Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 PPYD
Kamila berlari menuju taman rumah sakit. Akhirnya dia pun menangis di sana sendirian. Ucapan Alesha memang begitu menyakitkan untuk di dengar, tapi entah kenapa Kamila belum bisa menyayangi Alesha.
"Lihatlah Mas, ini semua gara-gara kamu. Seharusnya kamu yang tersiksa tapi karena aku tidak bisa membuatmu tersiksa makanya aku melampiaskannya kepada putrimu sendiri," batin Mama Kamila.
Sementara itu di sekolah, Edgar tampak bingung karena Alesha tidak terlihat masuk sekolah hari itu. "Alesha ke mana, kok gak masuk sekolah?" batin Edgar.
Jovanka melihat Edgar yang celingukan dan dia tahu jika Edgar pasti sedang mencari Alesha. Jovanka pun memutuskan untuk menghampiri Edgar. "Hai, Edgar! kamu lagi cari siapa sih? aku ada di sini loh," ucap Jovanka dengan centilnya.
Seketika tawa Wili pecah membuat Jovanka kesal. "Percaya diri sekali kamu, memangnya kamu pikir Edgar sedang mencari kamu!" ledek Wili dengan tawanya.
"Apaan sih, main nyamber aja," kesal Jovanka.
Tidak lama kemudian, terlihat Grace masuk ke dalam kelas.
"Grace, kamu lihat Alesha?" teriak Edgar.
"Enggak, memangnya dia belum datang?" tanya Grace.
"Belum, biasanya jam segini dia sudah datang," sahut Edgar.
Jovanka semakin kesal. "Edgar, kenapa sih kamu cuek banget sama aku? padahal jelas-jelas aku unggul segala-galanya dibandingkan si Alesha itu. Dia cuma karyawan kedai, masa kamu suka sama anak miskin, bau, kaya dia!" teriak Jovanka.
"Jaga ucapan kamu, atau kamu akan menyesal," ucap Edgar sembari mencengkram lengan Alesha.
Jovanka berusaha melepaskan tangannya. "Lepaskan Edgar, sakit," keluh Jovanka.
Edgar pun menghempaskan tangan Jovanka. "Sekali lagi kamu hina Alesha, kamu akan berhadapan denganku," ancam Edgar.
Edgar pun memilih keluar dari kelas, diikuti oleh Wili. "Ih, menyebalkan sekali. Ini semua gara-gara gadis miskin itu," geram Jovanka.
Grace mendelikan matanya. "Apaan sih, kok malah nyalahin Alesha sih? dasar, cewek stres," batin Grace dengan kesalnya.
Edgar pun menyuruh pengawalnya untuk mencari tahu mengenai Alesha. Dia benar-benar sangat khawatir dengan kondisi Alesha, jika Alesha mau dia bisa laporkan kelakuan Mamanya ke polisi tapi Alesha melarangnya. Masalah yang dialami Alesha tidak sesederhana yang orang-orang pikirkan.
Alesha memang sudah tidak tahan tinggal bersama Mamanya tapi Alesha tidak bisa berbuat apa-apa. Bagi anak yang baru masuk SMA, apa yang bisa diharapkan? kabur itu butuh biaya, kalau Alesha kabur itu artinya sama saja dengan bunuh diri. Lulusan sarjana saja masih banyak yang nganggur, apalagi Alesha remaja yang tidak punya keahlian apa-apa.
Siang itu Alesha merasa sangat bosan sendirian, dia pun turun dari ranjang dan mendorong tiang infus lalu berjalan perlahan ke luar ruangan. Dia ingin menghirup udara segar. "Aku ingin pulang," batin Alesha dengan terus berjalan.
Alesha berjalan setengah melamun, hingga tiba-tiba dia bertabrakan dengan seseorang.
"Astaga, maaf Nak, saya tidak sengaja," ucap Mommy Raina.
"Ah, tidak apa-apa Tante, aku juga salah tidak hati-hati," sahut Alesha.
Raina memperhatikan Alesha, keduanya saling tatap satu sama lain. Alesha merasakan ada yang beda saat melihat kedua mata teduh milik Raina. Begitu pun dengan Raina yang merasa ada sebuah ikatan yang membuat dia tidak mau memalingkan pandangannya dari Alesha.
"Maaf Tante, kalau begitu aku pergi dulu," izin Alesha dengan senyumannya.
"Tunggu Nak! nama kamu siapa?" tanya Mommy Raina.
