NovelToon NovelToon
Jodoh Ke-2 Penyempurna Hidup

Jodoh Ke-2 Penyempurna Hidup

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Mutiah Azzqa

Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.

Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Aris pulang ke rumah dengan rasa lelah yang tak biasa, campur aduk, semrawut, tidak bisa digambarkan dengan apapun hanya bisa di rasakannya sendiri dan tentu Allah yang maha mengetahui. Ini pasti karena efek dari pertemuan beruntun dirinya dengan Mia dari mulai di supermarket, di rumah Mia dan terakhir di kantor dengan semua kenyataan yang sudah jelas sekarang.

Ada rasa lega karena sudah mengungkapkan semua isi hati yang dulu pernah ada untuk Mia, rasa yang begitu kuat, besar dan dalam, dan sekarang sudah seharusnya dicabut dari hati sampai ke akarnya karena kalau masih dipelihara akan berbahaya bisa merusak tatanan rumah tangganya dan juga rumah tangga Mia, anehnya rasa kagum di dalam hatinya ketika bertemu Mia kembali, itu masih terasa sama seperti yang dulu, saat Ia dan Mia masih remaja berseragam putih abu-abu.

Lalu Ada rasa kecewa dan marah kenapa ada pertemuan kembali dengan Mia setelah puluhan tahun berlalu yang sudah mengubah banyak keadaan, tidak sama lagi, selama itu Ia tidak pernah bertemu Mia sekalipun walaupun dengan bayangannya seperti kami hidup di belahan bumi yang tak sama, tapi tiba-tiba sekarang semesta mempertemukan kami kembali hampir tidak berjeda dan menampilkan kenyataan tentang kehidupan kami masing-masing yang sudah punya pasangan hidup dan bahkan Mia sudah punya anak-anak yang beranjak remaja. Ya Tuhan..apa maksudnya semua ini?

Kemudian ada rasa sesal yang begitu menyesakkan dadanya, karena ia tak mengambil langkah yang tepat untuk menyampaikan perasaannya, Ia terlalu penakut, tak punya nyali dan mungkin pengecut. Surat-surat cintanya tak tersampaikan, dan surat penolakan Mia kepadanya adalah suatu kebohongan.

Bodohnya Aris yang mudah percaya begitu saja kepada orang lain.

Walau dulu Ia dan Mia sering saling melempar senyum setiap kali bertemu, nyatanya tak membuat Mia mengingat dan mengenalinya sama sekali karena mungkin dirinya yang tak terlihat di mata Mia, dianggap angin lalu seperti lalu lalang orang-orang lain pada umumnya tanpa ada kesan apa-apa, berbanding terbalik dengan kesan yang dirasakannya. Mia membalas senyumnya hanya karena sikapnya yang ramah dan sopan kepada siapapun, mungkin dirinya saja yang merasa terlalu percaya diri. Huft..

Tapi andai surat-surat itu sampai ke tangan Mia dan tahu tentang perasaannya, tetap saja Mia tak mau menjadi pacarnya karena prinsip hidupnya yang tak mau berpacaran, mungkin hanya dibalas dengan pertemanan, tapi itu jauh lebih baik, karena bisa saja dari pertemanan, lalu merasa nyaman dan semakin dekat dan akhirnya bisa saja menjalin hubungan serius, bernama pernikahan.

Hah..kenapa Aris merasa seperti orang tidak waras begini, Astaghfirullah..Ya Allah.. tidak boleh menyesali, apalagi menyalahkan takdir Tuhan.

Sekarang Ia tahu Mia bekerja sudah sepuluh tahun di PT. Terlaksana Sukses Abadi (TSA) yang merupakan anak perusahaan dari Pratama's Group dimana dirinya sebagai Presdir/Direktur Utama dan Ayahnya Adi Surya Pratama sebagai Komisaris. Aris bekerja selalu dari kantor Pratama's Group sebagai kantor pusat/ Head Office (HO), dan baru kali ini ia mengunjungi TSA setelah satu tahun diambil alih olehnya.

