Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Men temen bab paling aku update dua bab tapi panjang, dan bab paling bawah adalah part yang kalian tunggu. 100.komen ya gengs
Sayang, kau sedang menelpon siapa?" tanya
Joseph ketika masuk kedalam kamar, membuat jantung Kayra langsung berdetak dua kai lebih kencang, walaupun dia yakin Joseph tidak akan terpengaruh dengan apa yang terjadi pada Jena tapi, Kayra tidak ingin terlihat jahat di mata Joseph.
"Oh ini bibi Cathrine," jawab Kayra, wanita cantik itu langsung menghampiri Joseph kemudian dia langsung menarik lembut tangan lelaki itu untuk berjalan ke arah ranjang.
"Masa priodeku sudah selesai, jadi aku rasa ....'' Belum Kayra menuntaskan ucapannya, Joseph sudah terlebih dahulu mendorong lembut tubuh istrinya.
Satu minggu kemudian
Soraya dan Jena tersenyum ketika rumah sudah rapih, akhirnya setelah satu minggu berlalu rumah yang d tempati Jena, Soraya dan Haura tampak layak huni.
Ini sudah satu minggu berlalu semenjak mereka tinggal di luar negri dan negri ini adalah negeri yang sangat asing untuk Jena dan juga Soraya.
Awalnya Soraya mengajak Jena m untuk tinggal di Malaysiaa, tapi karena saat itu Helmia mendatanginya, akhirnya Soraya berpindah haluan mengajak Jena untuk menetap di Hungariaa. Soraya menyiapkan semuanya serba mendadak, itu sebabnya dia mendapatkan rumah yang sangat kecil. Namun setelah d renovasi dan di benahi rumah yang di beli Soraya menjadi cukup nyaman.
Untuk pekerjaan, Soraya tidak perlu khawatir, karena dia mempunyai pekerjaan yang bisa dia kerjakan d mana saja, dengan gajih yang sangat cukup untuk kehidupan mereka bertiga, dan juga Soraya membawa uang cash yang sangat banyak.
Sebelum pergi, Soraya menarik semua uang yang ada di rekening tabungannya karena jika dia menarik uang ketika berada di luar negeri, bisa saja kakanya mengetahui keberadaannya.
“Jena, semua sudah selesai, kau istirahat sebentar lagi aku akan memulai pekerjaanku," ucap Soraya.
“Soraya kau tidak lapar, jika kau lapar, aku akan membuatkan makanan,” balas Jena. Namun dengan cepat Soraya menggeleng.
“Nanti saja, istrihatlah besok pagi kita akan pergi ke rumah sakit untuk pengobatan Haura," jawab Soraya. Jena tidak menjawab, jujur dia malu, dia merasakan telah terlalu banyak merepotkan Soraya.
“Jena sudah kubilang, tidak usah merasa tidak enak padaku. Sekarang hanya kau dan Haura keluargaku. Aku tidak punya siapa-siapa selain kalian.” Soraya mengatakan itu dengan bibir bergetar, setiap membahas tentang keluarga, otomatis dia juga teringat tentan Helmia.
Jena maju kearah Soraya kemudian memeluk wanita itu. “Kita pasti bisa melalui semua bersama." Mata Jena pun ikut mengembun, bertemu dengan Soraya adalah sebuah anugrah yang sangat indah, jika tidak ada Soraya, mungkin dia tidak akan kuat sampai ke titik ini.
”Ya sudah, kalau begitu aku masuk," ucap Jena setelah melepaskan pelukannya dari Soraya.
****
“Apa kau masih belum menemukan mereka?” Kalindra berteriak pada anak buahnya, karena anak buahnya masih belum berhasil menemukan Soraya.
Ini sudah satu Minggu berlalu semenjak kepergian Soraya, dan selama satu Minggu ini pula Kalindra terus mencari adiknya. Tapi, sampai detik ini tidak ada kabar baik sRi anak buahnya.
Dari awal Soraya ingin pergi ke Malaysiaa Kalindra sudah menyiapkan semua untuk adiknya, dari mulai tempat tinggal dan lain-lain, tanpa Soraya tau Kalindra juga sudh menyiapkan orang untuk memantau adiknya. Tapi, anak buahnya melaporkan bahwa Soraya tidak datang ke rumah yang sudah di siapkan, yang membuat Kaliandra pusing dia tidak bisa mencari tau jejak penerbangan Soraya, hingga dia merasa bena-benar buntu.
