Widowati perempuan cantik yang baru saja melahirkan bayinya yang mati. Langsung dicerai oleh Aditya suaminya, karena dianggap tidak bisa menjaga bayi yang sudah dinanti nantinya.
Widowati akhirnya memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah kecil di pinggir sungai, yang konon kabar beritanya banyak makluk makluk gaib di sepanjang sungai itu.
Di suatu hari, di rumah kontrakannya didapati dua bayi merah. Bayi Bayi itu ukuran nya lebih besar dari bayi bayi normal. Bulu bulu di tubuh bayi bayi itu pun lebih lebat dari bayi bayi pada umumnya.
Dan yang lebih mengherankan bayi bayi itu kadang kadang menghilang tidak kasat mata.
Bayi bayi siapa itu? Apakah bayi bayi itu akan membantu Widowati atau menambah masalah Widowati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9.
“Ooo mungkin dia tahu di samping kiri itu rumah Bu Kadus. Mungkin mereka takut kalau kita akan menaruh mereka ke rumah itu, ke rumah Ibu kandung nya Langit, Bu de nya Lintang.” Ucap Retno dengan suara keras, di saat motor melewati rumah Bu Kadus.
Kedua bayi itu masih menangis dengan kencang. Widowati menoleh ke arah kiri. Tampak halaman rumah yang sangat luas. Banyak pohon pohon besar tumbuh di halaman yang luas itu. Rumah itu pun terlihat besar dan luas. Akan tetapi tampak sepi. Lampu luar pun masih menyala dengan terang.
“Kok sepi ya Mbak? Aku nanti mau ketemu Tugiyo pembantu Bu Kadus, mau tanya tanya tentang Nyi Ratu itu.” Ucap Widowati dengan suara keras karena kedua bayinya masih saja menangis.
“Iya nanti kita ke situ, Mbah Surti katanya juga kalau selesai bersih bersih di rumah Bu Yandu dia ke situ, memberi makan pada Tugiyo. Mbah Surti sudah tidak tidur di rumah itu, kalau anak anak Bu Kadus tidak pulang.” Ucap Retno masih dengan suara keras.
Mbah Surti memang datang ke rumah Bu Kadus setelah pekerjaan di Bu Rina selesai. Dia datang mengantar makan siang Tugiyo dan memasakkan makanan untuk makan malam Tugiyo. Pagi hari Tugiyo sarapan seadanya kadang memanaskan makanan sisa, kadang membuat nasi goreng, kadang membuat mie instan, yang sudah bersedia.
Dua bayi itu masih saja terus menangis . Widowati sampai bingung untuk menenangkannya.
Jari jari tangan Widowati sudah membuka kancing blues nya. Mengarahkan wajah dua bayi itu pada dada nya. Namun Langit dan Lintang tetap saja menangis dan tidak mau me nyu su.
Tidak lama kemudian motor pun belok kiri. Masuk ke halaman rumah Bu Rina pengurus Pos Yandu. Tampak di depan rumah itu sudah banyak Ibu Ibu membawa anak anak balita.
Di tempat itu sangat ramai sekali. Banyak anak anak kecil yang menangis. Ada yang menangis karena sedang disuntik imunisasi. Ada juga yang menangis karena takut ditimbang. Ada juga yang menangis karena takut diperiksa oleh Bu Dokter yang sedang bertugas.
Dengan datangnya Langit dan Lintang. Suasana di pos Yandu pun semakin ramai. Selain karena suara tangis Langit dan Lintang yang mendominasi, juga ibu ibu yang kepo dengan bayi bayi luas biasa itu.
“Mungkin mereka takut diimunisasi Wid. Itu anak anak juga nangis.” Ucap Retno yang sudah menghentikan motornya.
Beberapa ibu ibu mendekati Widowati, mereka membantu Widowati turun dari motor. Namun sebenar nya itu hanya modus saja. Tujuan utama nya ingin melihat Langit dan Lintang.
“Cakep ya mirip Bu Kadus dan Bu Waspo.. hidung mancung bibir manis.” Ucap salah satu ibu yang membantu Widowati turun dari boncengan motor.
“Mbak, sampeyan tidak takut ngadopsi bayi bayi ini?” tanya Ibu yang lain nya.
“Saya hanya kasihan pada mereka Bu. Katanya sejak diketahui ada di rahim, sudah mau digugurkan. Dan saya punya Asi melimpah.. anak kandung saya meninggal waktu saya lahirkan. Mungkin saya dan bayi bayi ini saling membutuhkan. Saya sayang pada mereka berdua..” jawab Widowati dengan santun.
“Sudah jangan tanya tanya, nanti semakin nangis ini bayi bayi..” ucap Retno sambil meraih satu bayi Widowati untuk membantu menggendongnya.
Retno dan Widowati melangkah menuju ke tempat pendaftaran. Kini Lintang yang digendong oleh Widowati sudah mau minum Asi dan sedikit tenang tidak lagi menangis.
Setelah selesai mendaftar. Sambil menunggu giliran untuk imunasi. Widowati memangku Langit dan Lintang sambil me nyu su. Dua bayi itu me nyu su dengan sangat kuat. Mungkin kehausan karena sudah menangis kencang sejak dari depan warung mie ayam.
