My Sweet Husband

Setelah selesai dengan upaya penyelamatan. Putra,Celine dan juga Rara memutuskan untuk segera pulang ke kediaman mereka.

"Ikut aku" ucap Putra kepada Celine saat mereka baru saja sampai di kediaman mereka.

"Aku akan menidurkan Rara terlebih dahulu, setelah itu baru kita bicara" jawab Celine yang memang sudah bisa menebak apa yang akan di bahas oleh Putra.

"Baiklah" jawab pria itu kemudian langsung meninggalkan Celine yang masih menggendong Rara yang terlihat sudah sangat mengantuk.

"Tidur nyenyak" Celine mengecup kening Rara sebelum dia meninggalkan kamar itu.

oooOooo

"Apa dia sudah tidur?" tanya Putra saat Celine baru saja masuk ke kamar mereka.

"Sudah" balas Celine yang kemudian langsung berjalan ke sofa,tempat yang sudah menjadi ranjangnya untuk beberapa minggu belakangan.

"Apa tidak ada yang ingin kau jelas kan padaku?" Putra mengode.

"Misalnya?" Celine berpura pura tidak mengerti.

"Aku mendengar semua percakapan mu dengan lelaki brengsek itu,apa yang dia katakan benar adanya? Apakah ini adalah kebenaran di balik pernikahan ini?" tanya Putra seraya ikut duduk di sofa yang bersebrangan dengan Celine.

"Benar, aku memang datang ke sini karna Mama Siska yang memintanya padaku. Dia memintaku untuk menyelamatkan Rara dari mu" jelas Celine jujur tanpa ada yang dia lebih lebih kan.

"Jadi kau memang sudah merencanakan ini dengan Mama? Termasuk menikahi ku walaupun kau tahu aku tidak berniat untuk menikah lagi?" tanya Putra lagi.

"Kita memiliki situasi yang sama Putra,aku juga tidak berniat untuk menjalin suatu hubungan lagi dengan siapa pun. Maka dari itu aku menyetujui permintaan dari ibumu bukankah itu akan sama sama menguntungkan bagi kita?" kata Celine.

"Tapi Rara anakku, apa kau benar benar ingin memisahkan dia dariku?" tanya Putra lagi yang masih tidak mengerti kenapa gadis itu mau menikah dengannya hanya untuk menyelamatkan Rara dari nya.

"Aku tahu, maka dari itu aku sudah merubah rencana ku. Awalnya aku memang sangat ingin membawa Rara setelah perjanjian kita selesai,tapi saat aku melihat kalian bersama ku pikir kau tidak terlalu buruk" ucap Celine.

"Maksud mu?"

"Aku tahu kau juga menyayangi Rara hanya saja kau tidak tahu bagaimana untuk mengekpresikannya" jelas Celine,memberitahu kepada Putra bagaimana pandangan terhadap hubungan ayah dan anak itu.

Putra diam saat mendengar perkataan Celine yang memang tepat sasaran,mungkin hingga satu tahun belakangan dia memang masih membenci Rara tapi sekarang rasa benci itu perlahan lahan berubah menjadi rasa sayang yang masih terasa asing baginya.

"Aku tidak akan meminta hak asuh Rara kalau kau bersikap baik padanya Putra,jadi ku mohon" pinta Celine sungguh sungguh,menatap kepada manik mata Putra yang ke coklatan.

"Apakah kau sangat menginginkan itu?" tanya Putra yang langsung di angguki oleh Celine.

"Lalu bisakah kau mengabulkan satu hal untukku?" pintanya lagi.

"Apa?" tanya Celine antusias.

"Kau tahu...aku adalah pria yang kesepian apa kau mau-" perkataan Putra di potong oleh Anna.

"Stop! Aku tidak mau! Kau mau meminta tidur dengan ku kan? Aku tidak mau!" Celine menyilangkan kedua tangannya di atas dada.

"Aku belum selesai bicara Celine! Lagi pula aku heran dengan isi otak mu itu kenapa isinya hanya yang kotor kotor?" Hardik Putra.

"Kalau bukan itu apa lagi? Aku sering membaca di novel daring dan biasanya pria akan meminta seperti itu di saat saat genting seperti ini" Celine kembali teringat dengan novel yang baru saja dia baca tempo hari.

"Dunia virtual itu tidak sama dengan dunia nyata! Bukan itu maksudku!" kesal Putra.