"Kau masih belum menemukan keberadaannya Dad?" tanya Gueen yang masuk kedalam ruang kerja Kalindra. Belum Kalindra menjawab, dari raut Wajah Kalindra yang lesu, Kalindra tampak lesu dan Gueen tahu bahwa suaminya belum berhasil menemukan adik iparnya.
“Belum Sayang, aku belum menemukannya,” jawab Kaliandra. Seandainya aku melarang dia pergi, pasti aku tidak akan kehilangan jejaknya.” Sebagai seorang kakak yang baru dekat dengan adiknya, tentu saja Kalindra merasa khawatir, seandainya saat di bandara dia lebih keras mencari Soraya, pasti dia tidak akan kehilangan jejak adiknya.
Ya, faktanya Kalindra melihat ketika Soraya Kembali keluar dari pintu keberangkatan, namun saat itu Kalindra merasa mungkin dia hanya salah melihat, hingga dia memutuskan untuk pulang dan dia menyesali momen itu, seandainya saat itu dia langsung mencari Soraya lebih cepat, pasti dia tahu kemana adiknya pergi.
***
“Kaira mematut diri di cermin, memastikan tampilannya sudah rapih, hari ini dia berencana untuk datang ke dokter kandungan dia harus memeriksakan kenapa sampai sekarang dia belum mengandung , ketakutan Kaira semakin menjadi-jadi ketika Chatrine dan alan tidak bisa menemukan Jena, dia takut bahwa Jena berpura-pura pergi tapi sebenarnya sedang berada di tengah mereka untuk membalas dendam, itu sebabnya sebelum hal itu terjadi Kaira harus memastikan dirinya hamil terlebih dahulu agar posisinya tetap aman.
Dan sekarang di sinilah Kaira berada di depan ruangan dokter, jantung Kayra berdetak berdetak dua kali lebih cepat ketika akan masuk. Entah kenapa feelingnya mengatakan hal yang tidak enak, dan setelah beberapa saat berlalu akhirnya Kayra pun melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam ruangan dokter
***
Kayra keluar dari ruangan dokter dengan hati yang hancur, wajah wanita itu sudah memucat kala mendengar vonis yang dikatakan oleh dokter di mana dia akan kesulitan mengandung karena ternyata rahimnya bermasalah, dan itu di sebabkan karena obat depresi yang dulu Kayra minum hingga berdampak sekarang.
Sejenak, Kayra mendudukan dirinya di kursi tunggu. Semua dunianya terasa runtuh hari ini. ketakutan demi ketakutan mendera Kayra, bagaimana jika Joseph tau tentang ini. Sedangkan dia tau, Joseph sangat menginginkan anak.
Naasnya, Kayra sedih bukan karena tidak bisa menjadi ibu, tapi dia sedih karena jika dia tidak bisa mengandung dia takut, Joseph akan brpaling dan meninggalkannya.
Setela cukup lama terdiam, Kayra bangkit duduknya, tidak, dia tidak boleh menyerah, dokter mengatakan masih ada harapan dia bisa mengandung, walaupun kemungkinannya sangat kecil.
****
"Sayang, ada apa?" tanya Joseph ketika Kayra datang ke ruang kerjanya, wajah Kayra terlihat sedikit ceria, tentu saja itu hanya menutupi kegugupannya.
Kayra maju ke arah Joseph, kemudian dia mendudukan diri di pangkuan suaminya.
“Baby, aku ingin berbicara sesuatu denganmu," ucap Kayra. Sebenarnya dia ragu mengatakan ini, tapi dia harus mengatakannya sekarang juga.
“Hmm, katakan, Sayang.”
Kayra terdiam, dia tidak langsung berbicara, wanita itu mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
“Kenapa, hmm. Katakan saja," ucap Joseph ketika Kayra seperti ragu untuk berbicara
“Baby, aku setuju untuk mengadopsi anak, ayo kita adopsi anak saja. Agar kita tidak kesepian." pada akhirnya, Kayra harus mengambil keputusan ini, dia tidak tau keputusannya tepat atau tidak...Tapi, dia hanya berharap dengan adanya anak walau anak angkat bisa memperkuat posisinya.
Joseph tersenyum, kemudian dia menggeleng. Rupanya, Joseph sudah tidak berminat lagi untuk mengadopsi anak.
“Tidak sayang, aku rasa kita lebih baik mempunyai anak sendiri," jawab Joseph membuat mata Kayra membulat.
“Ta-tapi ...."
***