Kisah seorang lelaki bernama Marvel Gaendra Pratama, lelaki bermata tajam, rahang tegas, dan bijaksana dalam geng motor nya, Argos Rozegeng atau sering disebut Argos.
Lelaki yang tidak pernah jatuh cinta bertemu dengan seorang gadis yang pernah ia sukai saat masa SMP. Akibat kecelakaan, ia hilang ingatan dan melupakan gadis tersebut. Kenyataan nya, semesta masih memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dalam perjodohan dadakan, atas dasar perjanjian masa lalu antar keluarga.
Tentu saja, pada awalnya masih saling membenci. Tetapi, semakin berjalan nya waktu, timbul lah benih-benih cinta dalam hati lelaki itu.
Lalu, apakah lelaki itu akan berhasil melewati segala rupa rintangan demi mendapatkan gadis istimewa nya, atau malah sebaliknya?.
***
-cover by hihappiness
-typo dimana-mana!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yihana Gicel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
| Pengkhianat
Matahari pagi menerobos sela jendela kamar yang tidak pernah terbuka lebar. Seperti biasa, gesya melakukan rutinitas mengumpulkan nyawa sehabis bangun tidur. Matanya masih mengantuk. Di kamar tercium aroma masakan menggugah selera berasal dari dapur.
Marvel menghampiri gesya kedalam kamar, mengajaknya sarapan pagi. "Sayang, masakannya sudah siap. Makan, yuk!".
Gesya memasang wajah manja, bibir nya membentuk kerucut, matanya bersinar-bersinar. Ia membentang tangannya kearah Marvel. "Gendong.... ". Ujarnya manja.
Marvel tersenyum geli, ia menggendong tubuh gesya, membawa nya ke dapur. "Aku memasak makanan kesukaan kamu".
"Benarkah? Pasti lezat".
"Tentu saja, siapa dulu dong yang masak".
"Iyadeh si paling pintar masak! ".
Marvel menurunkan gesya ke kursi, menyajikan makanan lezat diatas meja. "Silahkan dinikmati, kamu suka daging sapi cincang, kan? ".
"Suka banget!. Emang deh suami aku paling tahu makanan kesukaan istrinya".
Marvel duduk berpapasan dengan gesya, ia meletakkan ponselnya disamping piring yang akan ia pakai menaruh hidangan sarapan pagi.
Gesya lahap memakan makanan itu, seperti orang yang tidak makan selama berbulan-bulan. Marvel tersenyum tipis. "Makannya pelan-pelan saja. Tidak ada yang akan memakan makanan mu ".
Wajah gesya memerah, ia pun tersedak. Marvel secepatnya mengambil segelas air minum lalu menyodorkan nya kedepan gesya. "Kan sudah kubilang pelan-pelan ".
Gesya meraih gelas itu dan meneguk seteguk air hangat. "Terima kasih". Gumam gesya. Ia meletakkan gelas disamping piring.
Gesya melanjutkan makan. Sebuah notifikasi dari ponsel marvel merenggut perhatian nya, ia melirik ke ponsel marvel akan tetapi marvel segera menutup layar ponsel. Marvel seolah-olah tengah menyembunyikan sesuatu.
Gesya melambatkan kunyah nya, menampung makanan yang ia lahap. "Siapa yang menge chat mu pagi buta begini? ".
"Bukan siapa-siapa. Naldo yang mengirim pesan ".
"Ohh begitu.... ".
"Tentu. Cepat habiskan makanan nya, habis itu siap-siap pergi kesekolah". Ucap marvel, marvel pergi kedapur untuk mencuci piring. Gesya memastikan marvel pergi, kemudian menyalakan layar ponsel marvel.
Ia semakin penasaran, ponsel marvel terkunci. Ia semakin yakin marvel menyembunyikan sesuatu darinya. Gesya menyadari marvel akan kembali keruang makan, gadis itu menutup layar ponsel kemudian melanjutkan memakan makanan nya yang belum habis. Ia berlagak tidak terjadi apa-apa.
