NovelToon NovelToon
Melepaskan Pernikahan Toxic

Melepaskan Pernikahan Toxic

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Pelakor / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kiki Putri

Pernikahan merupakah ibadah seumur hidup. Mendambakan kehidupan pernikahan yang bahagia layaknya di Surga adalah impian semua orang. Apa jadinya jika malah sebaliknya yang terjadi. Pertentangan tak henti, saling menyakiti, kehidupan pernikahan seperti Neraka penuh petaka, apa yang harus dilakukan? Tetap terkurung dalam Neraka atau mencari Surga lainnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiki Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rekaman Masa Lalu

"Mas jaga Ibnu baik-baik ya." Hari ini mas Reza datang bersama om Rian suami bi Ely untuk menjemput Ibnu.

"Sebenernya aku mau jemput kamu Lya." Mas Reza masih terlihat seperti seorang yang sedang berjuang dari kematian berusaha untuk meyakinkanku. Mas Reza bahkan tak turun dari dalam mobil saat datang menjemput Ibnu. Aku pikir ia akan setidaknya berusaha bersikap seperti seorang yang menyesal dengan menemui bapak.

"Aku nggak ketemu sama bapak dan ibu ya. Soalnya rasanya pusing sekali, mual juga." Mas Reza seperti waspada melirik kanan dan kiri menyeluruh, mungkin mengira bapak akan tiba-tiba muncul.

"Iya mas ndak apa-apa. Ndak ada yang perlu diomongkan juga. Nu, baik-baik sama papa ya sayang." Aku melambaikan tangan dari luar kaca mobil, melihat Ibnu yang terduduk lesu dipangkuan papanya. Rasanya bersyukur sekali Ibnu bukan anak yang akan menuntut kami untuk terus bersama. Namun aku takut suatu saat itu akan terjadi.

"Mama, Ibnu sama papa dulu ya. Besok Ibnu pulang ya mama." Ibnu melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum sedih namun namun membalas lambaian tangan Ibnu dengan lapang.

"Hati-hati ya om. Salam buat bi Ely." Om Rian yang hanya diam saja memperhatikan kami kini mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Siap. Bibi selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian." Om Rian refleks mengangkat sebelah alisnya. Om Rian adalah partner yang paling setia menemani mas Reza suamiku. Melalui bi Ely juga dulu aku tahu mas Reza dan Om Rian berhasil menjual beberapa mobil dengan untung yang besar. Jika mengingatnya, rasanya begitu kesal. Itu saat pertengkaran terbesar kami yang membuat Ibnu trauma untuk menaiki odong-odong.

Saat itu aku tak membawa uang yang cukup. Bi Ely memberitahukan padaku bahwa mas Reza dan om Rian baru dapat proyek besar sebab sudah berhasil menjual beberapa mobil dari usaha jual beli mobil bekas mereka. Aku yang tak tahu apa-apa saat itu benar-benar merasa seperti orang bodoh. Bahkan tak sepeserpun yang mas Reza berikan padaku dan Ibnu. Aku pikir lima ribu rupiah tak akan berarti apapun jika hanya membiarkan Ibnu bermain odong-odong.

"Ma Inu naek odong-odong." Ibnu kecil yang menggemaskan mencoba memintaku untuk membawanya naik odong-odong. Saat itu dompetku tertinggal di mobil dan parkirnya sangat jauh dari tempat kami saat ini.

"Iya sayang. Sebentar mama coba kasitahu papa ya." Akupun tak pernah membayangkan akan mendapat respon seperti itu dari suamiku.

"Mas, Ibnu mau naik odong-odong." Mas Reza yang baru menyempulkan asap rokoknya tak menjawabku.

"Mas Ibnu katanya mau naik odong-odong." Aku kembali membisikinya lembut.

Mas Reza yang merasa terganggu dengan apa yang aku lakukan mulai bangun dan membuang rokoknya begitu saja. Menginjak potong rokok yang masih panjang.

"Perempuan apaan sih, ganggu aja. Kalau mau main odong-odong main saja sana. Kenapa kasitahu saya. Ganggu saja." Mas Reza berteriak tepat di depanku dan Ibnu. Aku hanya menutup telinga Ibnu dengan kedua tanganku.

Rasanya begitu malu disaksikan banyak orang, aku diteriaki hanya karena meminta lima ribu rupiah.

"Ma ayo kita pergi." Ibnu kecil yang juga sama pengertiannya seperti saat ini. Ia tak lagi merengek seperti tadi bahkan saat tak dapat aku turuti untuk naik odong-odong.

Puncak masalah tak hanya sampai di sana.

Saat kami semua akan pulang. Mas Reza masih kesal padaku di dalam mobil. Aku yang tak terima diperlakukan begitu mencoba membela diri.

"Kamu istri durhaka. Kenapa kamu berani melotot pada suamimu." Mas Reza menunjuk tepat di depan kedua bola mataku.

"Mas bahkan tidak pernah memberikan kami sepeserpun ketika mas dapat banyak uang dari usaha jual beli mobil mas. Hanya karena aku minta lima ribu untuk Ibnu mas begini mas." Wajah mas Reza merah padam. Ibu membentakku dengan penuh amarah. Bahkan mas Reza mengeluarkan sumpah serapahnya yang tak pernah inginku dengar.

"Dasar wanita gi*a". Suamiku kemudian membanting setir dan turun meninggalkan mobil. Entah kemana ia, aku tak habis pikir. Bi Ely, om Rian dan Lula yang menyaksikan hanya terus meyakinkan kami untuk sabar dan berdamai. Rasanya aku begitu malu saat itu.

"Ibnu nggak mau naek odong-odong lagi ma. Maaf ya ma. Ibnu janji nggak mau naek odong-odong lagi mama." Aku yang menatap anakku yang begitu malang hanya terisak dan terus terisak saat itu. Kasihan anakku. Rasanya begitu perih. Rasanya kini semua rekaman itu terputar kembali di kepalaku.

"Kami pergi dulu ya Lya." Om Rian memutar balik mobil.

"Hati-hati om. Ibnu jangan lupa kabari mama kalau sampai." Aku melihat Ibnu hanya mengangguk-angguk.

"Siap mama." Ibnu tersenyum simpul padaku dan kamipun berpisah hari ini.

1
Selviana
Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!