Istri Culun Badboy Tengil

Suasana lapangan SMA Bintang Alam begitu ramai. Hari ini tepat hari kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti biasa, setiap tahun sekolah akan mengadakan acara perlombaan yang begitu meriah.

"Bodoh! Buruan lama lo!"

"Hahaha!"

Suara gelak tawa terdengar begitu ricuh saat menyaksikan Juan yang begitu lucu. Saat ini pria itu menjadi perwakilan kelas, mengikuti lomba balap karung memakai helm. Bukannya maju pria itu malah terus terjatuh, hingga membuat Nathan gereget dan malah membantunya dengan mengguling-gulingkan tubuhnya.

Banyak perlombaan lain yang mereka ikuti. Seperti sekarang, Elang dan yang lainnya sedang mengikuti lomba estafet tepung terigu.

"Goblok, baju gue kotor! Gatel nih!" sentak Elang kesel.

Baju olahraganya sudah penuh dengan tepung. Karena Juan yang berada di depannya mengoper dengan buru-buru, bukannya menjatuhkan ke wadah. Tapi, malah menjatuhkan ke bawah dan sedikit melempar.

"Sorry, Lang."

"Pulang sekolah abis lo di cincang jadi bakwan!" ledek Nathan yang tepat berada di belakang Elang.

"Mantep, Nat!" sahut Aldo si duta bakwan.

Setelah puas tertawa, Nathan kembali mengoper tepungnya ke belakang. Sambil meledek Juan yang masih melirik ke belakang, menatapnya tajam.

Sontak Nathan membalikkan tubuhnya saat merasakan pundaknya di tepuk. Matanya membulat sempurna melihat wajah tampan Raka yang sudah di penuhi tepung.

"OMG!" siswi yang menonton sampai terkejut.

"Ka, gue gak sengaja sumpah!" Nathan terlihat panik dan mencoba membersihkan wajahnya menggunakan sapu tangannya.

"Mampus! Lo bangunin macan yang lagi tidur!"

"Kali ini bukan di jadiin bakwan lagi sih, mungkin jadi abu!"

Temannya terus menakut-nakuti yang membuat Nathan panas dingin. Raka, si kutub utara itu paling gak suka di usik. Ada yang menyenggolnya sedikitpun langsung keluar aura iblisnya.

"Ngapain marah? Kan lagi lomba. It's okay, have fun," ucap Raka santai.

Kaget? Tentu saja kaget, pria itu sama sekali tidak marah. "Lo kesambet apaan?!"

Raka hanya mengangkat alisnya dengan wajah cool. Sesekali ia melirik ke arah kerumunan dan tersenyum samar. Yang bahkan teman-temannya pun tidak sadar. Gila, apakah si kutub itu sudah memiliki pawang? Siapa gadis yang berhasil meluluhkannya?

Menjelang sore hari, perlombaan masih berlanjut. Kali ini pasukan inti Black Demon bukan menjadi peserta, melainkan menjadi penonton. Menonton lomba jalan bakiak yang berisi 3 anggota, dan salah satunya terdapat Kia di sana. Gadis itu terus di paksa untuk menjadi perwakilan kelas.

"Culun, cepetan! Lelet lo!" Kia yang posisinya di depan terus saja di buru-buru.

Ia sangat kesusahan karena tubuhnya yang mungil harus memandu jalan, sedangkan kedua temannya di belakang badannya lumayan gemuk. Tentu Kia kewalahan, mungkin punggung kakinya sudah memerah sekarang. Karena terus memaksa melangkah, mengangkat bakiak yang sangat berat.

"Ahk!"

Kia terjatuh ke depan, lututnya terbentur keras ke aspal. Karena terus di paksa membuat tali bakiaknya terputus sehingga membuatnya jatuh.

Elang yang melihat itu berniat menghampirinya. Namun, kalah cepat dengan Juan. Tangannya terkepal saat melihat Juan dengan lancang menggendong tubuh istrinya, dan membawanya menuju uks.

"Shhtt, sakit ..." Kia meringis pelan sambil memejamkan matanya.

Saat ini Juan dengan telaten sedang mengobati lututnya yang berdarah dan punggung kakinya yang lecet.

