NovelToon NovelToon
The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos
Popularitas:455
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Gimana jadinya gadis bebas masuk ke pesantren?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taaruf

...BAB 13...

...TAARUF...

Arabella menginjakkan kaki di gerbang pesantren dengan semangat yang membara. Meski perutnya masih terasa sedikit nyeri akibat luka tusukan, hal itu tak mengurangi keceriaan yang terpancar dari wajahnya.

Dengan mengenakan gamis hitam merah dan kerudung hitam yang menjuntai, dia berjalan memasuki area asrama santri putri. Setelah 3 hari di rawat di rumah sakit, Arabella yang bosan terus merengek pada Uma Salma dan Kiyai Hasyim untuk pulang.

ilustrasi

Sari, Elis dan Dina yang tengah duduk di bangku depan asrama langsung melompat girang begitu melihat sahabat mereka datang.

“BELAAA!” seru Sari dengan mata berbinar. Dia langsung nerlari memeluk Arabella tanpa peduli dengan kondisi sahabatnya yang baru saja pulih.

“Aww... Aduh.. Ah elaahh... Pelan-pelan kali, Sar” Arabella meringis sambil tertawa.

Elis dan Dina ikut memeluknya bergantian. “Kita kangen banget sama kamu! Pesantren ini jadi sepi tanpa kejailan kamu!” ujar Dina sambil tersenyum lebar.

“Iya! Dan pesantren juga sepi tanpa keonaran kamu loh!” Elis menambahkan dengan tatapan usil.

Arabella tertawa lepas. “Santai, gue balik lagi dengan tenaga penuh dan siap bikin heboh lagi!”

Namun belum sempat mereka lanjut berbincang, tiga sosok dari kelompok santri putra tiba-tiba muncul. Balwa, Balwi dan Devan, tiga orang yang selama ini selalu menjadi musuh bebuyutan Arabella dalam hal kejahilan dan keonaran, datang dengan senyum penuh arti.

“Wah, Wah, wah... siapa yang udah balik lagi nih?” ujar Balwa sambil melipat tangan di dada.

Balwi menyeringai. “Arabella si santri absurd dan bar-bar rupanya belum kapok juga.”

Devan mendengus. “Kita pikir lo bakalan berubah setelah luka kayak gitu.”

Arabella mengangkat sebelah alisnya. “Halah, kalian ini sok perhatian banget. Nggak usah khawatir, gue masih tetep Arabella yang sama. Siap melawan kalian kapan aja!”

Balwa tertawa sinis.

“Bagus! Jadi, kita lanjut perang jahil lagi.”

Balwi mengusap dagunya dengan ekspresi licik. “Gue udah punya ide baru buat suasana pesantren ini makin seru.”

Devan tertawa kecil. “Hati-hati aja, Bell. Gue ngak akan biarin lo mendominasi keonaran di sini. Kali ini, kita yang bakalan menguasai medan perang!

Arabella menyeringai penuh tantangan. “Kita liat aja siapa yang bakal menang. Gue atau kalian bertiga.”

Sari, Elis dan Dina saling pandang dengan cemas, sementara Arabella justru menyeringai penuh percaya diri. Kembalinya Arabella ke pesantren bukan hanya disambut penuh kehangatan oleh sahabat-sahabatnya, tapi juga dengan tantangan baru dari musuh bebuyutannya. Dan sudah bisa dipastikan, pesantren ini tidak akan pernah sepi dari keonaran mereka!

“Udah yuk kita ke kamar, kamu masih butuh istirahat...” ajak Sari menuntun Arabella.

Mereka melangkah ke kamarnya tapi saat di lorong asrama putri mereka bertemu santri senior Ani, Herni dan Hana.

“Wah, rupanya biang keonaran sudah kembali,” ujar Herni dengan nada meremehkan.

“Padahal, kami sudah sangat nyaman dengan kedamaian di pesantren ini.” Ani menimpali dengan suara manis yang dibuat-buat.

“Benar, sejak Arabella pergi, suasana jadi lebih tenang. Tapi sekarang, entah berapa lama ketenangan itu akan bertahan.”

Hana menyilangkan tangan di dada. “Sepertinya kita harus bersiap menghadapi masalah lagi.”

Sari, Elis dan Dina langsung merasa panas mendengar sindiran tersebut. Mata mereka menyala penuh emosi, siap membalas kata-kata ketiga senior itu. Namun sebelum salah satu dari mereka sempat bicara, Arabella dengan cepat mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka tenang.

