NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Bukan Galak Tapi Tegas

"Kok malah bengong sih Nay?" Tania menyadarkan Nayla dari lamunannya.

"Gak apa-apa kok. Gue cuma mikir aja. Lagian gak mungkin juga Kakek gue jodohin gue sama cowok yang gak normal," ucap Nayla dengan suara pelan, memastikan hanya Tania yang bisa mendengarnya.

"Iya juga sih. Tapi gimana kalau ternyata kakek lo gak tau kalau sebenarnya Pak Rayyan itu gak normal?" ujar Tania, membuat Nayla sedikit gusar.

"Yah udahlah, kenapa sih jadi ngomongin yang aneh-aneh gini? Yuk ke kantin gue laper banget," ucap Nayla sambil berdiri dan berjalan keluar kelas.

Tania dan Alika langsung bergegas menyusul sahabatnya yang sudah melangkah lebih dulu.

"Tungguin Nay!" seru Tania.

"Makanya jalan cepet," balas Nayla tanpa menoleh.

Sesampainya di kantin, mereka langsung bagi tugas. Tania mencari tempat duduk kosong, sedangkan Nayla dan Alika memesan makanan serta minuman. Setelah pesanan siap, Nayla dan Alika membawa nampan berisi makanan dan bergabung dengan Tania di meja yang telah ia pilih.

"Nay nanti pulang sekolah kita rencananya mau ke mall, sekalian nyari buku buat tugas dari Bu Nita. Lo ikut gak?" tanya Alika setelah menelan makanannya.

"Mau sih tapi..." kalimat Nayla menggantung, pikirannya melayang mempertimbangkan apakah Rayyan akan mengizinkannya pergi atau tidak.

"Tapi kenapa?" tanya Tania penasaran melihat ekspresi ragu Nayla.

"Gue ragu Kak Rayyan bakal ijinin," gumam Nayla dengan suara nyaris tak terdengar.

"Aduh cie yang udah punya penguasa nih. Ke mana-mana harus ijin dulu," ledek Alika sambil menaikkan alisnya naik turun.

Nayla berdecak. "Ih apaan sih, nyebelin banget lo!" ucapnya sambil mencibir.

"Maaf dong, maaf. Gue kan cuma bercanda, Nayla sayang," ujar Alika sambil mencubit pipi Nayla pelan.

Tania hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Alika yang terus menggoda Nayla.

"Pasti ijinin kok Nay. Lagian ini juga buat nyari referensi tugas, bukan cuma main doang," ujar Tania.

Nayla menatapnya, lalu mengangguk pelan. "Iya juga ya oke deh nanti gue tanya dulu sama Kak Rayyan. Kalau di ijinin gue ikut," jawabnya.

"Yesss! Gitu dong," sahut Alika dan Tania bersamaan.

 

Sementara itu, Zia sudah berdiri di depan ruang guru. Tatapannya lurus ke arah dalam ruangan, tepat ke arah tempat duduk Rayyan. Tangannya memegang kotak bekal yang tadi pagi ia siapkan sendiri.

Ia ingin sekali memberikan bekal makan siang itu langsung pada Rayyan, tapi ia ragu. Ia tau jika sampai sang kakek melihat, habislah dirinya.

"Ngapain Zia di sini?" tanya sebuah suara pria dari belakangnya.

Zia terkejut dan langsung menoleh. Namun ia sedikit lega saat mendapati suara itu berasal dari Galang, guru olahraga SMA Brawijaya sekaligus anak angkat dari kakeknya.

Zia menggeleng cepat. "Gak kok cuma lewat aja," jawabnya berbohong.

"Zia, jangan bohong sama Om," balas Galang tajam. "Kalau kamu bohong, bisa Om laporin ke Kakek loh."

Zia mendengus pelan. "Oke, oke gue ngaku. Gue di sini mau ngasih bekal ini ke Pak Rayyan," ucapnya sambil menunjukkan kotak yang tadi disembunyikannya.

"Oh gitu terus, kamu kenapa gak kasih langsung aja?" tanya Galang.

"Ya ampun Om! Masa Om gak ngerti? Kalau gue masuk ke ruang guru dan ngasih langsung, bisa-bisa gue diceramahi Kakek seharian!" seru Zia frustrasi.

Galang tertawa kecil. "Kalau gitu, kenapa kamu masih masakin bekal buat dia?"

"Yah udah terlanjur dimasak. Masa gak dikasih kan sayang makanannya," jawab Zia.

"Ya makan sendiri aja atau kasih ke Om. Lumayan buat makan siang," canda Galang.

"Enak aja! Ini buat Pak Rayyan, bukan buat Om!" sahut Zia cepat.

"Ya dari pada kamu dimarahin Kakek..."

"Makanya, tolong bantuin dong Om. Entar gue kenalin sama kakaknya temen gue yang masih jomblo. Cantik deh!" goda Zia.

Galang hanya menatapnya datar. "Om gak butuh dikenalin Zia. Dan FYI umur Om baru dua puluh delapan."

