Karena kesulitan ekonomi membuat Rustini pergi ke kota untuk bekerja sebagai pembantu, tapi dia merasa heran karena ternyata setelah datang ke kota dia diharuskan menikah secara siri dengan majikannya.
Dia lebih heran lagi karena tugasnya adalah menyusui bayi, padahal dia masih gadis dan belum pernah melahirkan.
"Gaji yang akan kamu dapatkan bisa tiga kali lipat dari biasanya, asal kamu mau menandatangani perjanjian yang sudah saya buat." Jarwo melemparkan map berisikan perjanjian kepada Rustini.
"Jadi pembantu saja harus menandatangani surat perjanjian segala ya, Tuan?"
Perjanjian apa yang sebenarnya dituliskan oleh Jarwo?
Bayi apa sebenarnya yang harus disusui oleh Rustini?
Gas baca, jangan lupa follow Mak Othor agar tak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Bab 15
Jika ditanya apakah Jarwo mencintai Rustini, tentu saja jawabannya tidak. Karena pertemuannya dengan Rustini itu baru saja sebentar, tetapi jika ditanya nyaman atau tidak, dia merasa sangat nyaman saat berada di dekat Rustini.
Jarwo merasa menemukan sosok Ratih saat pertama kali dia bertemu dengan wanita itu, wanita yang lembut dan penurut. Hanya saja ada bedanya, Ratih dulu begitu suka belanja dan suka uang.
Wanita itu terkesan begitu berkuasa dengan uang, ingin mengatur semua keuangannya. Namun, walaupun seperti itu, dulu Ratih sangat menghargai Jarwo. Dia sangat memuja pria itu.
Berbeda dengan Rustini, wanita itu seperti wanita yang pasrah saja dengan uang, jika Rustini ada pada posisi Ratih, Jarwo yakin kalau wanita itu akan mendukung dirinya tentang keuangan. Bukan menguasai seperti Ratih.
"Kamu suka sama Tini?"
Jarwo senang juga mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Ratih, apalagi saat melihat raut kecemburuan dari Ratih. Jarwo suka, ini pertama kalinya dia melihat kembali raut cemburu istrinya itu.
"Suka dong, suka sama cara kerjanya. Kamu liat sendiri kalau uang yang dihasilkan oleh tuyul yang disusui oleh Tini paling banyak, puas kamu kan' dengan uangnya?"
"Puas sih, jadi... Kamu membelikan baju untuk Tini karena tuyul yang disusui oleh Tini menghasilkan banyak uang?"
Jarwo menjawil dagu istrinya, lalu dia menunduk dan mengecup bibir istrinya. Ratih diam dan memperhatikan wajah suaminya itu.
"Anggap saja ini sebagai bonus untuk Tini, lagipula wanita itu sangat penurut. Bajunya juga jelek-jelek, kalau perlu besok beliin sabun sama parfum yang baru. Biar tuyul kesayangan kita makin rajin nyari duitnya karena dikasih Ibu susu yang cantik dan wangi."
"Kamu tuh udah kayak di zaman kerajaan, minta ratu untuk melayani selir."
Jarwo tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya. "Jangan cemburu, aku hanya memberikan bonus kepada Tini. Bukan memberikan hatiku untuknya, selama kamu setia sama aku, cinta aku cuma untuk kamu."
"Hem! Udah sana mandi, aku akan memberikannya kepada Tini."
"Ya," ujar Jarwo yang langsung pergi menuju kamarnya.
Pria itu berjalan sambil bersiul, seperti orang yang begitu senang sekali. Ratih sebenarnya merasa heran dengan sikap Jarwo, tetapi dia sudah tidak ingin mempermasalahkan hal itu lagi.
Wanita itu melangkahkan kakinya menuju kamar Rustini, setibanya di sana dia langsung memberikan bungkusan besar yang diberikan oleh Jarwo untuk wanita itu.
"Apa ini, Nyonya?"
"Baju baru untuk kamu, dipake."
Wajah Rustini berbinar mendengar apa yang dikatakan oleh Ratih, dia tidak menyangka kalau dirinya akan benar-benar dibelikan baju baru. Rustini langsung mengintip baju baru tersebut, hatinya berbunga-bunga.
"Bagus sekali, Nyonya. Padahal kalau diberikan baju bekas Nyonya saja saya mau loh, nggak usah dikasih yang baru juga saya udah bahagia banget."
Ratih menyikapi apa yang dikatakan oleh Rustini dengan baik, pikirnya wanita itu mungkin tidak enak hati karena dibelikan baju baru. Namun, masalahnya baju miliknya semuanya merupakan baju yang sangat seksi, rasanya tidak mungkin memberikan baju bekas pakainya kepada wanita itu.