"Kamu belum selesai makan? ".
"Belum, kalau mau mandi diluan silahkan.... ".
"Aku akan menunggu mu, lanjut saja makan".
Gesya mengangguk, ia terus menatap ponsel marvel mencari tahu pola kunci apa yang dikenakan marvel. "(Kemarin-kemarin marvel membebaskan ku meminjam ponselnya, sekarang dia malah memasang pola?. Apa ada yang disembunyikan dariku?) ".
***
Suasana kantin ramai, anggota Argos, sahabat gesya, marvel, gesya, nongkrong dikantin sekolah. Mereka bercakap tentang tugas-tugas sekolah dan game-game terbaru.
"Bagaimana soal hubungan kamu sama kak marvel? ". Tanya Varo, tentu saja topik mereka tidak akan lari dari kondisi hubungan ketua Argos dan gesya. Marvel menghiraukan pertanyaan varo, ia lebih fokus memakan steak sapi miliknya.
"Hubungan kita baik-baik saja. Seperti biasa tetap bersahabat.... ". Jawab gesya singkat.
"Yahhh! Aku pikir sudah saling menerima sebagai suami istri".
"Halah, buat apa?. Kita masih SMA belum mikir yang kesana-kesana".
Tiba-tiba seorang lelaki menghampiri mereka, diikuti oleh alex. "Hay, kalian semua disini?. Kita cari-cari dari tadi". Kata alex, ia menarik kursi didekat pacarnya.
"Sayang, kamu sudah ikut ulangan susulan? ".
Tanya Ceryna pada pacarnya.
"Sudah, tegang banget tadi! ".
"Siapa suruh kemarin tidak masuk sekolah".
"Namanya juga lagi sakit, kalau aku maksa sekolah terus pingsan gimana? ".
"Jangan dong!. Kamu udah ambil keputusan yang tepat kok, sayang!. Kalau kamu pingsan nanti aku jadi sedih.... ".
"Najis! Bisa tidak nggak usah mesra-mesraan begitu?". Harry menyeringai, ia duduk disamping gesya.
Marvel tersenyum tipis, ia keberatan kalau Harry ikut nongkrong. Apalagi ia langsung mengambil posisi duduk dekat istrinya.
"Harus mesraan! Biar nggak terjadi konflik".
"Terserah! ".
Harry merangkul pundak gesya, anggota Argos semua tertuju pada ketua mereka. Marvel tetap tersenyum, tidak ada tanda-tanda cemburu. Tetapi anggota nya tahu perasaan Marvel yang sebenarnya.
"Sya, nanti sore aku pergi kekota asal ku... ". Ucap Harry. Semua pandangan ke arah nya.
"Lagi ada urusan disana? ".
"Iya. Jadi kita tidak bisa bersama dulu.... ".
"Yah, sayang sekali. Nanti aku sudah tidak bisa jalan-jalan bersamamu lagi".
"Tenang saja. Aku disana hanya seminggu....".
"Sama saja, aku akan merasa kesepian jika tidak ada kamu". Gesya merapikan rambut Harry.
"Aku janji sampai disana aku akan selalu menelpon mu".
Gesya mengangguk, matanya bertemu dengan mata Harry. Harry menatap sinis marvel sekilas, ia berdehem mengalihkan pandangan dari gadis disampingnya.
"Maaf, Marvel. Kamu jangan salah paham, kita hanya sahabatan".
Marvel hanya tersenyum tipis, memotong-motong steak menggunakan garpu dan pisau makan. "Aku tahu, tidak masalah. Lanjut kan saja obrolan kalian, kita tidak akan menganggu".
Harry tersenyum miring. "(Bilang saja kamu cemburu. Kamu seharusnya sudah mati!. Sialan! Kamu malah selamat dari kecelakaan itu. Tidak apa-apa, aku sudah kembali sekarang. Siap-siap kehilangan kebahagiaan Arthur!) ".
"Har, kamu tidak ada waktu untuk jalan-jalan dengan ku sebelum pulang ke kota asalmu? ". Gesya mengambil perhatian Harry.
"Sepertinya tidak ada, bagaimana kalau kita jalan-jalan nya sehabis aku pulang kesini saja? "
"Baik kalau begitu.... "
Harry menundukkan sedikit kepala gesya, lalu mencium kening gadis tersebut. Sungguh senyuman menyedihkan terpancar dari marvel, tersenyum tetapi hatinya sakit.
Marvel sedikit marah saat Harry menundukkan kepala ratunya. Seluruh anggota nya menatap terdiam, bisanya marvel tetap tenang.
Harry mengecup kening gesya sedikit lama, anggota Argos mulai mendengar pisau makan diasah ke piring makan. Iya, suara itu berasal dari marvel, suaranya samar tapi, menjelaskan marvel sedang menahan cemburu. Tatapan Marvel dingin memandangi pisau makan. Varo menjauhi ketuanya, jantung nya berdetak kencang.
Kecupan Harry berlangsung hingga datang seorang ketua OSIS perempuan mendekati Harry. "Masih pagi sudah bermesraan disini yah kapal yang baru dibangun? ".
Harry tersipu, ia berhenti mengecup kening gesya. "Hehehe, aku akan rindu pada gadis ini. Apa alasan kedatangan mu, Lin? ".
"Pak Arjuna menyuruhku memanggilmu keruang kepala sekolah. Katanya kamu mau berlibur dikota asalmu.... ".
"Benar, suratnya telah tersedia? ".
"Iya, Har. Tinggal ayah kamu tanda tangani. Ayo ke ruang kepala sekolah, aku juga lagi ada urusan disana.... ".
"Sya, kamu ikut saja sama Harry keruang kepala sekolah, biar kalian masih ada waktu bersama sebelum berpisah". Anjur marvel.
Mahesa menyengir. "(Seriusan disuruh ikut?. Jelas-jelas kak marvel telah siap menggertak Harry dengan pisau makan. Tahan banting sekali kak Marvel)".
"Boleh tuh! ". Gesya tersenyum lebar. "Aku boleh ikut Harry nggak, Lina? ".
"Ikut aja, apa salahnya. Lagian kalian harus menikmati hari berdua sekarang.... ". Lina tersenyum ramah.
Tanpa menjaga perasaan Marvel, gesya menggenggam tangan Harry erat mengikuti Lina ke ruang kepala sekolah dari belakang. Lagi dan lagi anggota Argos dan sahabat gesya menatap Marvel.
Marvel menatap satu-satu orang disekitar nya, ia mengerutkan kening. "Ada apa? Ada yang salah dengan ku?. Kenapa dari tadi kalian pada menatapku? ". Marvel menaruh pisau dan garpu makan ke atas piring.
Areksa menepuk bahu sang ketua, wajahnya serius. "Santai, Kak. Harry hanya sahabat baru, kok! ".
"Betul, jangan menyerah yah? ". Timpal Elizabeth.
"Kalian ini bicara apa? Aku tidak mengerti".
"Kami tahu perasaan mu, kak. Kami juga pernah diposisi seperti ini". Afgan menyandarkan kepalanya dibahu Zefran. "Memang.... sangat sulit menerima kenyataan kalau orang yang kita cintai menyukai yang lain, rasa sakit hati nya sangat terasa.... ".
Marvel menyilang kedua tangannya, begini jadinya kalau punya sahabat penuh ocehan-ocehan tidak penting. "Aku tidak pernah merasa cemburu. Cemburu tidak penting, karena yang dipandang dalam cinta itu kesetiaan. Jangan seperti zurra yang setia tetapi membenci pengganti nya".
"Wih, ceritanya zurra lagi bermusuhan sama gesya, nih? ". Tanya Areksa penasaran.