"Kekencengan ya? Sorry," ucapnya tak enak.

Kia hanya tersenyum tipis sambil menggeleng pelan.

"Tahan ya, bentar lagi."

Di luar sana diam-diam ada yang memperhatikan mereka. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras dan tangannya tentu terkepal erat.

"Pulang sama gue aja ya?" tawar Juan tak tega melihat gadis itu jalan ke kelas dengan sedikit tertatih.

"Gak usah, makasih. Aku naik bis aja," tolak Kia lembut sambil tersenyum manis.

"Gue gak bakal apa-apain kok, tenang aja," Juan masih membujuk Kia yang sedang membereskan barang-barangnya ke tas.

"Modus!" sahut Bima yang tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Bohong jangan percaya! Yang ada balik-balik lo dah ga perawan!" timpal Aldo.

"Cowo kebelet kawin lo deketin! Kambing aja di embat sama dia!" Juan melototkan matanya mendengar ucapan Nathan.

"Sembarangan lo kalau ngomong!"

Kia masih kekeh ingin naik bus. Dan akhirnya Juan pun mengalah. Kini kelas sudah lumayan sepi karena waktunya pulang, perlombaan akan di lanjut besok lagi. Termasuk Kia sudah pergi meninggalkan kelas.

"Si bos kemana?" tanya Juan sambil celingak-celinguk mencari Elang.

"Gak tau pergi kemana, mukanya kelihatan bete banget."

Sedangkan di rooftop sekolah. Elang sedang berdiri di pinggir tembok pembatas sambil menghisap rokok. Wajahnya datar dan terlihat kekesalan yang tersirat di matanya. Bahkan baru beberapa menit ia sudah menghabiskan sebungkus rokok.

"Argh, lo sebenernya siapa! Selama ini gue susah buka hati! Dan dengan mudahnya gue tertarik sama lo!" teriaknya frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

Hari semakin sore, sekolah sudah sepi hanya tersisa beberapa anggota osis. Sedangkan di sebuah halte bis yang tak jauh dari sekolah. Kia masih duduk diam menunggu bis yang tak kunjung datang. Karena merasakan sakit pada kakinya, membuatnya memilih tak langsung pulang dan beristirahat di perpustakaan.

Dan sekarang malah membuatnya kesusahan mencari bis, karena waktu sudah lumayan sore.

Tin!

Kia yang sedang menunduk meniup pelan luka di lututnya. Sontak langsung mendongak saat mendengar suara klakson motor di depannya.

"Naik!" titah Elang datar tanpa menoleh.

"Hah?!"

"Naik atau gue tinggal?!"

Kia yang sudah lelah ingin pulang. Akhirnya ia pun memilih ikut bersama suaminya. Lagian sedikit kemungkinan bakal ada bis di jam segini.

Elang tanpa mengucapkan sepatah katapun, langsung menancap gas nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Selama perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka. Kia tak berani mengajaknya berbicara karena terlihat dari raut wajah suaminya seperti sedang badmood.

Setelah sampai di apartemen, Kia duduk di sofa sambil meringis pelan melihat lukanya.

"Luka gitu doang, lebay lo!"

"Lo gak usah ganjen deh jadi cewe! Jijik gue liatnya!"

Bruk!

Elang melemparkan tasnya sembarangan. Lalu berjalan masuk ke dalam kamar dengan wajah datar. Membuat Kia yang melihat itu mengerutkan keningnya. Tak mengerti apa yang pria itu katakan. Namun, beberapa detik kemudian. Senyuman miring mengembang dari sudut bibirnya.

'Bagus, masuk perangkap.'

Kening Kia mengernyit saat melihat sesuatu di bawah kolong meja. Ia menunduk dan meraihnya. Terlihat sebuah kalung perak dengan liontin tengkorak, yang sudah pasti milik suaminya. Kia langsung memasukkannya ke dalam tas Elang. Sambil sesekali tersenyum penuh arti.

...***...

Selamat hari kemerdekaan🇮🇩 HUT RI 80🇮🇩🇮🇩 Gimana di kalian seru gak nih? Ikutan lomba apa aja?