Nadia hanya merupakan figuran di rumahnya. Walaupun ia bagian dari keluarganya, tapi tetap saja ia tak dianggap sama sekali seperti keluarga. Malah lebih tampak seperti seorang budak yang dipekerjakan tanpa upah. Ini semua karena ia lahir dari istri kedua ayahnya yang membuatnya harus menanggung semuanya.
Namun, secara drastis Nadia mengalami klimaks takdir di mana dirinya tiba-tiba menjadi pengantin pengganti yang harus menggantikan kakaknya yang tidak ingin menikahi CEO culun.
Nadia secara terpaksa memenuhi keinginan itu hingga dirinya jatuh ke dalam kelamnya kehidupan hidup Saddam yang tak pernah ia kira secepatnya. Tapi, di samping itu Nadia baru tahu jika menjadi culun hanyalah penyamaran pria itu. Sebenarnya dia sangat tampan dan bahkan Nadia terpesona saat pandangan Pertama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Nadia menarik napas panjang dan melebarkan senyumnya saat melihat bahan makanan yang sudah tersaji lengkap di atas mejanya. Saatnya ia beraksi dan menunjukan keahliannya bermasak. Nadia benar-benar melakukannya dengan sangat apik.
Pekerjaan itu tentu saja dibantu oleh pelayannya dan bahkan pelayanannya saja sampai tercengang melihat Nadia yang sangat berani menghadapi kepiting yang hidup tersebut. Selian itu Nadia tak takut kotor sama sekali. Padahal ia mendengar jika tuannya menikah dengan anak dari konglomerat dan juga perempuan itu juga hidup dengan bersih.
Maka dari itu ia sempat merasa takut dengan istri tuannya nanti, tapi tak disangka jika tuannya membawa Nadia yang sangat friendly dan juga mudah berinteraksi dengannya. Ia benar-benar merasa senang dengan hal tersebut dan pelayan itu tak bisa menyangkal jika Nadia adalah nyonya terbaik.
"Nyonya, kau benar-benar hebat. Aku pikir kau adalah orang yang sangat arogan dulu." Sadar dengan apa yang telah diucapkannya kepada sang tuan, pembantu itu langsung menutup mulutnya.
Akan tetapi reaksi Nadia yang tertawa lembut itu membuat pembantu itu makin terkesima dengan kebaikan hati Nadia. Nadia tersenyum ke arah pembantunya dan kemudian melanjutkan pekerjaannya.
"Kau tenang saja aku bukan orang yang seperti itu. Mungkin aku yang diarogani oleh orang-orang."
Pembantu tersebut pun menatap Nadia dengan tatapan sedih namun juga terselip rasa bingung juga di sana. Ia merasa heran karena menurutnya dari informasi yang beredar bahkan calon istri dari Saddam sangat tidak ramah dan malah tak ada yang berani merundungnya.
"Ternyata rumor itu salah. Sama sekali kau tak seperti yang banyak diceritakan pekerja di sini. Mereka mengatakan jika kau adalah wanita yang sangat jahat dan arogan, aku bahkan sudah mencari lowongan pekerjaan yang lain takut aku tidak tahan hidup dengan kalian."
Nadia terdiam. Mungkin yang mereka katakan adalah Kelly. Tapi Kelly cukup baik kepada pembantunya, wnaita itu hanya arogan kepada dirinya. Mengingat sifat Kelly kepada dirinya lagi-lagi membuatnya merasa sedih. Ia bak sedang dianggap orang luar. Tapi ia mengerti kenapa Kelly melakukan hal itu. Pasti Kelly juga merasa sangat sakit hati dan ia tak memiliki kasih sayang yang sangat mendalam dari keluarganya.
"Entahlah."
Nadia hanya mengatakan kalimat tersebut dan lalu kemudian ia pergi untuk menyiapkan bahan makanan yang lain untuk ia membuat makanan kesukaan Saddam tersebut. Ia melakukannya dengan senyum yang terus mengembang yang membuat siapa saja yang melihat kecantikan yang dimiliki oleh wanita itu akan terpana.
Tapi tak ayal saat ini Nadia benar-benar merasa sangat gugup takut jika makanannya tak sesuai dengan selera Saddam. Nadia yang awalnya percaya diri secara perlahan tiba-tiba ia merasa murung dan takut jika makanannya akan mendapatkan reaksi buruk dari Saddam.
"Ada apa dengan mu, Nyonya, kau tampak sekarang tak bersemangat seperti tadi." Nadia menghela napas panjang dan menatap ke arah pembantunya dengan wajah yang sangat murung. Wanita itu seolah-olah ingin menunjukkan kepada pelayannya bahwa saat ini dirinya benar-benar diambang keraguan.
"Aku sangat takut, bagaimana jika makanan ku tak diterima olehnya? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Naida sembari menggigit bibirnya. Hal itu tampaknya sudah menjadi kebiasaan wanita itu setiap kali merasa gugup
Ia menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya.
"Nyonya, percaya sama saya. Asal Nona berusaha pasti Tuan akan menghargainya."
"Begitukah?"
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA