Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Jam pulang pun tiba. Ganin menunggu Hima di parkiran. Sambil menunggu, ia memainkan ponselnya. Ada beberapa laporan dari rekannya mengenai perkembangan kasus yang ditanganinya.
Dan di saat yang sama, Ganin melihat Bayu yang menghampiri seseorang di samping mobilnya. Kebetulan juga, Bayu melihat Ganin yang tengah menatap dirinya.
Bayu menepuk bahu orang yang ada di sampingnya dan menyuruh pergi. Setelah itu, Bayu mendekati Ganin yang sudah duduk di sepeda motornya.
Tatapan tidak suka dari Bayu menjadi santapan Ganin. Dengan langkah sombong dan arogan, Bayu mendekati laki-laki tampan itu.
"Pak Bayu ngapain lihat saya seperti itu?", tanya Ganin sok lugu.
"Kamu...!", Bayu menekan dada Ganin dengan telunjuknya. Tapi Ganin menepisnya lalu mengibas-ngibas bekas jari Bayu di bajunya.
Mata Bayu menatap tajam melebihi sebelumnya. Tentu Bayu tersinggung, Ganin pikir dirinya najis begitu???
"Kamu hanya anak kemarin sore! Ngga usah berlaga sok-sokan! Apalagi mau deketin Hima, harusnya kamu ngaca!", kata Bayu.
Ganin tertawa lepas seperti hal nya anak kecil.
"Pak Bayu aneh! Harusnya anda yang sadar diri! Anda sudah punya anak istri! Ngapain mau deketin Hima? Pak Bayu sendiri saja Hima ngga mau kok, eh... sekarang udah punya anak istri mau deketin lagi. Aneh??!!!", Ganin menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bayu menarik kerah seragam Ganin dan saat akan melayangkan pukulannya, Hima yang melihat dari jauh pun berlari tergopoh-gopoh menghampiri dua lelaki itu.
"Stop! Mas Bayu apa-apaan sih!", Hima memisahkan Bayu dan Ganin. Sontak adegan itu menjadi tontonan para pegawai yang baru keluar dari gedung.
"Dia yang mulai!", tuding Bayu membenarkan kemejanya.
"Bohong! Jangan percaya Ma, Lo liat kan gue duduk di jok. Dia yang nyamperin gue! Jadi jelas kan siapa yang mulai!", Ganin membela diri.
"Kamu....!", gigi Bayu bergemeletuk.
"Sudah-sudah! Maaf pak kami permisi dulu! Ayo kita pulang Ganindra!", ajak Hima yang sedikit kesusahan menaiki motor besar yang Ganin pakai.
Beruntung Ganin pengertian dan membangun Hima menaikinya. Tak lupa ia memasangkan helm untuk Hima.
"Saya bisa pecat kamu, Ganin!", kata Bayu sebelum Ganin melajukan motornya. Baik Hima maupun Ganin pun mendengarnya.
"Bapak ngga bisa pecat saya seenaknya karena urusan pribadi. Pekerjaan saya tidak bermasalah ya pak! Justru kalau saya mau, saya langsung lapor sama atasan atas sikap pak Bayu dan senior-senior yang sudah kelewat batas! Permisi!", ujar Ganin.
Setelah itu ia pun melajukan kendaraannya dengan cepat yang membuat Bayu semakin kesal.
Hima memeluk erat perut Ganin.
"Pelan aja Nin!", kata Hima dengan sedikit teriak dan pukulan di bahu Ganin. Ganin pun menuruti perintah Hima.
"Lo kan tahu mas Bayu kaya gimana, ngga usah di ladeni lah Nin!", kata Hima.
"Tapi tadi gue ngga salah lho Hima, dia yang tau-tau datang terus nyolot. Ngelarang gue deket-deketan sama Lo!", kata Ganin.
Selalu seperti itu tiap ada yang mau deketin gue?!
"Lain kali abaikan aja! Toh kenyataannya kita memang ngga ada hubungan apa-apa Nin. Jadi jangan..."
"Justru karena itu, gue mau kita ada hubungan. Gimana?", tanya Ganin masih dengan kedua tangannya di setang motornya.
Tuk!!!!
Hima memukul helm yang Ganin pakai.
"Kerja yang benar bocah!", kata Hima.
