"A-aisyah. Ka-kamu? Su-dah ti-dak pe-rawan?” tanya pria itu dengan tergagap. Mencari jawaban yang sebenarnya ia sudah tahu apa jawabannya. Menatap tak percaya pada wanita yang kini ada di bawahnya.
Malam pertama yang seharusnya membahagiakan, malah menjadi awal sebuah kehancuran. Rumah tangga yang baru saja seumur jagung harus kandas hanya karena keperawanan. Hadirnya orang ketiga membuat rumah tangga yang Susah payah di bangun kembali oleh Aisyah harus hancur berantakan.
Akankah Aisyah bertahan dan mendapatkan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Republik Septy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Lorong itu sangat gelap,
Ragu aku melangkah.
Dengan langkah tertatih,
menahan rasa perih
Aku terdampar, jiwaku terkapar
aku jatuh ke dalam jurang yang bernama harapan. Bahkan harapan itu pun sudah hilang. Yang ada hanya luka yang berserakan
🌹🌹
Happy reading
Aisyah pulang dengan sisa hati yang hancur. Ia tak menyangka jika suaminya akan lebih membela adik iparnya. Hatinya terasa sangat sakit mendapati sikap suaminya yang semakin hari semakin dingin padanya. Bahkan kini suaminya itu lebih suka marah dan tak jarang berkata kasar padanya. Sementara itu, di ruang kerja Arzan Dita menangis tersedu-sedu.
"Maafkan aku, kak. Karena aku, Kakak dan kak Aisyah bertengkar. Maaf karena telah membuat kesalah pahaman di antara kalian." gadis itu terisak dengan wajah menyedihkan. Arzan yang duduk di sebelahnya merasa kebingungan, tak tahu harus bagaimana.
"Ini semua bukan salah kamu, Dit. Sebenarnya setelah malam pertama itu hubungan kami memang tidak bisa di katakan baik. Jadi jika hari ini kami bertengkar, bukan semata karena kamu. Dia saja yang pikirannya terlalu dangkal. Mana mungkin kita punya hubungan, bukan?" ia tertawa kecil. Membayangkannya saja tidak pernah.
"Mungkin saja jika aku mau!" kata Dita dalam hati. Diam-diam hatinya tertawa mendengar pernyataan kakak iparnya. Ia tahu bahwa hubungan kedua orang yang baru menikah itu tidak baik. Arzan pasti kecewa karena Aisyah tidak perawan. Lagi pula mana ada pria yang mau dengan wanita yang rusak?
"Tapi tetap saja, kak. Kak Aisyah terlihat marah dan tidak suka pada Dita. Lihat saja tadi, ia marah pada Dita. Padahal 'kan maksud Dita baik."
"Iya, kakak tahu. Maksud Dita baik, Aisyah memang sangat keterlaluan."
Tiba-tiba Dita menghambur ke pelukan Arzan, membuat pria itu mendelik terkejut.
"Kakak, nanti bagaimana jika kak Aisyah masih marah pada Dita? Dia pasti tidak akan suka pada Dita. Atau bahkan mungkin kak Aisyah akan mengusir Dita." rengeknya sembari mengencangkan pelukan. Arzan yang kesadarannya belum pulih betul hanya diam tak berkutik. Ia tidak tahu apa yang harus di lakukan. Tubuhnya membeku karena di peluk oleh Dita. Ada hal aneh yang menjalar tiba-tiba dalam dirinya. Apalagi ketika gadis itu semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Arzan. Membuat sesuatu bergerak di bawah sana.
"Kak, kok diam aja sih? Gimana kalo Dita di usir oleh kak Aisyah?" Wajah gadis itu mendongak menatap pria yang di dekapnya. Arzan pun menoleh ke bawah, wajah mereka sangat dekat. Bahkan hembusan napas Dita pun terasa hangat di indera penciuman pria itu. Tercium bau cery yang lembut, yang membangkitkan gairah dewasanya. Tak bisa di pungkiri, cukup lama ia dan Aisyah tak berhubungan. Bahkan terakhir kali mereka berhubungan sangat intim ketika malam pertama yang berujung kecewa.
"Dit-Dita. Ka-kamu tidak perlu cemas. Kakak tidak akan membiarkan Aisyah mengusir kamu. Ingat, rumah itu milik kakak. Bukan milik Aisyah. Lagi pula kamu tidak salah, dia yang pikirannya sangat dangkal. Kamu tenang saja, ya." Refleks, tangan pria itu mengelus Surai yang tergerai mengenai bahunya. Dita tersenyum, ia menyurukkan kepalanya ke ceruk leher sang kakak ipar.
"Terima kasih, ya Kak. Kakak sangat baik, aku menyayangi kakak." gadis itu mengeratkan pelukannya membuat Arzan semakin salah tingkah. Ia menarik napasnya yang berat, jantungnya berdetak lebih cepat. Arzan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.