Tidak lama kemudian muncul sosok seorang perempuan tua, membawakan minuman melangkah menuju ke arah Widowati dan Retno. Rambut perempuan tua itu putih karena uban dan digelung di belakang.
“Wid, itu Mbah Surti kamu bilang saja kalau ingin ketemu Tugiyo.” Ucap lirih Retno sambil menatap sosok perempuan tua itu.
Widowati pun menoleh ke arah pandangan mata Retno yang menatap sosok perempuan tua.
Jantung Widowati berdebar debar lebih kencang, saat menatap sosok Mbah Surti. Bukan takut pada Mbah Surti , tetapi takut karena yang kemungkinan besar yang benar dugaan dari Retno.
“Mbak perempuan yang aku lihat tadi malam bukan dia. Tubuhnya lebih tinggi dan langkahnya lebih gesit, macam lari terbang saja karena begitu gesitnya..” ucap Widowati lirih.
“Waduh apa benar Nyi Ratu ya Wid. Apa kamu nanti tidur di rumahku dulu Wid..” ucap Retno yang ikut takut.
Akan tetapi sebelum Widowati menjawab sosok Mbah Surti sudah berada di dekat mereka berdua.
“Mbak ini minumnya.” Ucap perempuan tua itu, sambil menyerahkan dua gelas teh hangat dan pandangan mata Mbah Surti langsung tertuju pada wajah bayi bayi yang ada di pangkuan Widowati.
Sama seperti orang orang yang lain, Mbah Surti pun membatin jika wajah bayi bayi itu sangat mirip dengan wajah Bu Kadus dan Bu Waspo.
“Terima kasih Mbah.” Ucap Retno dan Widowati secara bersama.
“Mbah, saya nanti ingin bertemu Tugiyo apa bisa ya. Tadi saya lihat kok rumah sepi dan lampu menyala. Apa orangnya ada di rumah Bu Kadus atau pulang?” tanya Widowati sambil menatap wajah Mbah Surti yang masih menatap Langit dan Lintang.
Sejenak Mbah Surti terhenyak mendengar ucapan Widowati yang mengatakan lampu masih menyala..
“Weh, kok lampu masih menyala ya Mbak, Biasanya habis subuh Tugiyo sudah menyapu halaman. Selesai menyapu dia matikan semua lampu. Apa dia lupa atau belum bangun jam segini. Mentang mentang tidak diawasi juragan kok jadi seenak sendiri kerjanya. Nanti saya yang di marah anak anak Pak Kadus kalau rumah berantakan dan tagihan listrik naik.” Ucap Mbah Surti tampak heran namun juga ada nada kesal.
Sesaat kemudian..
“Nanti sama saya antar ke sana Mbak.” Ucap Mbah Surti selanjutnya.
“Terima kasih Mbah.” Ucap Widowati dan Retno secara bersamaan lagi.
Dan tidak lama kemudian tiba giliran panggilan bayi Langit dan bayi Lintang untuk diimunisasi. Retno membantu lagi menggendong salah satu bayi itu. Semua tatapan mata tertuju pada dua bayi itu. Yang kini tampak anteng di dalam gendongan Retno dan Widowati.
“Wah ganteng dan cantik ya.. anteng tidak menangis.” Ucap Bu Dokter sambil menatap dua bayi yang sudah dipangku oleh Retno dan Widowati yang duduk di kursi. Mata kedua bayi yang tidak tidur itu berkedap kedip.
Bu Dokter dan perawat menyiapkan suntikan imunisasi pertama buat Langit dan Lintang. Sedangkan Retno dan Widowati menaikkan salah satu lengan baju Langit dan Lintang.
Bu Dokter dan Perawat pun mengoles oles alkohol yang ditaruh pada kapas di lengan Langit dan Lintang, yang akan disuntik.
“Bulu bulu halusnya lebat, tubuh bayi bayi ini..” batin Bu Dokter dan Perawat yang juga mendengar berita tentang asal usul bayi bayi itu.
Setelah selesai mensterilkan kulit lengan Langit dan Lintang yang akan disuntik. Bu Dokter dan Perawat pun mulai menusukkan jarum suntik itu pada lengan Langit dan Lintang.
Akan tetapi mata keduanya mengernyit saat menusukkan jarum suntik itu. Mereka ulangi lagi dengan lebih menekankan pada kulit bayi bayi itu. Namun hasil tetap sama.. gagal..
Bu Dokter dan Perawat melotot saat melihat jarum suntiknya.
“Hah?” gumam mereka berdua dengan mata yang melotot.
“Kenapa Bu?” tanya Retno dan Widowati sambil menatap Bu Dokter dan Perawat yang tampak kaget melihat jarum suntiknya.
ternyata ilmunya blm seberpaa mkne masih kalah sm om wowo
secara om wowo mah lg tmpil mode gamteng maksimal atuhh 😍😍😍
coba mode 👻👻👻
ngacir dehhh
makin seru g bksa di tebak dehh