“Nggak usah repot-repot bales mereka.” Kata Arabella dengan nada santai. “Kalo mereka udah nyaman sama kedamaian ya biarin aja sih. Yang penting kita tetep jalani hari-hari kita kayak biasa aja.”

Sari mendengus kesal. “Tapi mereka—“

“Udah, nggak usah!” potong Arabella sambil tersenyum penuh arti. “Toh cepat atau lambat, mereka juga bakal liat sendiri kalo kedamaian bukan berarti tanpa keseruan.”

Elis dan Dina akhirnya menghela napas, menahan diri dari membalas. Sementara itu, Herni, Ani dan Hana hanya mendelik sebelum akhirnya pergi dengan wajah tidak puas.

Arabella menepuk bahu sahabatnya. “Yuk ah, kita let’s go! Gue butuh makan sebelum ngerahin tenaga buat hari-hari seru yang menanti!”

Sementara itu, berita tentang kembalinya Arabella juga sampai ke ruang pengurus pesantren. Beberapa Ustad dan Ustadzah membicarakan kedatangannya dengan berbisik-bisik.

“Anak itu datang lagi?!” Ustadzah Halimah mendesah kesal. “Rasanya pesantren ini lebih damai tanpa keonaran yang selalu dia buat.”

Ustadzah Rahma mengangguk setuju. “Benar, entah apa lagi yang akan terjadi setelah ini. Aku heran, bagaimana bisa santri seperti dia masih bertahan di sini?”

Beberapa Ustad lain yang mendengar hanya diam, tidak ingin terlibat dalam pembicaraan tersebut. Namun, Ustadzah Indri yang duduk di dekat mereka akhirnya angkat bicara dengan nada tenang namun tegas.

“Sebaiknya kita tidak merendahkan atau menghina seseorang, Ustadzah,” kata Ustadzah Indri dengan tatapan tajam. “Kita belum tentu lebih baik darinya. Bukankah tugas kita sebagai pendidik adalah membimbing, bukan menghakimi?”

Ustadzah Halimah dan Ustadzah Rahma terdiam, saling pandang sejenak sebelum akhirnya memilih mengalihkan pembicaraan. Namun, jelas terlihat bahwa mereka tidak menyukai keberadaan Arabella di pesantren.

Sementara itu, Arabella yang tidak tau apa-apa tentang perbincangan itu tetap berjalan dengan penuh semangat bersama sahabat-sahabatnya, siap menghadapi hari-hari seru yang menantinya di pesantren.

*****

Di sisi lain, di ruangan berbeda, Ustad Izzan, Ustad Jiyad, Ustad Hamzah dan Ustad Azzam tengah berdiskusi santai.

“Arabella benar-benar kembali ya?’ ujar Ustad Jiyad sambil tersenyum.

“Iya, dan saya yakin pesantren ini nggak akan sepi lagi,” timpal Ustad Hamzah sambil tertawa.

Tiba-tiba Ustad Azzam yang sejak tadi diam angkat bicara, “Sebenarnya, Saya ingin meminta saran dari kalian. Bagaimana menurut kalian kalau saya taaruf sama Arabella?”

Suasana mendadak hening. Ustad Jiyad dan Ustad Hamzah langsung bersorak antusias.

“Wah, ini kabar besar!”

Namun Ustad Izzan tampak kaget dan sedikit tegang. Hal itu tidak luput dari perhatian mereka.

Ilustrasi

“Izzan, kamu kenapa?” tanya Ustad Hamzah dengan curiga.

Ustad Izzan tersentak. “Eh, nggak... ngak apa-apa.. Cuma kaget aja.”

Namun tatapan ketiga sahabatnya seolah menyelidik dalam. Ustad Jiyad menyipitkan mata. “Izzan, reaksi kamu aneh banget. Jangan-jangan...”

Ustad Hamzah menepuk pundak Ustad Izzan dengan senyum penuh arti. “Kamu ada perasaan sama Arabella, ya?”

Ustad Izzan langsung mengelak, “Hah? Nggaklah! Kalian ini kenapa sih? Saya Cuma kaget, itu aja!”

Ustad Azzam yang semula serius justru tersenyum penuh kemenangan. “Jadi... Saya punya saingan nih?”

Izzan menggeleng cepat. “Nggak, Saya nggak ada rasa apa-apa ke Arabella. Tolong, kalian jangan mengada-ngada!”

Namun, semakin dia membantah, semakin besar kecurigaan Ustad Hamzah dan Ustad Azzam. Mereka saling pandang, seolah sudah mendapat jawaban tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut.

“Wah, ini makin menarik!” Ujar Ustad Jiyad sambil tertawa.

Ustad Hamzah mengangguk setuju. “Sepertinya taaruf ini bakal jadi lebih seru dari yang kita duga.”

Sementara Ustad Izzan hanya bisa mendesah panjang, mencoba menghindari tatapan menggoda dari ketiga sahabatnya.

*****

Pada sore harinya, di aula pesantren, Ustad Azzam mengisi kajian yang membahas tentang taaruf dan pernikahan dalam Islam berdasarkan kitab yang mereka pelajari. Para santri, baik putra maupun putri duduk rapih mendengarkan dengan antusias.

“Taaruf adalah proses pengenalan yang dilakukan sesuai syariat,” ujar Ustad Azzam dengan suara tegas. “Bukan pacaran, bukan juga pendekatan yang sembarangan. Taaruf adalah ikhtiar untuk mencari pasangan hidup dengan cara yang di ridhoi Allah.”

Beberapa santri putri terlihat saling berbisik, sedangkan santri putra tampak serius menyimak. Arabella, yang duduk di barisan tengah bersama Sari, Elis dan Dina menyilangkan tangan di dada sambil tersenyum tipis.

“Perhatikan, taaruf bukan berarti tanpa tantangan.” Lanjut Ustad Azzam. “Kadang ada yang diuji perasaannya, kadang ada yang merasa ragu, dan itu semua wajar. Yang penting adalah niat dan cara yang benar.”

Di sudut aula, Ustad Izzan hanya menghela napas sambil menatap Ustad Azzam yang membawakan materi dengan penuh semangat. Kecurigaan sahabatnya semakin menguat. Apakah benar dia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Arabella?

Di tengah kajian, Ustad Azzam tiba-tiba menoleh kearah Arabella yang duduk di barisan tengah. “Arabella, menurutmu apa tujuan utama pernikahan dalam Islam?”

Semua santri langsung menoleh ke arah Arabella, menunggu jawabannya.

Arabella menghela napas, lalu berkata dengan santai, “Tujuan utama pernikahan? Ya jelas, supaya nggak ditanya ‘kapan nikah’ terus sama keluarga!”

Seisi aula langsung meledak dalam tawa. Ustad Azzam hanya bisa menggelengkan kepala sambil menahan senyum.

“Serius, Arabella,” ujarnya,

Arabella tersenyum tipis, lalu berkata dengan nada lebih serius, “Tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah menyempurnakan separuh agama, membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahman, serta menciptakan lingkungan yang baik untuk generasi selanjutnya. Pernikahan bukan sekedar ikatan lahiriah, tapi juga ikatan batin yang didasari keimanan dan ketakwaan.”

Hening sejenak. Semua santri tertegun mendengar jawaban Arabella yang begitu dalam.

Ustad Azzam tersenyum puas. “Masyaallah, jawaban yang luar biasa, Arabella. Itulah esensi pernikahan dalam Islam. Bukan sekedar menyatukan dua insan, tapi juga membangun peradaban yang lebih baik.”

Para santri berbisik kagum. Beberapa bahkan mengangguk-ngangguk setuju. Sari, Elis dan Dina hanya bisa tersenyum bangga melihat sahabat mereka yang selalu penuh kejutan. Namun, tiba-tiba Balwa, Balwi dan Devan langsung ribut.

“Wah, Emang ya... ini calon istri idaman! Gue yang bakalan nikahin dia!" Seru Balwi.

“Eh, nggak bisa! Gue duluan!” Balwa menyahut.

Devan tak mau kalah. “Woy, woy, woy! Gue yang paling pantes jadi suaminya Arabella!”

Sementara Arabella mendelik kesal. “Hah?! Nggak sudi gue nikah sama kalian!”

Devan langsung memasang ekspresi dramatis, menatap langit dengan mata berkaca-kaca. “Ya Allah, hati gue hancur berkeping-keping.. Ditolak didepan umum begini sungguh menyakitkan.. kayaknya gue harus puasa senin kamis supaya hati gue lebih kuat...”

Semua santri kembali tertawa terpingkal-pingkal melihat drama Devan, sementara Arabella hanya bisa menahan kesal. Namun, Ustad Azzam hanya diam, mengamati reaksi Arabella. Dalam hatinya dia bertanya-tanya.

Apakah nanti, kalau saya mengajak Arabella taaruf, saya juga akan ditolak?

1
Tara
jodohmu kaga jauh ...smoga cepat bucin ya...🤭🫣🥰😱🤗👏👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!