"Alesha, Tante," sahut Alesha.
"Kamu sakit apa?" tanya Mommy Raina penasaran.
"Tidak apa-apa kok Tante, hanya sakit biasa saja," sahut Alesha.
"Nyonya Raina, dokter sudah menunggu!" seorang Suster memanggil Raina.
"Ah iya, Nak kalau begitu Tante duluan. Semoga kamu lekas sembuh," ucap Mommy Raina sembari mengelus kepala Alesha.
Seketika jantung Alesha berdetak tak karuan dan dia pun mematung mendapat perlakuan seperti itu. Baru kali ini ada wanita yang mengelus kepalanya dan itu rasanya sangat bahagia. Mata Alesha sampai berkaca-kaca saking bahagianya.
"Ya, Allah jadi begini rasanya dielus oleh seorang Mama? seandainya Mama Kamila yang melakukannya, mungkin aku akan sangat bahagia," batin Alesha.
Alesha pun memperhatikan Raina sampai Raina menghilang di balik lorong. Alesha kembali membalikan tubuhnya dan lanjut berjalan menuju taman rumah sakit. Alesha tidak tahu jika Raina adalah ibu kandungnya.
Tidak jauh berbeda dengan Alesha, Raina pun mengalami hal yang sama. "Siapa anak itu? kenapa aku merasa senang bertemu dengan anak itu?" batin Mommy Raina.
Alesha duduk sendirian di kursi taman rumah sakit, bahkan Kamila belum kembali lagi ke rumah sakit. Hingga beberapa saat kemudian, Raina pun selesai diperiksa dan memutuskan untuk pulang. Pada saat dia hendak keluar, dia tidak sengaja melihat Alesha kembali sedang duduk merenung sendirian.
"Itu bukanya anak yang tadi bertabrakan denganku? sepertinya anak itu banyak masalah," batin Mommy Raina.
Hati Raina ingin sekali menghampiri Alesha, entah kenapa dia ingin mengenal lebih dekat lagi dengan anak itu. "Kamu tunggu di sini saja, saya mau menemui seseorang dulu," ucap Mommy Raina.
"Baik, Nyonya," sahut Sopir pribadinya.
Raina pun dengan cepat menghampiri Alesha. "Hallo!" sapa Mommy Raina.
"Tante."
"Boleh Tante duduk?" seru Mommy Raina.
"Boleh, silakan Tante."
"Keluarga kamu mana? kok gak ada yang nemenin?" tanya Mommy Raina.
"Mama mungkin lagi jemput adik aku sekolah," sahut Alesha.
"Papa kamu?" tanya Mommy Raina.
"Papa aku sudah meninggal, Tante," sahut Alesha.
"Inalillahi, maaf Tante turut berduka cita," ucap Mommy Raina.
"Iya, Tante. Sebenarnya yang meninggal itu Papa sambungku, sedangkan Papa kandungku tidak tahu masih hidup atau tidak," sahut Alesha menunduk.
"Loh, kok bisa kamu tidak tahu?"
"Karena Mama tidak pernah memberitahuku, Tante. Jika aku bertanya masalah Papa, Mama pasti akan marah besar," sahut Alesha.
Raina tampak sedih melihat Alesha. Ada sedikit rasa ngilu di hatinya mendengar cerita Alesha dan Raina tidak tahu kenapa dia bisa merasakan hal itu. Tiba-tiba ponsel Raina berdering dan tertera nama Jovanka di sana.
"Sebentar ya Nak, Tante angkat telepon dulu," ucap Mommy Raina.
Alesha mengangguk sembari tersenyum. Raina sedikit menjauh dan Alesha hanya bisa diam saja sembari memperhatikan punggung Raina. Perasaan ingin memeluk Raina sangat kuat, tapi Alesha cepat-cepat membuang perasaan aneh itu.
"Ya, Allah kenapa aku punya pikiran seperti itu," batin Alesha.
Raina pun selesai dan kembali menghampiri Alesha. "Alesha, Tante pamit dulu ya. Semoga kamu lekas sembuh dan kita bisa bertemu kembali," ucap Mommy Raina.
"Iya, terima kasih Tante," sahut Alesha dengan senyumannya.
Raina pun pamit, lagi-lagi Alesha merasa sangat sedih. Entah kenapa dia tidak rela Raina pergi.
"Beruntung sekali anaknya Tante Raina, mempunyai Mama baik dan sepertinya penyayang sekali," batin Alesha.
