Jangan pernah sesumbar apapun jika akhirnya akan menelan ludah sendiri. Dia yang kau benci mati-matian akhirnya harus kau perjuangkan hingga darah penghabisan.
Dan jangan pernah meremehkan seseorang jika akhirnya dia yang akan mengisi harimu di setiap waktu.
Seperti Langit.. dia pasti akan memberikan warna mengikuti Masa dan seperti Nada.. dia akan berdenting mengikuti kata hati.
.
.
Mengandung KONFLIK, di mohon SKIP jika tidak sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Momong si cantik.
Hari sudah sore. Rumah dinas Bang Ratanca juga sudah beres dan rapi. Para anggota remaja pun pamit pulang.
"Nanti malam datang lagi ya..!! Istri saya minta makan malam dengan kalian semua..!!" Kata Bang Ratanca.
"Siap, Danton..!!"
:
Tidak ada suara Dinar disana. Bang Ratanca mencari Dinar tapi ternyata istrinya itu sedang tidur pulas, mungkin bumilnya sedang kelelahan setelah seharian ini berkutat dengan rumah baru mereka.
"Capek, Neng??" Gumam Bang Ratanca mengusap perut Dinar yang masih rata kemudian membenahi selimut istri kecilnya. "AC dingin begini tapi tetap tidak mau di matikan. Kalau sampai masuk angin, pasti rewel bukan main."
"Om Ran, Dinar mau ikan bakar..!!" Pintanya lirih.
"Sabar, masih di pesan. Nanti ikannya di antar kesini..!!" Kata Bang Ratanca menanggapi Dinar yang entah sadar atau malah mengigau dalam tidurnya.
"Makan disana saja, Dinar mau makan di atas kolam ikan." Pintanya lagi dengan mata masih terpejam.
"Lain kali saja dek. Kamu sudah kecapekan sekali hari ini. Saya tidak mau kamu lebih kecapekan lagi..!!" Jawab Bang Ratanca.
Dinar terlihat cemberut dan tidak menjawab lagi.
"Dinar bisa dengar Om Ran..!!! Tolong hargai yang namanya kesehatan. Pikiran kita bisa egois tapi jangan pernah kita di kendalikan oleh pikiran yang tidak benar. Om Ran tau Dinar punya keinginan, Om Ran tidak menolaknya tapi hanya sekedar menundanya saja. Kalau tidak bisa lain kali, besok kita kesana. Kandungannya di jaga..!!"
:
Tidak ada yang paham penyebab diamnya ibu Danton. Bahkan ibu Danton masih menitikkan air mata saat Bang Ratanca menyuapinya.
"Mohon maaf harus ada adegan seperti ini. Istri saya minta makan di resto ikan bakar, tapi kalian lihat sendiri.. istri saya lemas begini tapi niat jalan tak pernah padam." Kata Bang Ratanca terpaksa jujur.
"Owalaah.. ijin Ibu, benar kata Pak Ranca, besok saja dengan Bapak. Ibu memang terlihat sangat kelelahan." Jawab Prada Slamet.
Mungkin karena pembawaan kehamilan, Dinar masih terus saja bersedih seakan tidak ada kata yang bisa menenangkan hatinya padahal semua ini hanyalah masalah kecil.
***
Pagi ini Bang Ratanca terbangun dalam keadaan panik, Dinar demam tinggi. Bumilnya itu menggigil padahal tengah malam tadi dirinya sudah mematikan pendingin ruangan.
Secepatnya Bang Ratanca bangkit dan merawat Dinar. Istrinya itu terus mengigau menyebut ikan bakar.
"Ya ampun, dek. Perkara ikan bakar saja sampai demam begini." Gumamnya.
Bang Ratanca lalu mengusap perut Dinar. "Adek harus cepat sehat di perut Mama. Bilang sama Mama, nanti malam Papa ajak makan ikan bakar..!!"
Ajaib, belum ada lima menit dirinya merawat Dinar, demam sang istri berangsur membaik. Bang Ratanca pun membuang nafas panjang.
"Laki atau perempuan nih. Kolaborasi nya persis seperti kelakuan Mamanya." Di ciumnya perut Dinar dengan gemasnya.
Dinar menggeliat merasa geli dan Bang Ratanca semakin gemas dan gencar menyerusuk perut Dinar.
...
"Nanti malam kita ke resto ikan bakar." Ajak Bang Ratanca karena melihat Dinar masih cemberut saja.
"Nggak mood." Tolak Dinar kemudian berjalan masuk ke dalam kamar.
"Salim dulu..!!" Kata Bang Ratanca.
Dinar memang sedang marah tapi tetap menyambut tangan Bang Ratanca meskipun masih tetap cemberut.
"Nih buat jajan..!!" Bang Ratanca memberikan selembar uang merah.
Terang saja Dinar langsung meliriknya, dengan cepat Dinar menyambarnya tanpa kata.
"Wanita sejati." Gumam Bang Ratanca.
...
tok.. tok.. tok..
"Iyaaa.. sebentar..!!" Dinar menuju ke depan rumah saat akan berangkat ke kampus. Ia membuka pintu rumah tapi tidak di lihatnya seorang pun ada disana. "Siapa yang mengetuknya??"
Dinar sudah akan menutup pintu rumah tapi ia melihat ada sebuah kotak kaca berisi tumpukan uang tunai juga bucket bunga yang terbuat dari lembaran uang.
Wajah bingung itu segera mengambil semua barang-barang yang ada disana.
"Banyak sekali, siapa pengirimnya?? Apa ada orang salah kirim??" Gumamnya tapi kemudian ia melihat secarik kertas.
Untuk Ibu Canthing Geulis Mahadinar
dari
Danton ganteng yang jatuh hati padamu.
Lettu Ratanca R. K
"Om Ran?? Ada apa kirim barang sebanyak ini??" Satu persatu Dinar mengambil barang pemberian Bang Ratanca dan memindahkannya masuk ke dalam ruang tamu.
Perhiasan indah, gaun, kebaya, beberapa kartu ATM, baju kebesaran istri anggota, perlengkapan wanita, sepatu, ponsel dan masih banyak lagi barang lainnya hingga dirinya lelah dan duduk di lantai karena sofa dan ruang tamu sudah penuh dengan barang.
ddrrtt.. ddrrttt.. ddrrttt...
Dinar mengambil ponsel dari sakunya lalu membuka ponselnya. Ternyata pesan dari 'Om Black'.
'Saya kirimkan semua seserahan pernikahan kita. Maaf kalau kamu tidak suka, kita ulang beli yang baru sama-sama..!!'
"Ini uang?? Sebanyak ini uang??" Dinar masih memeluk kotak kaca dan bucket bunga uang di tangannya. "Uang Om Ran ada berapa? Om Ranca nggak nge begal orang, kan??" Dinar sangat takut apalagi ia mengingat kata sang Ayah bahwa seorang tentara bukanlah suatu cita-cita yang bisa membuat orang menjadi kaya raya. Menjadi tentara adalah suatu pengabdian bagi bangsa dan negara. "Apa Om Ranca bobol Bank????? Astaghfirullah..!!"
:
Dinar berjalan cepat menuju ruang kerja Bang Ratanca.
"Dinar.. mau kemana?" Sapa Bang Langkit.
"Mau cari Om Ran. Om Angkit tau dimana Om Ran??" Tanya Dinar.
"Di gedung olahraga. Lagi melatih beladiri. Ada masalah apa, Din??"
Dinar segera berlari kecil menuju gedung olahraga dan benar, suaminya itu berada disana.
"Om Raann..!!!!!"
Bang Ratanca menoleh ke arah sumber suara, ia pun melihat Dinar setengah berlari ke arahnya.
"Dinar?? Ada apa dek?? Jangan lari..!!!" Kata Bang Ratanca.
Di belakang Dinar tampak jelas Bang Langkit menyusulnya.
Tanpa di duga, Dinar melayangkan setiap gerak serangan ke arah Bang Ratanca. "Jadi ini gunanya Om Ran bisa beladiri??? Untuk menindas rakyat kecil, memalak, merampok????"
"Keblinger..!! Kesurupan setan dimana kamu, dek???" Bang Ratanca terus menghindar sembari menenangkan Dinar.
"Om Ran yang kesurupan. Om Ran punya uang darimana sampai beli barang sebanyak itu??? Dinar tau semua barang yang Om Ran beli tidak ada yang murah. Pasti om begal orang, atau bobol Bank, kan??????" Tuduh Dinar sambil masih terus menyerang Bang Ratanca.
Setelah sekian lamanya terus berkelit, akhirnya Bang Ratanca bisa mengamankan Dinar. "Ngawur..!!! Seharusnya kamu ucap Alhamdulillah sebanyak-banyaknya. Do'akan suamimu supaya lancar rejekinya. Ini malah bilang suami bobol Bank. Mulutnya itu lho, minta Om gigit???????"
"Seperti ini jadi pelatih??? Mana serangan baliknya???? Takut ya, ayo gelud..!!!!!" Tantang Dinar.
Bang Ratanca menggigit bibirnya dengan gemasnya. "Berani sekali kamu nantang. Apa belum cukup lihat hasil tawuran di perutmu????"
"Uangnya dapat darimana??????" Dinar terus berontak karena masih penasaran.
"Saya jelaskan pun kau tidak akan paham."
.
.
.
.