Saat cinta menyapa, mampukah Resti menepis rasa dendam itu?
Restina Adelia, menerima pinangan Raka Abhimana. Pernikahan mereka, hanya diwarnai pertengkaran demi pertengkaran. Suatu hari, Raka pulang dalam keadaan mabuk, hingga membuka rahasia kematian orang tua Resti.
Resti pun memutuskan pergi dari kehidupan Raka. Saat itulah, Raka menyadari perasaannya pada Resti. Mampukah Raka menemukan Resti? Bagaimana cara Raka meyakinkan Resti, bahwa hanya Resti pemilik hatinya, setelah Raka menyakiti Resti terus menerus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruth89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15 ~ Resah
Riska berjalan menghampiri Raka. Perlahan, tapi pasti gadis itu tiba di hadapan Raka. Resti yang masih tidak tahu, menatap keduanya bergantian..Satu hal yang Resti lihat dari sang suami. Ada rindu yang menggebu di sana.
Siapa dia? Apa dia masa lalu, Mas Raka? Kenapa hatiku terasa perih melihat tatapan, Mas Raka padanya? batin Resti.
"Apa kabar, Raka?" Gadis itu memulai pembicaraan.
"Seperti yang kau lihat," jawab Raka.
Nada suara Raka, terdengar ketus. Namun, matanya tidak. Gadis di hadapannya tersenyum kecil. Kemudian, menoleh pada Resti. Mendapat senyum seperti itu, Resti pun ikut tersenyum.
"Dia istriku," ucap Raka menyela.
Dari ekspresi gadis itu, terlihat jelas ia terkejut. Sementara Resti, menganggukkan kepala kecil dan tersenyum.
"Kau sudah menikah?" tanya Riska.
"Iya," jawab Raka singkat.
"Aku mengerti. Maaf, karena aku sudah menyakitimu sebelumnya," ucap Riska.
Resti bisa melihat penyesalan di mata gadis itu. Jadi, dia yang menyakiti, Mas Raka. Apa mereka akan kembali bersama? Bagaimana denganku? tanya Resti dalam hati.
"Aku tahu, kau mungkin tidak percaya. Sejak hari itu, aku tidak berminat menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun. Aku ... merasa bersalah padamu. Mari, kita mulai semua dari awal." Riska mengulurkan tangannya.
Keresahan pun timbul di hati Resti. Ia tidak bodoh. Ia bisa mengerti, bila gadis yang menjadi mantan sang suami ingin kembali padanya. Jantungnya berdegup cepat menanti jawaban dari Raka.
Sementara Raka tak bergeming. Ia masih menatap uluran tangan Riska. Meski sejujurnya, ia masih menginginkan gadis itu. Namun, Raka tak mungkin bisa kembali pada Riska.
"Aku tidak berniat merusak rumah tanggamu. Kita bisa menjadi teman. Tidak masalahkan?" tanya Riska.
Riska menatap Raka dan Resti bergantian. Ada sedikit kelegaan di hati Resti mendengar kata-kata Riska. Meski ia tak memungkiri, khawatir dengan hati Raka pada sang mantan.
Kuharap, kau menolak tawarannya, Mas, harap Resti dalam hati.
"Teman," ucap Raka seraya mengulurkan tangannya.
Mereka pun mencapai kesepakatan, untuk berteman. Riska tersenyum senang. Sementara Resti hanya tersenyum kecut, melihat hal itu. Aku akan bicara dengan, Mas Raka di rumah, batinnya.
***
Raka dan Resti melanjutkan rencana mereka. Meski begitu, Resti bisa merasakan perubahan di wajah sang suami. Pria itu, terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sepanjang film diputar, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Pada akhirnya, kencan yang Resti harapkan, tidak sesuai dengan ekpektasi. Resti pun memilih mengakhiri kencan mereka sore itu. Raka pun, tak mengikuti kemauan sang istri.
"Apa kamu masih memikirkan dia?" tanya Resti.
Saat ini, mereka sudah berada di dalam mobil. Raka menatap Resti sesaat.
"Dia siapa?" tanya Raka.
"Gadis tadi. Apa dia mantan kekasih, Mas?" Lagi, Resti bertanya.
"Aku tidak memikirkannya. Hanya ada sedikit pekerjaan yang menggantung," elak Raka.
Pria itu tidak menjawab pertanyaan terakhir Resti. Ia pun memilih bertanya ulang, "Siapa dia?"
"Mantan kekasihku," jawab Raka lirih.
"Dia cantik. Kenapa kalian putus?" tanya Resti kembali.
"Bisa kita tidak membahas dia? Aku tidak nyaman," ucap Raka jujur.
Melihat respon Raka, Resti pun membenarkan posisi duduknya. Ia memilih membuang pandangan dari sang suami. Setelahnya, tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka.
Tidak. Bisa jadi, Mas Raka memang tidak memikirkannya. Jangan berpikiran buruk, Resti! Resti mengingatkan dirinya sendiri.
Sesekali, Raka melirik Resti dengan ekor matanya. Melihat Resti murung, ia merasa bersalah. Ia pun membelokkan mobil ke arah yang lain. Resti menyadari perubahan jalur. Namun, ia hanya menatap Raka sesaat.
"Maaf, aku hanya tidak nyaman, jika membicarakan masa lalu," ucap Raka lebih dulu.
"Tidak masalah," jawab Resti. Ia menoleh sesaat dan tersenyum pada Raka.
"Bagaimana, kalau kita membicarakan tentang kita. Aku, belum terlalu mengenalmu. Misalnya, siapa saja temanmu, atau apa pun yang berkaitan dengan dirimu," ujar Raka.
"Tidak ada yang istimewa tentangku. Mas, tahu itu." Resti terlihat menerawang.
Raka terdiam. Ia tak melanjutkan pembicaraan mereka. Ponsel Raka berdering, membuat pria itu menoleh dan melihat si pemanggil.
"Halo," sapanya.
"Ini aku Riska. Sepertinya, kau tidak mengganti nomormu. Baiklah, sampai jumpa."
Resti bisa mendengar pembicaraan mereka. Karena Raka me-loud speaker ponselnya.
"Kita pulang saja, Mas. Aku lelah," ucap Resti.
Raka menoleh sesaat. "Tapi, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Lain kali saja. Sekarang, aku sedikit lelah," tolak Resti.
Raka memutar jalurnya kembali. Kali ini, ia akan kembali ke rumah. Resti tak bisa membohongi dirinya lagi. Ia begitu merasa resah.
"Mas," panggil Resti.
"Hem."
"Bisakah kau menjauh dari Riska?" pinta Resti.
Wanita itu menatap Raka lekat. Berharap Raka menyetujui permintaannya.
Kpan lgi nie kax🥰🥰🥰🥰🥺🥺🥺🥺🥺🥺