"Bocah-bocah! Sembarangan!", kata Ganin. Mendengar celetukan Ganin, Hima jadi tertawa. Jika bertemu dengan Andra, sikap Hima juga akan seperti ini.
"Lo ngga mau lawan Bayu apa Helga gitu, Ma?"
"Lawan apaan? Emang lagi pencak silat!", jawab Hima.
"Ishhhh... mereka suka semena-mena lho. Apalagi si Helga ishhh....udah galak, sok kecakapan lagi!", kata Ganin geleng-geleng kepala.
"Lha...emang mba Helga cantik dan seksi kok! Mata mu eror kali Nin kalo ngomong mba Helga ngga cantik!", kata Hima.
"Heheheh iya, soalnya cantikkan juga Lo, Ma hehehe!"
Plukkkk!
Lagi-lagi Hima memukul bahu Ganin. Ia geregetan dengan semua yang Ganin ucapkan. Bukannya senang di puji, ia malah lebih merasa geli ada yang memujinya terlebih yang berbicara adalah laki-laki yang lebih muda, di matanya.
"Ma...!"
"Heum??!"
"Di dunia ini, hal apa yang paling Lo ngga suka?", tanya Ganin.
Hima terdiam beberapa saat. Dan dari spion motornya, Ganin bisa melihat jika tatapan Hima sedang tak fokus.
"Ma...Hima...?!"
"Iya... gue...gue benci kebohongan, gue benci pengkhianatan!", kata Hima dengan sorot matanya yang berubah sendu.
Ganin jadi tak enak sendiri mendengar jawaban Hima. Di pikir, ia salah bertanya.
Ganin meraih tangan Hima agar memeluknya lebih erat.
"Sorry kalo pertanyaan gue malah bikin Lo kaya gini!", kata Ganin. Hima mengulas senyum tipis.
"Ngga ada yang salah sama pertanyaan Lo ,Nin!", kata Hima yang justru sekarang menyandarkan kepalanya di bahu Ganin.
Ganin tersenyum dan mengusap punggung tangan Hima yang melingkar di perutnya. Keduanya tengah berhenti di traffic light.
Eros dan teman-temannya yang berhenti di lampu merah yang sama tak sengaja melihat Hima yang menutup matanya juga nyaman di punggung Ganin.
Tak lupa, tangan mungil yang melingkar di perut Ganin pun tak lepas dari pandangan mereka.
"Wihhh...itu yang sama Ganindra jangan-jangan cewek yang sebelah kamarnya ya? Cantik bener!"
"Iya lah cantik, modelan Ganin masa dapat nya kaya Mimi peri sih? Ngga banget dahhh!!!"
Mereka yang ada di mobil serempak tertawa. Tawa keempatnya menarik perhatian Hima juga Ganindra. Kaca mobil itu terbuka lebar.
Hima yang sempat menoleh sebentar pun kini kepalanya berputar posisi ke samping kanan. Dia enggan di lihatin jika sedang tidur seperti itu.
Berbeda dengan Hima ,Ganin justru memasang wajah garang. Sudah pasti rekan-rekannya akan merahasiakan identitasnya. Akan tetapi dia juga khawatir jika Hima tahu jika dirinya sedang menyamar apalagi kasus belum terpecahkan.
Teman-teman Ganin puas menatap wajah panik rekannya itu. Beruntung segera lampu hijau, Ganin langsung melesat meninggalkan perempatan besar itu.
Tawa rekan Ganin meledak saat Ganin melajukan kendaraannya menjauh dari mobil mereka.
Hima sampai memukul-mukul bahu Ganin karena Ganin membawanya seperti sedang terbang saking cepatnya laju motor itu.
"Hima...!", teriak Ganin sambil masih menjalankan motornya.
"Apa??", teriak Hima.
"Lo mau kan jadi cewek gue???", teriak Ganin yang juga di dengar oleh pengendara lain.
"Apa Lo bilang?", ulang Hima.
"Gue mau Lo jadi cewek gue. Gue ngga suka penolakan! Dan Lo harus mau!", kata Ganin. Hima memutar bola matanya dengan malas. Ia mengabaikan ucapan absurd Ganin dan menganggap itu hanya sebuah candaan.
🌾🌾🌾🌾🌾
Terimakasih 🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