"Iya, gara-gara kemarin waktu ke gereja".
"Kakak terlalu tampan! ". Kata afgan, nadanya memuji.
"Misalnya zurra berhasil dapatin hati kamu, nih. Gesya akan kamu kemanakan? ". Timbrung Laras.
"Aku tidak tahu, dan tidak yakin kalau zurra akan berhasil. Entah kenapa aku merasa gesya akan berhasil".
"Kebanyakan yang pertama tetap jadi pemenangnya, kamu yakin kalau zurra tidak akan berhasil? ". Areksa menimpal perkataan sang ketua.
"Aku merasa kalau aku sudah pernah bertemu dengan gesya sebelumnya. Ketika pertama kali dipertemukan, gesya selalu memanggilku Arthur. Apa mungkin nama ku sebelum nya adalah Arthur? ".
"Semuanya akan terbongkar pada waktu tepatnya. Kakak harus sabar". Kata mahesa.
"Oh ya Varo, bagaimana dengan potretnya? ".
"Maksudnya potret saat Harry dan gesya kencan itu? ".
"Iya, apakah sudah jadi? ".
"Iya, kak. Aku lupa membawanya ke sini".
"Tidak apa-apa, nanti saja setelah aku punya waktu ke markas baru aku ambil".
Rio penasaran. "Mengapa kakak memotret nya. Mana pakai dijadikan album segala".
Marvel memikirkan jawabannya. Waktu itu tiba-tiba benaknya ingin memotret kebersamaan istrinya dengan Harry. "Hmm.... aku tidak tahu pasti mengapa. Aku hanya memastikan Harry tidak macam-macam pada gesya".
Ceryna tepuk tangan kecil, salut atas sikap Marvel. "Wah, ini baru dibilang boyfriend ter-good!. Definisi cowok yang jaga istrinya!. Tidak macam alex, alex sekali lihat aku sama laki-laki lain pokoknya langsung berantem. Terus laki-laki itu bapak aku! ".
"Parah sih, Lex! ". Gevano menyeringai. "Terus masih direstuin sampai sekarang? ".
"Puji Tuhan masih. Untung bapak aku baik".
Alex memutar bola matanya, antara malu dan kesal. "Yah mana tidak berantem. Ayah kamu dari belakang kelihatan masih belasan tahun. Aku pikir kamu selingkuh".
Ini pertama kalinya mereka berkumpul. Dari cara bercakap lumayan baik. Sebelum marvel dan gesya satu sekolah mana ada mereka berkumpul-kumpul seperti ini. Mereka menjalani sahabat masing-masing saja.
Marvel dengan gesya tipe orangnya asik dan gampang berbaur. Orang disekitar mereka selalu nyaman terkecuali ada seseorang iri dengki dengan mereka.
Alarm sekolah berbunyi, langit hitam pekat. Anak-anak SMA Meteora menyiapkan payung sebelum terjadi hujan. Gesya pergi ke teras sekolah, seketika petir menyambar membuat nya kaget setengah mati. Sepertinya ia tidak direstui pulang lebih awal. Hujan lebat jatuh dari langit, teman-temannya sudah pada pulang menaiki bus sekolah.
"Kamu tidak bawa payung? ".
"Argh! ". Gesya berteriak histeris, tadinya dikagetkan oleh petir, sekarang dikagetkan oleh Harry yang tiba-tiba berada dibelakangnya.
"Maaf! Aku mengagetkan mu, yah? ".
"Tidak!. Aku hanya terkejut sedikit. Kau belum pulang? ".
"Belum, aku menunggu mobilku datang menjemput. Aku langsung memulai perjalanan pulang ke makassar. Kamu tidak bawa payung? ".
"Iya aku tidak bawa payung. Lebih baik aku ikut naik bus saja bersama sahabatku.... ".
"Sayang sekali aku tidak membawa payung, pasti aku akan meminjamkan nya padamu".
"Kamu memang sangat baik padaku! ". Gesya tersenyum manis.
Lampu mobil putih menghantam mata keduanya. Harry lantas mengenali mobilnya. "Mobilku sudah datang, aku pergi dulu yah?".
"Oke, hati-hati dijalan yah? ".
Sebelum pergi, Harry sempat mengecup singkat pucuk kepala gesya. Jantung gesya berdegup kencang, pipinya memerah malu. Ia melambaikan tangan ke mobil yang perlahan hilang. Ia memandangi terus mobilnya sampai benar-benar hilang.
"Kamu sedang apa? ".
"Argh! ". Gesya tersentak, ini kesekian kalinya ia dibuat kaget. Gesya menepuk dada suaminya ia sangat kesal. "Apaan sih? Tiba-tiba banget datangnya".
"Sorry, tadi aku lagi kunci kelas makanya lama".
"Hari ini kamu piket? ".
"Kalau tidak piket mana sudi aku berlama-lama disekolah menunggu penghuni dikelas sudah pulang. Kamu tidak bawa payung? ".
"Nggak, aku lupa. Lagipula aku tidak tahu cuacanya akan berubah se drastis ini".
Marvel menyodorkan sebuah payung berwarna merah maron, seperti warna bunga mawar. "Pakai ini, jangan sampai hujan-hujanan nanti sakit".
Usai gesya mengambil payung tersebut, Marvel mengangkat tasnya beberapa derajat diatas kepalanya, ia ingin berlari menerobos hujan. Namun, Marvel diberhentikan oleh gesya yang menarik kerak baju bagian belakang nya.
"Eits! Kamu mau kemana?. Berpayung saja dengan aku. Kamu ini bagaimana? Nanti kalau sakit aku bisa khawatir".
Marvel tersenyum dalam diam. Gesya memberikan payung nya, membiarkan Marvel yang memegangi nya. Tangannya tidak bisa memayungi Marvel yang lebih tinggi darinya.
Marvel berbagai payung, mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin dekat parkiran kendaraan. Gesya menyadari bahwa Marvel tidak berbagai payung sama rata, ia lebih mencondongkan payung itu menutupi gesya hingga lupa menutupi bahunya. Akibatnya, bahu dan tas Marvel basah.
Sesampainya dikantin, gesya melepaskan tas Marvel dari bahu. "Turunkan tas mu".
"Kenapa? ".
"Aku tahu kelakuan mu. Kamu tidak becus berbagai payung. Kamu sama saja tidak memakai payung".
"Perhatian sekali.... ". Gumam Marvel.
"Jangan geer!. Ini demi kesehatan mu". Gesya menaruh tas Marvel di kursi kantin. Kemudian diam menatap Marvel.
"Kenapa lagi?". Tanya Marvel.
"Kamu mau menyuruhku membuka bajumu? ".
"Untuk apa?. Yang terkena banyak hanya dibagian bahu".
"Airnya bisa menjalar!.... ".
"Tidak per-".
Tubuh Marvel menegang, gesya lincah membuka kancing baju sekolah nya. Perasaan nya tak dapat dijelaskan. Gesya menelan ludah kala melihat body sempurna sang suami, kesekian kalinya melihat sixpack Marvel hatinya selalu terpanah.
"(Cowok ini sempurna sekali!. Body bagus tapi wajahnya nggak kalah tampan!) ". Gesya terdiam, ia menggeleng. "(Aku bicara apa barusan?. Marvel ganteng? Ck!) ".
"Kamu jadi membukakan bajuku tidak? ".
Gesya tersadar, melihat tangannya berhenti membukakan baju sekolah Marvel. "E-eh?. Aduh sorry! ". Ia cepat-cepat membuka baju Marvel.
"Kamu mau lihat sixpack ku, yah? ".
"Kepedean! Aku hanya memikirkan sesuatu tadi! ". Elak gesya.
