Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin tahu
Sebenarnya saat membalas ciuman dari Diandra, Austin merasakan urat syaraf kembali menegang dan ia benar-benar tersiksa karena harus menahan hasrat sekuat tenaga agar tidak kembali menyerang sosok wanita yang berubah menjadi lebih agresif.
Sementara lima tahun lalu, ia mendapatkan sebuah tamparan keras ketika tiba-tiba mencium tanpa izin.
Hal yang menjadi perbedaan antara pria dan wanita yang paling mendasar adalah kebalikannya. Para wanita tidak perlu izin untuk mencium pria, sedangkan hal berbeda tidak berlaku.
Bahwa ketika dulu merasa kesal pada Diandra karena dianggap sangat keras hati dan meremehkannya, sehingga memilih untuk memberikan sebuah pelajaran dengan langsung menghambur mencium.
Namun, untuk pertama kalinya ia mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita. Padahal awalnya berpikir jika semua wanita menyukai jika ia membuai dengan sebuah ciuman, tapi asumsinya pertama kali terpatahkan oleh Diandra dan membuatnya merasa penasaran dan lama-kelamaan jatuh cinta.
Kini, Austin membersihkan sisa perbuatannya di bibir sensual berwarna merah tersebut. "Sekarang istriku sangat nakal, ya. Apa kamu ingat saat menamparku?"
Diandra kini hanya terkekeh geli mendengarnya dan langsung mengusap lembut pipi kanan yang sempat ditampar. "Tentu saja aku ingat jika dulu menamparmu di sini."
"Namun, aku sama sekali tidak menyangka jika berakhir menikah denganmu hari ini. Memang jodoh itu tidak ada yang tahu karena sudah diatur semenjak kita dalam kandungan."
Austin yang kini hanya tersenyum simpul saat menanggapi perkataan Diandra yang mengalami amnesia disosiatif.
'Nasib baik ingatan istriku hanya menghilang sebagian. Sebagian itulah yang membuatku terlihat buruk di matanya. Aku harus bersyukur karena ia sama sekali tidak mengingat tentang semua kejahatanku padanya.'
Austin yang saat ini hanya mengangguk perlahan untuk membenarkan, karena tidak ingin membahas mengenai sesuatu yang mungkin akan membangkitkan potongan kejadian yang hilang di otak sang istri.
"Aku bahkan tahu kalau kamu jodohku semenjak pertama kali bertemu denganmu dan menyeretmu ke ruanganku, Sayang. Karena itulah semenjak saat itu, selalu berusaha untuk bisa mendekatimu dengan memanfaatkan kekuasaanku."
Tentu saja Diandra tidak pernah lupa momen tersebut karena merasa adalah pertemuan paling mendebarkan sekaligus menyebalkan. "Aku saat itu ingin sekali langsung meninju wajahmu yang sangat arogan."
Refleks Austin terbahak hingga ruangan kamar dipenuhi oleh suaranya. Beberapa saat kemudian, ia yang ingin menanggapi, tidak jadi mengeluarkan suara begitu mendengar pertanyaan dari wanita dengan wajah menggemaskan tersebut.
"Dulu saat kita bertemu di lift, apa yang pertama kali terpikirkan olehmu? Apakah merasa jika aku adalah seorang wanita memesona dan membuatmu jatuh cinta padaku pada pandangan pertama?"
Diandra benar-benar merasa sangat penasaran dengan apa yang dirasakan oleh Austin dulu ketika pertama kali bertemu. Hingga ia pun menyadari bahwa semua kemalangan yang menimpanya tidak sepenuhnya menyiksanya.
Namun, tiba-tiba ia menyadari bahwa semua keanehan yang dialami ada sebabnya. Refleks ia langsung menyuruh sang suami bangkit berdiri dari posisinya.
"Aku tadi ingin mengambil ponselku di atas nakas, tapi tidak sampai tanganku. Tolong ambilkan karena aku ingin menemukan sesuatu."
Austin yang selalu berhati-hati menghadapi Diandra karena dipenuhi kekhawatiran, sehingga saat ini tidak bisa lagi berpikir jernih karena takut jika wanita di hadapannya menemukan sesuatu yang berhubungan dengan Yoshi.
Setelah memutar otak untuk mencari alasan masuk akal, kini sengaja untuk mendekatkan wajah di dekat daun telinga. "Saat kita bersama, aku tidak ingin kamu bermain ponsel karena benar-benar merasa tersaingi."
Diandra sebenarnya masih tidak puas dan berpikir jika sikap lembut yang ditunjukkan oleh sang suami membuatnya merasa gagal, sehingga memilih patuh saja.
Meskipun sebenarnya tidak sesuai dengan hatinya. "Baiklah. Aku hanya akan fokus padamu."
"Istri yang baik adalah selalu mematuhi suami, bukan?" Austin mencoba untuk menguraikan masalah yang dirasakan sekaligus degup jantung berdetak kencang melebihi batas normal karena mengkhawatirkan keadaan sang istri jika kembali sakit kepala dan akan berakibat fatal.
"Maafkan aku." Diandra selama ini berpikir jika ia tidak lagi berminat untuk berlama-lama dengan ponsel.
Sementara itu, Austin bangkit dari posisi yang tadinya duduk di tepi ranjang sebelah sang istri. "Aku akan mengatakan pada dokter untuk memeriksamu, Sayang karena sekarang sudah berpakaian."
"Kenapa tidak telpon saja agar dokter segera naik?" tanya Diandra yang kini merasa sang suami seperti terlalu banyak membuang waktu.
Kebodohan utama yang sangat mendasar adalah terlihat suaminya tersebut yang tengah tersenyum dengan terpaksa dan beberapa saat kemudian tertawa.
"Kamu benar juga, Sayang. Karena saking bahagianya aku hari ini, malah melupakan hal-hal paling penting." Austin pun mengambil ponsel di saku jas.
Kemudian menghubungi dokter agar segera naik ke lantai atas dan segera memeriksa keadaan sang istri.
"Kita tunggu saja, Sayang."
"Kamu belum menjawabku tadi," sahut Diandra yang kini tengah menatap intens wajah dengan pahatan sempurna tersebut.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...