Di suatu kampung yang masih asri disana jauh dari hiruk pikuk nya keramaian.
Di sana sangat Damai tidak ada yang namanya keberisikan yang di timbulkan oleh kendaraan dan lainnya
Namun kedamaian itu hilang tergantikan oleh teror mengerikan suasana Damai itu hilang bak terlelan alam.. Akan kan orang-orang yang ada di sana bertahan untuk melewati teror itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-15. Percaya Akan Kodratnya
"Cling!... " Setelah memberikan nasehat nya kepada Abah Kohar Aki Maung menghilang dari hadapan Abah, sekarang hanya ada Abah di ruangan itu dia termenung sendirian nasehat dari Aki Maung terus terdengar di kepadanya.. Ya, benar kata Aki Maung, bahwa Abah harus percaya akan kodratnya nya dan Abah harus yakin atas kuasanya. Selagi Abah terus berpasrah diri dan terus meminta pertolongan nya, Abah yakin Abah pasti akan dilindungi dari semua hal yang akan menyakitinya.
"Nuhun Aki, Aki daek ngahaja ngadatangan Abah ngan saukur mere patuah ka Abah, jeung nuhun Aki, Aki geus nyadarkeun Abah tina pikiran anu herin kawas kieu. " (Terimakasih Aki, Aki dengan sengaja mendatangi Abah hanya sekedar untuk menasehati Abah, dan terimakasih Aki, Aki sudah menyadarkan Abah dari pikiran yang sempit seperti ini.) Ujar Abah bergumam sendiri, dan Abah yakin bahwa Ki Maung akan mendengar nya meski dia sudah tak berada di hadapan nya.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kediaman Pak Sudirman. Dia terlihat sibuk menelepon kesana kemari menghubungi semua rekan bisnis nya, dia mengajak semuanya untuk mengadakan rapat dadakan untuk membahas tentang pembagunan di kampung Legok.
"Halo Pak Yahya, " ujar Pak Sudirman kepada orang di sebrang telpon sana.
"Halo Pak Sudirman, ada apa ya larut malam begini menelpon saya? Ujar Pak Yahya bertanya.
" Begini Pak Yahya... " Pak Sudirman pun menceritakan apa tujuan nya dia menelpon tengah malam begini, dan Pak Yahya pun setuju dengan apa yang di bicarakan oleh Pak Sudirman. Karna kalau boleh jujur.... Sebenarnya Pak Yahya juga mendapatkan Teror itu, bahkan anak Pak Yahya ada yang sampai di rawat di rumah sakit. Dan betapa terkejutnya Pak Yahya, karna setelah di bawa ke rumah sakit dan di periksa secara menyeluruh anak nya Pak Yahya tidak menderita sakit apapun. Dokter hanya mengatakan jiga anaknya Pak Yahya hanya kurang tidur saja.
"Baik, Pak Sudirman.. saya akan mengikuti semua yang bapak ucapkan, sekarang kita hanya perlu menghubungi rekan kita yang lain nya. " Ujar Pak Yahya.
Pak Sudirman mematikan sambungan telepon itu dan dia terus menelpon rekan bisnisnya hingga semua selesai di telpon oleh nya.
"Melelahkan sekali, kalo saja mahluk sialan itu tidak datang mengganggu ku dan yang lain nya mana mau aku kerepotan seperti ini. Awas saja mahluk sialan tunggu pembalasan ku, dan rasakan lah nanti pembalasan ku padamu. " Ujar pak Sudirman berbicara sendiri.
"kreeettt.... "
"Praang... Praang... " Terdengar suara pintu terbuka dan di susul suara-suara piring pecah dari arah dapur rumah Pak Sudirman.
"Kurang ajar... Kalian pikir aku takut pada kalian?" Ujar pak Sudirman.
Pak Sudirman pun bergegas ke dapur karna suara berisik itu tak kunjung berhenti, saat memasuki dapur berapa terkejut nya Pak Sudirman... Dapur nya, barang-barang di dapur itu, habis tak tersisa. Yang ada di sana hanya serpihan kaca yang berserakan bahkan lemari pun ikut hancur berkeping-keping juga.
"Aaarrrh.... " Teriak Pak Sudirman menggema di ruangan itu.
"Berhenti mahluk sialan, kalian jangan merusak rumah ku, " ujar Pak Sudirman kembali berteriak.
Mak said:Hello... jangan rusak rumah ku katanya, emang kamu punya rumah gitu?
Miris sekali... Pak Sudirman meng teriaki mahluk itu meminta mereka agar tidak merusak rumah nya, terus apa kabar dengan dirinya yang merusak rumah para mahluk itu? .
BERSBUNG...
dasar Lurah gebleg/Hammer/
manehna ngadat imahna aya nu ngacak², tapi manehna teu sadar, manehna nage gs ngacak² leuweung tempang cicing sagala makhluk..
kop tah ririwa, demit leuweung, jurig jarian coba pangnakolkn Pak Lurah. kira² teu bisaeun hudang weh menang saminggu mah/Hammer/
masa sesama setan takut/Tongue/
coba salah sahiji nu jadi tumbal teh jalma diluhurna atuh, ulah nu kuli wae. asa sedih nujadi anak pamajikan na..