Zia menjulurkan lidahnya. "Tetep aja udah hampir tiga puluh."

Galang menghela napas malas. "Terserah kamu lah," ucapnya sambil berjalan pergi.

"Om!" Zia menahan lengan Galang. "Tolong dong kasih ini ke Pak Rayyan. Please…"

Wajah memohon dan mata mengedip lucu ala anak kecil itu membuat Galang menyerah. Ia mendesah.

"Oke Om bantu. Tapi kamu harus janji bakal serius belajar dan gak ngelakuin hal aneh-aneh lagi," ucap Galang.

Zia langsung tersenyum cerah dan menyerahkan bekal itu ke tangan Galang. "Tenang aja Om, gue bakal lulus dengan nilai bagus. Walau gak secerah Indah dan Indra sih," ucapnya sambil nyengir dan berlari menjauh.

"Makasih ya Om!" serunya.

Galang hanya menggeleng dan masuk ke ruang guru sambil membawa bekal tersebut. Tapi sebenarnya, ia tidak punya niat memberikan bekal itu pada Rayyan. Galang tau Rayyan sudah menikah, dan ia tidak ingin keponakannya terlibat dalam hubungan yang bisa merusak rumah tangga orang lain.

 

Sementara itu, lonceng pulang berbunyi. Guru di kelas Nayla pun menutup pelajaran.

"Jangan lupa belajar untuk ulangan Senin depan, ya," pesan guru itu sebelum meninggalkan kelas.

"Iya Pak!" jawab para murid serempak.

"Gimana Nay? Udah minta ijin belum?" bisik Alika.

Nayla menggeleng. "Belum. Baru mau chat sekarang."

"Ya udah buruan chat," desak Tania.

Baru saja Nayla membuka ponselnya, Alika memberi saran. "Tapi kayaknya lo telepon aja deh. Biar jelas dan cepat."

"Bener tuh," timpal Tania. "Dari pada nungguin balasan yang lama."

Nayla akhirnya mengangguk dan langsung menekan nomor Rayyan. Setelah dering ketiga, suara Rayyan terdengar.

"Halo assalamu’alaikum."

"Wa’alaikumsalam Kak."

"Ada apa?"

"Aku mau minta ijin. Mau ke mall sama Tania dan Alika buat nyari buku referensi tugas dari Bu Nita. Boleh gak?"

Tania langsung menahan tawa. "Aku katanya," bisiknya.

Nayla menyikut lengan Tania. Rayyan di ujung telepon sempat terdiam sebelum menjawab.

"Hmm bukan buat main kan?"

"Bukan kok serius buat tugas."

Hening sejenak.

"Kak?"

"Iya, iya boleh. Tapi cuma sama mereka berdua ya?"

"Iya, cuma sama mereka kok."

"Oke. Tapi jangan pulang terlalu sore."

"Iya janji."

"Ya udah. Assalamu’alaikum."

"Wa’alaikumsalam."

Nayla menutup teleponnya.

"Di ijinin?" tanya Tania walaupun sudah dengar jawabannya.

"Iya tapi gak boleh pulang kesorean," jawab Nayla.

"Yay! Yuk kita berangkat sekarang!" seru Tania sambil menarik tangan Nayla dan Alika.

Sesampainya di mall, mereka langsung menuju toko buku.

"Nay, Ka, ke sana yuk!" ajak Tania, menunjuk rak novel.

"Eh nanti aja. Kita cari referensi tugas dulu," sahut Nayla.

"Bener nanti malah kelupaan," tambah Alika.

Setelah tiga puluh menit, mereka menemukan buku yang mereka cari. Barulah mereka ke bagian rak novel.

"Eh ini bagus banget," ucap Tania menunjukkan novel Love Beyond Reason.

"Wah iya," sahut Nayla.

"Tania, bukannya lo udah punya banyak novel Sandra Brown yang belum dibaca?" tanya Nayla.

"Iya, tapi belum punya yang ini!" jawab Tania semangat.

Nayla dan Alika hanya bisa geleng-geleng melihat kegigihan sahabatnya itu dalam mengoleksi novel.

"Ini bagus Nay," kata Alika sambil menyodorkan novel lain.

Nayla membaca judulnya pelan. "Dinikahi Profesor Galak?"

"Pas banget kan? Kayak kisah lo sekarang. Bedanya lo dinikahi guru killer," canda Alika.

"Heh! Kak Rayyan itu bukan galak tapi tegas!" bela Nayla spontan.

Tania dan Alika langsung saling pandang lalu tertawa. "Iya deh suami pasti dibelain," goda Tania.

Belum sempat Nayla membalas, matanya tiba-tiba terpaku ke luar toko ia terdiam.

"Pak Rayyan apa Nay?" tanya Alika.

Tapi Nayla tak menjawab. Matanya menatap nanar ke arah luar.

Tania dan Alika pun ikut melihat ke arah yang ditatap Nayla. Betapa terkejutnya mereka, ketika melihat sosok yang sangat mereka kenal sedang berjalan dengan seorang wanita cantik dan anggun di sisinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!