"Jelas-jelas kamu memandangi lama roti sobek ku ini. Kalau suka bilang, supaya aku lebih rajin olahraga".
"Nggak suka sama sekali!. Banyak kok cowok-cowok diluar sana yang punya sixpack! Harry juga punya".
Marvel terkekeh kecil, ia duduk di kursi kantin. Telapak tangan nya menepuk-nepuk pahanya, gadis tersebut langsung paham maksudnya. Gadis itu duduk dipangkuan sang suami. Ia tersenyum bahagia, dia memandang suaminya sebagai tukang usil. Akan tetapi dalam benaknya, ada rasa nyaman muncul perlahan.
Marvel suka nyebelin, tetapi lelaki itu berusaha menjadi tempat ternyaman untuk ratu kesayangan nya. Bahkan biarpun dunia membenci cinta mereka, ia akan tetap bertahan. Semuanya bisa ia lewati terkecuali kematian.
Senyuman gesya sirna, mengingat ponsel Marvel tadi pagi. "Vel, kamu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari aku? ".
Marvel hening, rahangnya mengeras. "Aku tidak mungkin menyembunyikan sesuatu".
"Kamu tidak bohong? ".
"Aku tidak ingin berbohong kepadamu. Ada apa tiba-tiba tanya begitu? ".
"No!. Aku takut ada yang tidak bisa kamu jelaskan padaku sehingga kamu mengunci layar ponsel mu".
"Kalau soal itu.... aku akan menghilangkan kunci nya".
"Tidak usah. Kamu bilang ponsel itu privasi. Aku juga menjaga privasi mu".
Marvel menaruh dagunya di bidang pundak gesya. "Kamu marah? ".
"Nggak".
"Kamu beneran marah. Aku minta maaf".
"Aku nggak marah, aku sebal".
"Sebal dan marah bukannya sudah sama? ".
"Iya sih sebenarnya". Gesya terkekeh kecil.
"Oh ya, sambil menunggu aku ingin bertanya tentang pertemuan ayah dan bunda".
Gesya mengingat ulang mengenai cerita-cerita oma Cerlyne sewaktu kecil. Cerlyne sering sekali menceritakan awal mula pertemuan farelino dengan raisa. "Kalau tidak salah ayah dan bunda ketemu di tempat perkuliahan. Bunda dulu orang miskin dia selalu diejek. Ayah selalu jadi pahlawan terdepan. Makin waktu mereka makin dekat".
"Reaksi kakek dan oma gimana? ".
"Hmmm, mereka lihat bunda orang nya baik. Mereka sayang banget sama bunda sampai sekarang, sampai sekarang ada masalah yang terjadi kakek oma selalu salahin ayah mulu".
"Beda yah dengan om tanteku? ".
Gesya tertawa kecil, jari jemari lentiknya menggenggam jemari Marvel. "Kamu tahu soal mereka? Aku pikir tante jasmine tidak pernah bercerita".
"Pernah, tapi saat dalam amarah. Dia selalu mengungkit-ungkit perlakuan orang tua om yang tidak peduli dengan kebersamaan mereka, bahkan tidak datang ke acara pernikahan".
"Jahat sekali!. Setidaknya harus datang keacara pernikahan nya, tetapi mereka tidak datang.... ".
"Kan sudah meninggal". Celetuk Marvel.
Gesya ternganga saling menatap satu sama lain. "Yah Tuhan Marvel?. Wajar kalau tidak datang ke acara pernikahan. Aku pikir mereka tidak datang karena tak merestui! ".
Marvel tertawa, mengelus rambut istrinya. "Kamu lucu sekali! ".
"Lucu apanya? Aku baru saja mengatai jahat orang yang telah mati, Vel!. Kalau aku di gentayangin gimana? ".
"Nanti aku gentayangin balik hantunya". Canda Marvel.
Satpam sekolah mengganggu perbincangan mereka, melihat satpam mendekat kemereka. Gesya buru-buru menjauh diri dari Marvel.