Lalu rencana untuk ngantor dua minggu di TSA apakah tetap dilakukan sesuai awal rencananya, atau harus berubah setelah bertemu Mia? Rasanya pengecut sekali kesannya kalau Ia harus menghindari Mia.

Aris mengendarai mobil menuju pulang ke rumahnya dengan pikirannya yang ramai, berisik sekali, lalu tiba-tiba Aris terkesiap kaget menengok ke kanan dan kiri jalan berfikir sudah sampai mana dirinya sampai tak sadar, saking asiknya Ia berfikir dan bertanya sendiri seperti orang gila. Ya..kurang waras gara-gara memikirkan tentang Mia.

Aris sudah hampir sampai ke rumahnya, untung saja tidak sampai kelewatan.

Saat Aris memasuki ruang tamunya, "Assalamu'alaikum.."

Ia disambut oleh isteri cantiknya yang tersenyum manis kepadanya,

"Wa'alaikumsalam.." Vivi memeluk suaminya erat untuk melepas kangen setelah seharian tidak bertemu dan Aris mencium kedua pipi isterinya sekilas sambil keduanya berjalan dan Vivi masih bergelayut manja memegang lengan suaminya,

"gimana hari ini, capek..?" Tanya Vivi

Aris mengangguk, "He em, lumayan.."

Vivi menarik lengan suaminya "Ya udah mandi dulu mas, biar seger capeknya hilang.." mereka menuju lantai dua rumahnya masuk ke dalam kamar.

Sesampainya di kamar Aris langsung membuka jasnya, melemparnya begitu saja di atas ranjang lalu membuka kancing bajunya satu persatu untuk bersiap mandi, sedangkan Vivi berjalan menuju ruang walk in closet mengambil baju ganti untuk suaminya di lemari.

Setelah Aris menyelesaikan mandi, mereka makan malam lalu melaksanakan kewajiban sholat Isya bersama dan kini keduanya menikmati waktu santainya di malam hari, nonton TV sambil minum teh di ruang keluarga. Aris yang tadinya duduk bersandar di sofa lama-lama mulai merosot memilih merebahkan kepalanya di pangkuan sang isteri sambil memejamkan matanya menikmati buaian lembut tangan Vivi di kepalanya yang membuat Aris semakin mengantuk dan hampir tertidur,

"Mas sudah memikirkan tentang permintaan Ayah yang kemarin?" Ucap Vivi sambil membelai lembut rambut suaminya,

Aris yang sudah terpejam, matanya kembali melek dan menggeleng,

"belum..menurut pendapat kamu bagaimana?" sambil mendongak menatap wajah isterinya dari bawah

Vivi menyisir rambut suaminya dengan tangannya "tidak ada isteri yang mau dimadu mas, tapi sebagai isteri aku bisa apa kalau mas memutuskan untuk menikah lagi. Kalau kuat bertahan dengan segala resikonya, atau mundur dan melepaskan semuanya. Keduanya adalah pilihan yang sulit" ucap Vivi dengan menghembuskan nafasnya panjang dengan mata yang mulai mengembun.

Aris memandang wajah isterinya lalu menangkap tangannya dan diletakkannya di dada, "mas tahu ini pasti berat buat kamu, sama juga berat buat mas. Poligami itu sebenarnya adalah pintu darurat dalam rumah tangga, diperbolehkan asalkan sesuai dengan syariat, tidak dilakukan serampangan" jawab Aris mencium tangan istrinya, lalu bangkit untuk duduk.

"Bohong kalau mas tidak menginginkan anak Vi, rasanya sepi, kosong kalau kita berdua saja sampai tua seperti ini, semua aktivitas dan kesenangan sudah kita lewati bersama untuk mengalihkan rasa kekosongan itu, tapi tetap saja kita merasakan cemburu dan perasaan ingin ketika melihat keluarga yang lengkap dengan tawa, celotehan anak " Aris masih menggenggam tangan Vivi yang mulai meneteskan air mata.