"Lalu apa?" tanya Celine.

"Aku hanya ingin bilang agar kau mau menjadi temanku dan memerankan peran sebagai ibu Rara,setidaknya selama masa perjanjian ini berlaku" kali ini Putra benar benar mengutarakan keinginannya.

"Ohh begitu! Permintaan yang mudah aku akan dengan senang hati menurutinya" ucap Celine seraya menyodorkan jari kelingkingnya untuk membuat simbol janji yang tak lama kemudian langsung di sambut oleh Putra meskipun dengan sedikit kaku.

"Aa satu lagi,aku harap kau bisa cuti dari pekerjaan mu dan benar benar fokus pada Rara. Aku takut kejadian seperti tadi terulang lagi" kata Putra lagi.

"enam bulan? Yang benar saja! Kalau begitu aku akan langsung di pecat" jawab Celine.

"Aku bisa mengurusnya untuk mu,kau tenang saja" Putra menenangkan.

"Baiklah, aku juga ingin memerankan peran ibu dengan baik kali ini. Karna mungkin aku tidak akan pernah mendapat kesempatan seperti ini lagi kedepannya" ucap Celine yang memang sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah dia dan Putra berpisah nanti.

"Terimakasih" ucap Putra terdengar sangat tulus di telinga Celine.

"Mmm Putra?" panggil Celine saat pria itu baru saja berdiri dari duduknya.

"Ada apa?" tanya nya seraya menatap Celine tepat pada matanya.

"Apa yang akan kau lakukan kepada dokter samuel?" tanya Celine memberanikan dirinya.

"Tentu saja memberikan dia pelajaran yang seberat beratnya. Dia sudah salah mencari lawan,aku tidak akan pernah memaafkan nya" tegas Putra.

"Baiklah,tapi lebih baik kau menghubungi pihak yang berwajib dan jangan membunuh nya" saran Celine.

"Aku tahu, aku juga tidak akan membiarkan Rara di cap sebagai anak dari seorang pembunuh" ucap Putra lagi,setelahnya pria itu pun langsung meninggalkan Celine sendirian di kamar itu.

Sepeninggal Putra Celine pun langsung membaringkan tubuhnya yang masih terasa sangat sakit akibat benturan saat dia di tampar oleh Samuel tadi siang.

"Ahh sakit sekali" gumamnya sambil memegangi pinggang nya yang sedikit berdenyut.

" Tapi aku senang,setidaknya Putra jadi lebih menyayangi Rara" Gumam Celine lagi dengan senyum yang tak pernah luput dari wajah cantik nya.

"Sekarang Putra sudah sedikit memperlihatkan kasih sayangnya pada Rara dan Celine akan mengajari Pria itu agar lebih menyayangi Rara. Jadi mama jangan khawatir dan beristirahat lah dengan tenang" gumem Celine pelan,berharap Siska akan dapat mendengarkan gumam an nya.

Setelah mengatakan itu Celine pun memutuskan untuk segera membersih kan tubuhnya dan tertidur.

Disaat yang bersamaan terlihat Putra tengah duduk di sebelah Rara yang sedang tertidur lelap. Perlahan pria itu mengangkat tangannya untuk membelai kepala Rara tanpa berusaha membangunkan gadis itu.

"Maafkan Daddy Rara, maafkan Daddy karna sudah menyalahkan mu karna kepergian Mommy. Daddy janji akan mencoba bersikap lebih baik lagi padamu" ujar Putra sambil tangannya terus saja mengelus puncak kepala sang anak.

"Mimpi indah sayang" ucapannya lagi,kemudian dia pun memperbaiki selimut Rara dan meninggalkan gadis itu untuk kembali ke kamarnya.

"Halo?" ucap Putra sesaat setelah dia mendapat panggilan telpon dari sekretaris mama nya yang menelponnya saat dia masih dalam perjalanan menuju kamarnya.

"Bisakah anda ke kantor saya besok pagi? Ada yang ingin saya sampaikan"balasnya.

"Tidak bisakah kau mengatakannya sekarang?" tanya Putra.

"Ini menyangkut wasiat ibu anda tuan" katanya lagi.

"Baiklah, aku akan kesana besok pagi" ujar Putra kemudian pria itu langsung mematikan panggilan itu dan menerus kan langkahnya menuju kamar nya.