"Kalian belum pulang? ". Tanya satpam itu.
"Belum pak, kita naik motor. Lupa bawa jas hujan".
"Terus gimana ini? Saya sudah mau kunci sekolah. Satpam yang tinggal disini lagi pulang ke jawa".
"Yaudah kita pulang saja. Kamu tidak keberatan, Sya? ".
"Aku tidak keberatan, tidak apa-apa hujan-hujanan sekali saja. Hidup kan hanya sekali.... ".
"Maka aku akan menikmati hujan bersama kamu sekarang".
Marvel mengenakan seragam dan tasnya, satpam itu merasa diabaikan dan hanya bisa diam setelah mendengar ucapan Marvel. Betapa menyesal ia telah menghampiri dua sejoli yang lagi bermesraan.
"Pak, kita pulang diluan.... ".
"Iya iya, hati-hati bawa motor nya.... ". Satpam buru-buru menjawab.
Motor sport Marvel menerobos hujan. Dibelakang, gesya terlihat menikmati air hujan. "Ternyata begini rasanya mandi hujan? Sangat Menyenangkan! ".
"Menyenangkan tapi bikin sakit! ".
"Hehehe, kita harus merayakan muda!. Kalau sudah tua kita tidak bisa lagi main hujan".
Hujan mulai reda saat suami istri itu sampai kerumah. Mereka bergantian menggunakan kamar mandi bersiap-siap tidur cantik. Marvel yang terakhir mandi masuk kekamar, membawa piring berisi nasi dan daging sapi cincang yang sempat ia panaskan sebelum mandi.
Gesya masih mengeringkan rambut, namun makanannya lebih menggoda. "Tahu saja kalau aku lapar! ".
"Aku tahu kamu tidak makan tadi siang, ini daging nya masih bagus tadi sudah ku panaskan. Duduk lah diranjang".
Gesya naik keranjang begitu juga Marvel, tangannya mengambil makanan tersebut. "Cepat sekali masaknya! ". Gesya tersnyum menatap sinis Marvel. "Kamu tidak menaruh sihir kan di makanan nya? ".
"Aku menambah sihir cinta didalam nya.... ".
Gesya tersenyum, melahap makanan nya. Ia sesekali melirik-lirik Marvel yang melihat setiap suapan. "Kamu lapar? ".
"Nggak, aku sudah selesai makan".
"Kamu menatap ku sampai segitunya".
"Aku hanya Jaga-jaga, kalau yang kamu masukkan kedalam mulut itu makanan. Jangan sampai lalat yang kamu masukkan".
Gesya tertawa keras. "Sstt, jangan besar-besar ketawa nya nanti jangkrik disamping rumah terbangun". Larang Marvel sedikit berbisik-bisik.
"Memang nya kenapa kalau jangkrik nya terbangun? ".
"Nanti nya bukan hewannya yang terbangun tapi malah khodamnya.... ".
Gesya tertawa lagi sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Malam itu penuh tawa hening, gesya memakan lahap tanpa sadar Marvel menatap nya sambil tersenyum. "(Sya, aku minta maaf sudah berbohong. Aku memang sedang menyembunyikan sesuatu, aku sedang menyembunyikan penyakit ku yang semakin parah. Aku tidak bisa mengatakan nya sekarang. Aku juga baru tahu kalau stress bisa memengaruhi kesehatan. Kamu harus makan banyak biar tidak sakit-sakitan seperti aku) ". Batin Marvel.
Marvel pasti akan merindukan nya, jika cintanya kepada Harry semakin tumbuh kuat. Yang terpenting, ia akan mencintai ratunya walaupun berakhir dengan kehilangan. Takdir akan menentukan segalanya.
Cinta jangan dibuktikan dengan kata-kata, tetapi buktikan dengan sikap. Banyak orang berwajah manis tetapi kebanyakan tidak luput dari berhati iblis.
________________________________ _____
*Apa rencana Harry selanjutnya?