Ratih sempat memperhatikan bentuk tubuh Rustini dari atas kepala sampai ujung kaki, bodi Rustini ternyata sangat aduhai. Dada besar, bokong berisi, perut rata dan kaki yang jenjang.
Jika Rustini memakai baju bekas miliknya, pasti bodi wanita itu akan terlihat lebih indah lagi. Ratih tidak mau kalau suaminya sampai tergoda oleh bentuk tubuh Rustini, padahal nyatanya Jarwo memang sudah kecanduan dengan tubuh wanita itu.
"Pakai saja bajunya, aku tak mungkin memberikan baju bekas kepada Ibu susu untuk anakku."
"Iya, Nyonya. Makasih banyak," ujar Rustini senang.
"Sama-sama," jawab Ratih sambil berlalu dari kamar Rustini.
Selepas kepergian wanita itu Rustini langsung mengeluarkan semua baju yang ada dalam bungkusan besar itu, bajunya cantik-cantik walaupun tertutup.
Saat dia mencobanya, sangat pas di badannya. Ada juga daster untuk tidur. Namun, daster dengan panjang hanya setengah paha saja.
"Ya ampun, ini seksi sekali."
Rustini tersenyum-senyum saat mencoba baju itu, dia teringat akan Jarwo yang mungkin menginginkan dirinya memakai baju untuk ketika bersama dengan Jarwo. Rustini terus mencoba semua baju yang diberikan oleh Jarwo, hingga tidak lama kemudian dia melihat tas kecil di antara baju-baju yang diberikan oleh Jarwo.
"Dia manis sekali, sampai membelikan tas. Eh? Kok berat?"
Saat mengangkat tas kecil itu, Rustini merasa kalau tas itu cukup berat. Dengan rasa penasaran yang tinggi wanita itu membuka tas tersebut, mulut Rustini langsung terbuka dengan begitu lebar.
Rustini begitu kaget dengan apa yang ada di dalam tas tersebut, sungguh dia tidak menyangka akan mendapatkan barang itu dari Jarwo. Bagaimana dia tidak senang kalau ternyata di dalam tas itu ada kalung dan juga gelang emas.
"Ya ampun, tuan Jarwo benar-benar sangat baik."
Rustini memakai kalung itu, dia juga memakai gelang yang diberikan oleh Jarwo. Lalu, Rustini berlenggak-lenggok di depan cermin sambil memperhatikan emas yang diberikan oleh pria itu.
"Tini, sepertinya mulai saat ini kamu harus menjadi wanita yang patuh. Karena jika kamu patuh, bukan hanya uang dan juga emas yang akan kamu dapatkan, tetapi kamu akan mendapatkan segalanya."
Rustini mulai berpikir untuk meminta banyak hal dari Jarwo, mungkin dia akan meminta alat-alat kecantikan, atau mungkin dia akan lebih berani dengan meminta rumah dan juga tanah.
"Ya, aku di sini bertaruh nyawa. Aku tidak boleh rugi dengan hanya diberikan sedikit uang saja," ujar Rustini.
Di lain tempat.
Juragan Bahar memang sudah mendapatkan uang dan juga harta benda milik Sardi, tetapi dia merasa masih saja kesal karena itu artinya dia tidak bisa mendapatkan Rustini. Padahal, dia sudah bercita-cita akan menjadikan wanita itu sebagai istri sirinya.
Dia bahkan berencana ingin memiliki anak dari wanita itu, karena anak yang dilahirkan oleh istri pertamanya memiliki sindrom down. Sindrom down adalah kelainan genetik yang cukup sering terjadi, hal ini merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
Jika diberikan dukungan dan penanganan yang tepat serta perhatian yang maksimal, penderitanya dapat hidup dengan sehat, mampu menjalani aktivitasnya secara mandiri hingga mereka bisa hidup secara bahagia.
Anak Juragan Bahar memang sudah berusia 10 tahun, tetapi tingkahnya seperti anak 2 tahun. Walaupun awalnya dia ingin menjadikan Rustini sebagai pemuas napsu, tetapi setelah mengingat keadaan anaknya yang seperti itu, dia berubah pikiran.
Apalagi melihat wajah Rustini yang cantik, melihat bodi wanita itu yang aduhai, juragan Bahar yakin jika dia menghamili Rustini, maka anak yang dilahirkan oleh wanita itu akan sangat cantik atau tampan.
"Sial! Aku harus mencari Tini, aku harus mendapatkan dia. Tak boleh aku lepaskan wanita yang begitu sempurna seperti Tini," ujar Juragan Bahar yang masih saja tidak terima mengingat Rustini pergi begitu saja dari kampung halamannya.
Mak Reader mau lihat gimana perjuangan mu dulu Jarwo