak meninggalkan tepat. Meninggalkan Khalil yang lantas mengikutinya dari belakang. Jarum jam meunjukkan tepat pada pukul sebelas lebih dua puluh menit, kemungkinan ada yang berkeliling sangatlah kecil, namun tak menutup kemungkinan ada.

“Kita kenapa pindah”

Tanpa banyak bicara, Aletha membuka jendela terujung. Harusnya ini lebih sulit dari kelihatannya, tapi ternyata tidak. Kemungkinan yang bisa Aletha pikirkan adalah, kenyataan kalau jendela ini jadi salah satu yang sering dibuka sebagai fentilasi alami, dan penjaga lupa menngaitkan kunci. Atau memang setiap hari dengan sengaja tidak dikunci.

“Wow”

Tatapan yang pantas Khalil berikan untuk Aletha, si gadis pembaca situasi, dan tempat yang handal. Tapi, kenapa dia tahu, letak jendela yang mudah dibuka jika dia bukan bekas murid disini? Atau sebelumnya dia memang pernah datang?

Aletha memasukkan obeng itu kembali kedalam tas sebelum bergerak dan meninggalan Khalil dengan usahanya sendiri. Hanya hawa dingin yang sama yang bisa dia rasakan. Susunan foto kepala sekolah setiap periode dan struktur tata letak sama persis dari terakhir dia datang.

“Al, lo yakin disini?”

“Revano tuh ketua OSIS, dia tahu betul dimana berkas penting sekolah”

“Iya kalo berkas penting yang dia bicarain itu beneran bisa ditaruh disini, kalau engga?”

“Pergi aja sana” ucapnya datar.

Khalil menghela napas. Dia harusnya tidak banyak bicara saat ketegangan baru saja dimulai. Mengikuti Aletha yang mulai mengeledah isi ruangan, berusaha dengan tanpa suara. Sorot senter yang terlihat membuat suasana semakin kalut. Kemungkinan kecil yang sempat Aletha pikirkan terjadi, ada orang yang berkeliling. Pria itu menarik tubuh Aletha pada tempat yang paling mudah mereka jangkau. Bawah meja kepala sekolah. Sepasang mata tajam penuh tusukan dingin berhadapan dengan tatapan lugu si juara sekolah. Sisa napas yang ada hanya untuk bertahan hidup dan harapan agar tidak ketahuan.

“Jangan banyak bicara”

“Jangan bergerak”

Khalil memejamkan mata, memegang erat tangan Aletha yang belum sempat dia lepaskan semenjak menyeretnya. Kalau sampai semua ketahuan, hanya satu yang jadi saksi untuknya, dikeluarkan dan dicabut semua prestasi yang sudah dia usahakan selama ini.

Khalil Gibran dalam bahaya.

“Kita harus keluar sebelum subuh”

Khalil mengangguk, membuka matanya tepat dihadapan Aletha. Manik yang tidak pernah dia anggap sebagai tatapan ketakutan, hanya misteri yang belum terpecahkan saja sampai sekarang.

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!