Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Theon menatap punggung Meriel saat kekuar dari pintu, lalu kembali kepada Corvina. "Kaisar ruapanya pandai memilih selir," katanya datar, namun sarat sindiran.
Corvina tahu bahwa perkataan Theon bukanlah makna sebenarnya. "Grand Duke juga berpikir begitu?" tanya Corvina, "tapi, jika Anda bersikap seperti tadi di depan Kaisar anda akan terkena masalah."
"Karena selir tadi adalah wanita kesayangan Kaisar?" tanya Theon.
"Ya, dia adalah wanita kesayangan Kaisar negeri ini,"
"Lalu Anda, Yang Mulia Ratu?"
"Aku hanyalah wanita yang di beri gelar Ratu. Sejak awal pernikahan kami bukanlah atas dasar cinta Kaisar," jawab Corvina. Ia ingat kehidupan yang lalu, dialah yang pertama jatuh cinta pada Cassian saat Cassian masih seorang pangeran.
Dulu, akulah yang selalu mengejar cinta Kaisar sampai aku merengek pada ayahku untuk mengajukan lamaran pada istana, batinnya.
Ayah Corvina adalah Duke Lysandre, seorang yang berjasa …karena kontribusinya yang besar pada perang perbatasan, Kaisar akhirnya menerima lamaran itu lebih tepatnya, menerima kesepakatan politiknya.
Corvina menunduk, jemarinya mengepal di sisi gaunnya. “Cinta yang kupaksakan waktu itu ... ternyata hanya membuatku tampak bodoh di matanya.”
"Yang bodoh bukan Anda, tapi pria yang tak mampu melihat betapa mengagumkannya Anda, Yang Mulia," ucap Theon tenang, namun matanya tak bergeming dari wajah Corvina.
Corvina menatap balik, bibirnya melengkung tipis. "Apa itu pujian, Grand Duke?"
"Tentu saja, Yang Mulia," jawab Theon, suaranya dalam tapi lembut. "Sejak pertama kali saya melihat Anda, saya sudah terpana."
Corvina terdiam. Ada getir di matanya yang bahkan cahaya lilin tak bisa sembunyikan. "Kalau kau tahu bagaimana aku hidup dulu... sebagai ratu yang impulsif, lemah, dan menyedihkan, selalu kalah oleh Meriel... masihkah kau akan memujiku, Theon?" kata Corvina dalam hatinya.
"Grand Duke ternyata memang pandai berkata manis," ucap Corvina, senyum samar terukir di bibirnya.
Theon menatapnya lama, seolah mencari sesuatu di balik tatapan Ratu Ardelia itu. Hingga akhirnya ia berkata pelan, “Yang Mulia, maukah Anda berdansa dengan saya di pesta perayaan kemenangan nanti?”
Corvina tertegun. Pesta perayaan kemenangan Grand Duke dan pasukannya melawan Brione...
Aku hampir melupakannya. Di sanalah awal kehancuranku dimulai. Aku difitnah menaruh racun, lalu dituduh membocorkan rahasia militer, fitnah yang membuat Brione menyerang balik dan menewaskan banyak prajurit di pangkalan timur.
Tapi... kenapa? Di kehidupanku yang dulu, aku sama sekali tidak pernah melihat Theon di pesta itu... batinnya bergemuruh, menatap pria di hadapannya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
Theon tersenyum samar, nyaris tak terlihat. "Anda tampak ragu, Yang Mulia. Apa saya harus menganggap itu sebagai penolakan?"
Corvina menegakkan tubuhnya, menyembunyikan kegelisahan di balik ekspresi tenang khasnya. "Aku hanya terkejut, Grand Duke. Biasanya tak ada pria yang berani mengajakku berdansa tanpa izin Kaisar."
"Kalau begitu, biar saya yang menanggung risikonya,” balas Theon. Tatapannya tajam, tapi di baliknya ada sesuatu yang lembut seperti bahaya yang menggoda.
Corvina tertawa kecil, getir. "Berani sekali Anda bermain api di istana ini."
"Saya hanya ingin berdansa dengan wanita paling menawan di seluruh Ardelia. Apa itu termasuk kejahatan?"
Kalimat itu membuat jantung Corvina berdetak tak karuan, tapi ia berpura-pura tak terpengaruh. "Anda benar-benar pandai menggoda, Grand Duke. Aku tidak tahu apakah itu bakat alami atau kebiasaan karena terlatih oleh banyaknya wanita yang jatuh cinta pada Anda."
Theon menunduk sedikit, mendekat, jarak mereka kini hanya sejengkal. "Saya tidak pandai menggoda, Yang Mulia. Saya bahkan belum pernah berhubungan dengan wanita manapun."
Hening sesaat. Suara hujan di atap kaca seperti mengiringi degup jantung mereka.
Apa-apaan ini, kenapa jantungku berdegup sangat kencang? batin Corvina.
“Pulanglah, Grand Duke,” katanya akhirnya, pelan tapi tegas. “Sebelum seseorang melihat kita dan membuat rumor yang tidak baik.”
Theon menatapnya sejenak, lalu membungkuk hormat. "Baik, Yang Mulia. Tapi jangan menyesal jika nanti saya benar-benar menjemput Anda di pesta."
Corvina tidak menjawab. Ia hanya menatap punggung pria itu yang menjauh perlahan, meninggalkan aroma samar hujan dan bahaya di udara.
bertele2