"Mas belum tahu harus mengambil langkah apa, mengikuti saran Ayah atau tidak. Tapi mas ingin kita sama-sama mempersiapkan diri untuk melewati ujian ini, mungkin ada kehidupan poligami yang berjalan dengan baik Vi asalkan semua yang terlibat di dalamnya sudah siap lahir dan batin untuk saling mengerti dan sabar menerima kekurangan dan resiko dalam menjalaninya." Jawab Aris sambil menyeka air mata di pipi isterinya.

"Di Islam ada contoh poligami yang dijalani Nabi Ibrahim, yang memiliki dua isteri karena isteri pertama (Siti Sarah) tidak kunjung mengandung, menikahi isteri ke-2 (Siti Hajar) atas saran isteri pertamanya yang mengizinkan suaminya menikah lagi demi mendapatkan keturunan, walaupun setelah Nabi Ibrahim mendapatkan anak dari isteri ke-2 nya, isteri pertamanya akhirnya mengandung juga. Dan kedua anaknya dari isteri yang berbeda ini menjadi manusia pilihan, sholeh, menjadi Nabi"

Masih dengan menggenggam kedua tangan Vivi, "Bisakah isteriku yang cantik ini, sama-sama kita belajar untuk mempersiapkan diri lahir batin untuk kemungkinan itu?"

Vivi menggeleng sambil terisak, "tapi aku bukan isteri Nabi mas, hati aku nggak sekuat seperti hati Siti Sarah isteri pertama Nabi Ibrahim" Vivi memejamkan matanya sambil menunduk

Aris meraihnya, membawa Vivi ke dalam pelukannya, "sama mas juga bukan Nabi Vi, makanya kita sama-sama belajar mempersiapkan diri jika kemungkinan itu terjadi, mas ingin jika harus mengambil keputusan itu atas ridho kamu juga dan kita bisa menjalani pernikahan dengan damai saling menerima, mengerti dan sabar"

"Apa mas akan mampu bersikap adil?" Vivi bertanya dengan pelan

"Sebagai suami harus bisa mengusahakannya untuk adil, dan itu harus didukung oleh semua pihak Vi.." jawab Aris sambil membelai rambut panjang Vivi

"Untuk ujian pernikahan yang seperti kita ini, sudah menikah lama tapi belum memiliki anak. Apakah ada contoh yang lain selain dengan poligami cara Nabi Ibrahim mas?" Tanya Vivi

Aris menarik nafas panjang, "Ada kisah kesabaran Nabi Zakaria yang belum juga mempunyai keturunan karena isterinya mandul," Vivi langsung menelan ludahnya ketika mendengar kata mandul

"Tapi dengan kekuatan do'a seorang Nabi Zakaria yang sungguh-sungguh, akhirnya isterinya yang sudah dinyatakan mandul itu hamil di usianya yang sudah sangat tua. Nabi Zakaria mempunyai seorang anak, yaitu Nabi Yahya menurut beberapa riwayat di usia sekitar 90 atau 100 tahun"

Dan Aris terdiam sejenak, seakan memberi jeda untuk dirinya dan Vivi untuk berfikir, "Dari kedua kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria itu mungkin ada kesamaan pelajaran yang bisa diambil, yaitu tentang Kesabaran. Kalau memilih jalan seperti Nabi Ibrahim harus punya kesabaran dalam menerima dan menjalani pernikahan poligami yang pasti tidak mudah, banyak menemui rintangan dan masalah. Lalu kalau memilih jalan seperti Nabi Zakaria juga butuh Kesabaran luar biasa panjang, butuh puluhan tahun lamanya untuk menanti sampai terkabulnya do'a"

Penjelasan Aris membuat seorang Vivi diam tak bisa berkata apa-apa dengan mata yang mulai memanas, dan meluruhkan air matanya yang secepat kilat dihapusnya.

1
Yaky De la rosa
Saya merasa ikut diajak ke kisah ini, thor.
Stephanie Vanessa Cortez Lopez
Gak bisa berhenti baca
Mom Azzqa: Terimakasih /Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!