NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: riena

“Pernikahan kita cuma sandiwara. Di depan keluarga mesra, di belakang orang asing. Deal?”
“Deal!”

Arman sudah punya kekasih, Widya ogah ribet. Tapi siapa sangka, hidup serumah bikin aturan mereka berantakan. Dari rebutan kamar mandi sampai saling sindir tiap hari, pura-pura suami istri malah bikin baper sungguhan.

Kalau awalnya cuma perjanjian konyol, kenapa hati ikut-ikutan serius?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 14. Terbayang-bayang

Pagi, matahari baru saja menyelinap lewat celah tirai kamar. Widya masih meringkuk di bawah selimut, rambutnya berantakan, wajahnya polos tanpa ekspresi apa-apa selain lelah yang belum sepenuhnya hilang.

Arman sudah lebih dulu terbangun. Ia duduk di pinggir ranjang, memandangi istrinya dengan canggung, antara ingin membangunkan atau membiarkan. Tangannya sempat terulur, hendak membenahi helaian rambut Widya, tapi buru-buru ditarik lagi, takut-takut kalau itu dianggap lancang.

"Eh, jam berapa sekarang?" gumam Widya lirih begitu matanya membuka sedikit.

"Masih pagi," jawab Arman cepat. Ia berdiri dan menoleh sekilas. "Wid, nggak usah bikin sarapan nanti. Aku aja yang urus."

Widya yang masih setengah sadar, mengerjapkan mata. "Hah? Kenapa? Kalau pagi, aku malas ke kantin, nggak keburu.”

Arman menggaruk tengkuknya, kikuk. "Ya... masa tiap pagi kamu yang repot. Aku kan bisa… beli bubur di depan, atau kita sarapan diluar."

Widya menahan tawa, setengah geli setengah heran. "Belinya jangan bilang ke warteg langganan kamu itu lagi, aku nggak suka asin."

“Iya. Pokoknya kamu siap-siap aja. Hari ini aku antar kamu ke kampus."

Widya langsung duduk tegak, matanya membesar. "Hah? Serius? Nanti pacarmu itu ngambek?" ledek Widya sambil mencebik.

"Udah, nggak usah singgung dia. Pokoknya aku yang anter kamu, nggak usah nebeng sama temen kamu itu. Lagian kan kamu bilang ada kelas pagi." Arman berhenti sebentar, suaranya merendah, "...aku pengen pastiin kamu nggak kecapekan."

Hening sejenak. Widya menatap Arman, ada sesuatu yang hangat merayap tanpa bisa ia kendalikan. Lalu buru-buru menyembunyikannya dengan nada menggoda.

"Ciee…jadi suami siap anter tiap pagi nih ceritanya?"

Arman mendengus kecil, tapi senyum tipisnya tidak bisa ditutupi. "Yaudah, terserah mau bilang apa. Yang jelas, aku tunggu di luar. Jangan lama."

Arman lalu melangkah ke pintu, sebelumnya ia sempat menoleh sekali lagi. "Dan serius, jangan bikin sarapan. Aku nggak tega lihat telor dadar yang kamu buat gosong lagi."

Widya spontan melempar bantal ke arah Arman, yang buru-buru menutup pintu sambil menahan tawa.

“Kamu sendiri, kemarin buat juga gosong, Mas.” teriak Widya. Arman yang mendengar dari balik pintu, hanya tertawa.

Di balik selimut, Widya mendengus, tapi senyum kecilnya tidak bisa ia sembunyikan. Ada sesuatu yang berbeda pagi ini. Aneh, kikuk, tapi manis.

*

*

Pagi itu udara masih sejuk. Arman sudah menunggu di depan rumah dengan motornya. Widya keluar membawa tas.

“Udah siap?” tanya Arman singkat. Widya mengangguk, lalu naik ke boncengan. Tangannya ragu, mau pegang jaket Arman atau tidak. Arman sadar keraguannya, tapi ia tak menoleh. Hanya melepas rem perlahan, membiarkan motor melaju.

Di sepanjang jalan, mereka sama-sama diam. Hanya suara mesin motor dan lalu lintas yang terdengar. Namun, sesekali Arman melirik spion, menangkap bayangan Widya yang menunduk, ujung jilbabnya tergerai ditiup angin. Ada rasa hangat aneh yang tak bisa ia abaikan.

Motor berhenti di lampu merah. Di sebelah kanan, sebuah motor juga ikut berhenti. Pengendaranya—Priya.

Mata Priya langsung menajam saat melihat Widya di boncengan Arman. Napasnya terasa berat, rahangnya mengeras.

Widya menyadari tatapan itu. Seketika, naluri jahilnya muncul. Ia mendekatkan tubuhnya, seolah-olah ingin menempelkan dagu ke pundak Arman. Padahal jaraknya masih ada, tapi cukup untuk memberi ilusi intim.

“Mas…” ucap Widya lirih, suara hampir manja.

Arman terkejut, tubuhnya kaku sepersekian detik. Tangannya refleks menggenggam stang lebih erat. Ia tahu ini provokasi, tapi Arman memilih diam.

Priya jelas-jelas terbakar. Tangannya mencengkeram kuat stang motornya, matanya tak lepas dari pemandangan itu.

Widya menahan senyum puas, berpura-pura menghela napas. “Enak juga ya, duduk deket gini.”

Arman melirik sekilas lewat spion, suaranya rendah.

“Wid… kamu sadar kan, ada orang yang lagi kamu bikin panas di sebelah?”

Widya hampir tak bisa menahan tawanya. “Hehe… sengaja.”

Arman menggeleng pelan, tapi sudut bibirnya terangkat samar. Ia tidak menegur, tidak juga menghindar. Biarkan saja, lagipula ada sesuatu yang anehnya terasa menyenangkan. Lagian dia dan Priya sudah putus.