Mendengar jantung Arzan yang berdetak lebih cepat, Dita tersenyum puas. Ia kembali mendongak, menatap wajah tampan pria itu yang terlihat tidak tenang. Keringat sebesar biji jagung keluar dari kening pria itu. Dita menatap bibir bewarna peach yang sedikit terbuka. Ia sangat ingin menenggelamkan bibirnya pada bibir milik pria itu. Bahkan jantungnya kini sama cepatnya dengan irama jantung sang kakak ipar.
"Kak, kakak kenapa?" tanya Dita dengan suara lemah. Ia bahkan tak melepaskan dekapannya, kini tangannya yang semula berada di pinggang pria itu pindah ke leher Arzan.
"Kak, kenapa diem aja?" ia mendekatkan wajahnya. Pria yang ada di hadapannya hanya terdiam tak berkutik. Deru napasnya terasa berat, mata gadis itu terlihat sayu.
"Di-Dita. Apa yang kamu lakukan?" cicit pria itu.
"Apa kakak merasakan apa yang Dita rasa?" tanya gadis itu.
"Maksudnya?" tanya balik pria itu. Ia berusaha untuk tetap menjaga kesadaran.
"Kak, kenapa ada yang berbeda setiap kita berdekatan?"
"A-aku tidak tahu."
"Kak, apa kak Arzan menginginkannya?"
Arzan terdiam. Otaknya mencoba untuk menjaga kewarasan dan menyuruh berontak tapi berbeda dengan tubuhnya. Ia tak berkutik kala jemari lentik Dita mengelus jakunnya yang sedang naik turun.
"Kak, aku sangat menginginkan kamu. Aku menginginkanmu," bisiknya lembut. Bahkan gadis itu berani mengigit pelan cuping telinga Arzan sehingga membuat pria itu terpejam. Deru napas hangat dari gadis itu membuat tubuhnya tak bisa menahan gelombang hasrat yang seketika menggulungnya.
"Dita ... Apa yang kamu lakukan?" lirih pria itu dengan lemah. Ia tak habis pikir, mengapa ia bisa begitu lemah berhadapan dengan gadis kemarin sore.
"Dita hanya melakukan hal yang semestinya, kak. Bukankah kakak juga menginginkannya?" keduanya saling tatap dengan gairah yang semakin berada di puncak. Entah siapa yang memulai, kedua benda kenyal itu saling bertemu. Mereguk manisnya bibir keduanya, menenggelamkan benda kenyal itu dan saling menyesap. Tubuh Arzan tak bisa di kendalikan lagi. Pikirannya berkata ini salah, tapi tubuhnya berkhianat. Tubuhnya sangat menikmati sentuhan-sentuhan yang di berikan oleh gadis yang ada di hadapannya. Ia terpesona, tak pernah mendapatkan hasrat yang begitu liar. Hasrat yang menggebu dengan napsu yang memburu. Tak ada lagi pikiran jika Dita adalah adik ipar. Tak ada lagi pikiran jika ia mempunyai istri yang menunggunya di rumah. Ia hanya menuruti hawa napsu yang menuntunnya ke jurang kehancuran. Bukannya mencoba memperbaiki rumah tangganya yang berada di ambang kehancuran, Arzan malah sibuk memburu kenikmatan yang haram. Menjelajahi tubuh adik iparnya sendiri di ruang kerja yang beberapa jam lalu di datangi istrinya. Pria itu membawa sang adik ipar ke dalam ruangan pribadi tanpa memutuskan tautan bibir keduanya. Tautan itu semakin panas, membuat tubuh keduanya mengejang. Saling menyentuh, setiap jengkal tak ada yang terlewat. Hingga keduanya melakukan penyatuan. Arzan terkesiap, ia merasakan penghalang ketika ingin memasuki inti tubuh gadis yang ada di bawahnya.
"Di-Dita, ka-kamu masih perawan?"
Gadis di bawahnya mengangguk lemah.
"A-aku tidak bisa." Arzan akan menarik mundur tubuhnya ketika Gadis itu menarik dengan kuat tubuh pria yang ada di atasnya.
"Lakukanlah, kak. Semua ini memang untuk kakak. Aku rela kehilangan semuanya asalkan dengan kakak. Aku sangat mencintai kakak. Aku mohon, lakukan." pintanya dengan sangat. Ia tidak akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan Arzan. Dirinya sudah melangkah terlalu jauh, tidak akan ada kata mundur. Jika ini gagal, maka selamanya dirinya tidak akan mendapatkan pria yang sejak lama ia cintai.
"Ta-tapi Dit." Arzan tak habis pikir dengan semuanya.
"Ayolah, kak. Lakukan sekarang." bujuk gadis itu dengan sedikit merengek.
Arzan menelan ludah dengan kasar. Tak bisa di pungkiri, ia sangat menginginkan hal ini. Tapi dirinya juga masih terkejut dengan pernyataan cinta dari sang adik ipar.
"Lakukanlah, Kak. Aku milik mu,"
nikung saudara gak ada akhlaq🤣🤣🤣
dia kya gtu jga karna nyokap lo