Yurika Hana Amèra (Yuri), mahasiswi akhir semester dua yang mencari tempat tinggal aman, tergiur tawaran kosan "murah dan bagus". Ia terkejut, lokasi itu bukan kosan biasa, melainkan rumah mewah di tengah sawah.
Tanpa disadari Yuri, rumah itu milik keluarga Kenan Bara Adhikara, dosen muda tampan yang berkarisma dan diidolakan seantero kampus. Kenan sendiri tidak tahu bahwa mahasiswinya kini ngekos di paviliun belakang rumahnya.
Seiring berjalannya waktu, Yuri mulai melihat sisi asli sang dosen. Pria yang dielu-elukan kampus itu ternyata jauh dari kata bersih—ia sangat mesum. Apalagi ketika Kenan mulai berani bermain api, meski sudah memiliki pacar: Lalitha.
Di tengah kekacauan itu, hadir Ezra—mahasiswa semester empat yang diam-diam menaruh hati pada Yuri sejak awal. Perlahan, Ezra menjadi sosok yang hadir dengan cara berbeda, pelan-pelan mengisi celah yang sempat Yuri rindukan.
Antara dunia kampus, cinta, dan rahasia. Yuri belajar bahwa tidak semua yang berkilau itu sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SweetMoon2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Langkah yang Mulai Jadi Sorotan
Suara dering ponsel Yuri terus berbunyi nyaring. Mau nggak mau Yuri harus menghentikan aksi 21+ nya bareng Ezra. Dia merapikan rambutnya, lalu turun dari pangkuan Ezra. Sebelum benar-benar bangun, Yuri mencondongkan tubuh dan memberi Ezra kecupan cukup lama—panas, manja, sekaligus pamungkas sebagai penutup. Ezra hanya diam, menikmati tiap detiknya.
Liar juga ini cewek…, batinnya sambil tersenyum penuh arti.
Yuri meraih ponselnya di meja. Nama Mama terpampang jelas di layar. Ia menempelkan jari di bibir, memberi isyarat pada Ezra agar diam sambil menunjukkan layar. Ezra mengangguk mengerti.
Yuri duduk di sebelahnya dan mengangkat telepon. Dalam hitungan detik, lengan Ezra sudah melingkari pinggangnya posesif.
"Halo, Ma," Yuri menarik napas panjang, memastikan suaranya kembali normal.
"Hai, Sayang. Lagi sibuk kah?," tanya Mamanya lembut.
"Nggak kok, Ma. Nanti siang baru ke kampus," Yuri menyandarkan kepalanya di dada bidang Ezra. Tangan Ezra sendiri sibuk memainkan rambutnya, tangan lainnya menggulir ponselnya sendiri.
"Mama cuma mau tanya kamu libur kuliah kapan? Nanti liburan kamu ke sini ya. Oma sama Yuka terus nanyain kamu ini sayang."
"Iya, Ma. Nanti liburan aku ke sana. Ehm... Kira-kira dua minggu dari sekarang. Habis itu aku berangkat kesana."
"Oke kalau gitu. Nanti tiketnya Mama pesankan dari sini ya sama dokumen lainnya Mama uruskan. Jadi kamu tinggal berangkat."
"Oke, Ma. Makasih Mamaku yang cantik. Love sekebun. Muachhh," rayu Yuri. Ezra yang ada disebelahnya gemas, melihat interaksi ibu dan anak ini, jadinya dia ciumi puncak kepala Yuri.
Terdengar suara tawa Mamanya di seberang sana. "Ya sudah, kalau gitu. Bye, Sayang."
"Bye, Mama."
Panggilan terputus, suara Ezra langsung menginterupsi.
"Lo mau kemana liburan semester?", tanyanya penasaran.
"Ke keluarga gue di Aussie", jawab Yuri sambil menyamankan posisinya.
"Aussie?", kaget Ezra. Pasalnya, keluarga besarnya juga ada di sana.
"Iya. Mau ikut, Bang?", tanyanya bercanda.
"Boleh."
Yuri cuma tertawa, dia kira Ezra cuma bercanda dengan jawabannya.
"Ke kamar yuk, kita tidur bentar. Nanti jam 11 gue bangunin," ajak Ezra yang diangguki Yuri. Keduanya tidur di kamar tamu di lantai bawah.
***
"Bang, gue turun di depan kampus saja, ih," rengek Yuri dari tadi berusaha membujuk Ezra. Saat ini keduanya dalam perjalanan menuju kampus.
"Tanggung, Hana."
"Gue belum siap di amuk fans lo nih", melasnya.
Jujur, Yuri sebenarnya dari kemarin was-was saat harus berdekatan dengan Ezra, salah satu Prince Charming kampus yang digilai banyak mahasiswi.
"Lo, tahu?"
"Apanya?"
"Para cegil (cewek gila) dan fans bar-bar?"
"Tahu lah, tapi dari teman gue. Ya, please, gue nggak mau rambut gue kena jambak nih," rengeknya lagi. Ezra malah tertawa di balik kemudi. Lucu banget wajah Yuri pas merengek, gemesin, batinnya.
"Tenang. Lo datang sama gue. Jadi nggak bakal ada yang berani kok. Nanti, kalau ada yang tanya kenapa bisa bareng, bilang saja sudah janjian buat foto buletin. Oke?", Ezra menggenggam satu tangan Yuri dan mengecup punggungnya. Lagi-lagi pipi Yuri bersemu merah. Ezra yang melihat itu cuma bisa senyum.
Yuri cuma bisa manyun sambil sesekali ngaca buat pura-pura mengecek tampilannya. Deg-degan jelas, apalagi buat nyiapin diri dari berita heboh yang bakal muncul nggak lama lagi.
Benar saja, saat mobil Ezra sampai di pelataran parkir gedung kemahasiswaan semua mata tertuju ke arah mereka. Layaknya meerkat semua nengok, kepo. Semua penasaran siapa pemilik mobil mewah yang parkir di sana.
"Siapa?," bisik salah satu mahasiswa sambil merokok.
"Tahu. Alumni kali. Mobilnya bagus gitu," jawab salah satu mahasiswi yang sedang duduk bergerombol di sana, mereka baru selesai rapat BEM Fakultas.
Pintu kemudi terbuka, semua mata langsung tertuju ke arah siapa yang turun.
"Heh, itu Bang Ezra. Gila, cakep banget," bisik salah satu mahasiswi. Baru kali ini dia melihat Ezra dengan pakaian santai tapi fresh banget diluar jam kuliah dan agenda basketnya.
"Wih, ternyata kapten basket," bisik gerombolan lain, ada teman kelas Yuri di sana.
Belum selesai keterkejutan mereka, Ezra berputar ke sisi penumpang depan, membukakan pintu. Semua mata langsung berharap-harap cemas. Siapa yang bakal turun dari kursi sebelah kemudi.
TARAAA
Kebanyakan yang bergerombol di sekitar parkiran teman seangkatan Yuri, baik sejurusan atau nggak, tapi masih sama-sama anak FEB.
"Yuri?" pekik beberapa mahasiswi kaget.
"Ha? Kok bisa Yuri?," kaget teman kelas Yuri sampai berdiri dari duduknya.
"Siapa?", kepo yang lain karena nggak kenal Yuri.
"Yurika, anak Manajemen Bisnis", jawab yang lain.
"Cantik kok. Kenapa emang kalau dia sama Bang Ezra?," tanya salah satu mahasiswa yang nimbrung.
"Yang bilang dia jelek siapa, bego. Cuma gue nggak nyangka saja," tabok temennya yang duduk disamping.
Yuri yang sebelum turun sudah harap-harap cemas. Dia langsung afirmasi positif ke dirinya sendiri, komat-kamit macem mbah dukun.
"Sdah kepalang nyebur Yuri, do it, girl. You deserve better than them. Angkat dagumu, jalan lo harus percaya diri. Ok, dear."
Yuri turun dan berjalan seperti biasa ke arah sekretariat buletin bareng Ezra di sebelahnya. Sesekali dia balas ramah sapaan teman-temannya.
"On time sekali pasangan buletin kita guys. Jam 12.45 sudah datang. Masuk-masuk, duduk dimana aja ya," kata salah seorang senior yang tadinya sibuk entah sedang mengetik apa di laptopnya. Sekre sepi, belum banyak orang.
Yuri hanya balas dengan senyum dan berjalan masuk ke dalam sekre dan duduk di salah satu bangku. Begitu juga Ezra duduk di sebelahnya. Keduanya kembali cuek, masing-masing sibuk dengan ponsel mereka.
Ezra sibuk menonton pertadingan basket NBA yang dia lewatkan tadi pagi, lewat siaran ulang, telinganya jelas dia sumpel pakai earbuds. Yuri sendiri sibuk baca slide mata kuliah lewat ponselnya.
***
Disisi lain, ada gerombolan para senior dan alumni yang duduk di gazebo dekat parkiran. Mereka melihat dengan jelas kedatangan Ezra dan Yuri sambil nyantai disana.
"Si Ezra sama siapa tuh?," tanya salah satu alumni yang sibuk merokok.
"Anak Manajemen Bisnis semester dua, Bang. Mereka jadi model buletin jurusan semester depan," jawab senior yamg ada disana.
"Gimana Tan, bukannya lo suka Ezra? Kalau ditikung sama tuh cewek gimana?", goda alumni yang lain iseng.
"Ih... Apaan sih kak. Mereka cuma datang bareng saja kan, lagian ada projek bareng", jawab Tania. Padahal otak kosongnya langsung mencerna semuanya. Dia merasa familiar sama mobil yang di kendarai Ezra tapi lupa.
"Jangan cemburu gitu, Tan. Lo tetep yang terbaik," goda senior cewek. Semua langsung tertawa dan terus menjaili Tania yang gabung disana. Diam-diam dalam hatinya dia sudah nyiapin rencana buat Yuri yang berani banget deketin gebetannya. Dia jelas bakal bikin perhitungan. Senyumnya sinis penuh makna.