Lampu hijau menyala. Arman memutar gas, motor melaju meninggalkan Priya yang wajahnya penuh amarah.

Di sepanjang jalan setelahnya, Widya tetap duduk lebih dekat dari biasanya. Arman tidak berkata apa-apa, hanya bisa merasakan degup yang tak wajar di dadanya.

*

*

Motor berhenti di depan gerbang kampus. Beberapa mahasiswa lalu-lalang, sebagian sempat melirik ke arah Arman dan Widya yang masih duduk berboncengan.

Arman menepikan motor, lalu mematikan mesin. “Udah sampe.” suara Arman pelan, agak canggung.

Widya turun perlahan, merapikan jilbabnya yang sempat berantakan karena angin. Arman ikut menurunkan standar motor, matanya mengikuti setiap gerakan istrinya. Ada jeda singkat di mana mereka hanya bertukar pandang tanpa kata.

“Makasi udah nganter,” ucap Widya akhirnya, nada suaranya lebih lembut dari biasanya.

Arman mengangguk. “Iya… hati-hati ya di dalam. Jangan lupa makan siang.”

Widya sempat ingin langsung pergi, tapi langkahnya tertahan. Ada sesuatu yang membuatnya menoleh kembali. Tatapan Arman yang serius, seolah benar-benar peduli, membuat dadanya bergetar tipis.

“Mas…” panggil Widya pelan.

Arman menegakkan tubuh. “Hm?”

“Telurnya semalam… nggak jelek-jelek banget kok.” bisik Widya dengan senyum singkat, lalu cepat-cepat berbalik menuju gerbang sebelum Arman bisa bereaksi lebih jauh.

Arman terdiam di atas motor, matanya membesar. Senyum itu—singkat tapi nyata—masih terbayang di kepalanya. Ia menghela napas, kemudian tertawa kecil sendiri.

“Dasar… bikin aku nggak tenang seharian.” gumam Arman lirih, sebelum akhirnya melajukan motor menjauh dari kampus.

Sementara itu, Widya berjalan ke kelas dengan wajah datar, tapi bibirnya tak bisa menahan lengkungan kecil. Degup jantungnya belum juga reda. Dalam hati ia tahu, keakraban tipis tadi… akan menghantui pikirannya sepanjang hari.

*

*

Suara keyboard dan telepon berdering di ruang kerja tak mampu menenggelamkan pikiran Arman. Ia menatap layar monitor, laporan setengah jalan, tapi otaknya jelas melayang entah ke mana.

“Mas Arman, ini draft kontrak udah saya taruh di meja,” ucap salah satu staf.

“Oh, iya… makasih,” jawab Arman cepat, nyaris tanpa menoleh.

Tangannya memegang mouse, tapi yang tergambar di layar bukan angka-angka, melainkan senyum tipis Widya tadi pagi. Singkat, tapi jujur. Arman bahkan bisa mengingat intonasi suaranya saat bilang, ‘Telurnya semalam… nggak jelek-jelek banget kok’.

Arman menunduk, meremas pelipisnya. “Astagfirullah, gara-gara sepotong telur gosong, aku jadi kayak remaja jatuh cinta lagi begini.”

Meski begitu, bibirnya justru mengembang, tak bisa menahan senyum sendiri. Rekan kerjanya yang melintas sempat heran, melihat si Arman yang sedikit pendiam itu tiba-tiba tersenyum ke layar kosong.

*

*

Di kelas, Widya membuka laptop sambil mendengarkan penjelasan dosen. Tapi entah kenapa, konsentrasinya terpecah. Jarinya sibuk mencatat, sementara pikirannya masih tertinggal di depan gerbang kampus tadi.

“Wid…” bisik teman sebangkunya, Dina, sambil menyenggol lengan. “Kamu lagi kenapa? Dari tadi senyum-senyum sendiri.”

Widya tersentak, buru-buru menutup senyumannya dengan tangan. “Nggak kok, aku… inget sesuatu aja.”

“Inget sesuatu atau… seseorang?” goda Dina pelan.

Widya pura-pura sibuk menatap layar. “Sok tau banget.”

Tapi wajahnya jelas memerah. Apalagi bayangan Arman yang kikuk menanak nasi dan bangga dengan telur dadar gosong masih terputar di kepalanya.

Dari bangku belakang, teman lain ikut nyeletuk. “Wid, cerita dong. Ada yang bikin kamu bahagia, ya?”

Widya gelagapan, buru-buru menggeleng. “Nggak ada, sumpah. Fokus aja ke materi, plis.”

Meski berusaha menyangkal, senyum kecil tetap lolos dari bibirnya. Ia sendiri kaget, bahwa interaksi receh semalam dan pagi tadi bisa membuatnya semenyenangkan itu.

------

1
Enisensi Klara
Udah makin ada kemajuan nih mereka tinggal unnoxingan 🤣🤣
Enisensi Klara
Makin gencar nih Arman 🤣🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Beugh ..Arman modus ya bilang mo istirahat dirumah bareng Widya ..padahal emang mau dekat2 Widya 🤣🤣
Enisensi Klara
Pegang aja tuh tangan Widya ga usah ragu dan malu lah Arman 🤣🤣
Enisensi Klara
Beugh ..Arman beliin Widya gelang biar Widya gampang di cari pas dikeramaian padahal modus aja ,biar bisa belikan Widya 🤣🤣jgn cuma gelang lucu beli juga gelang emas dong 🤣🤣
Enisensi Klara
Cieeh ..Arman mulai gombalin Widya hihihi 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Cieee...udah mulai nih saling kasih minuman ke pasangan pake sendok bekas pakai 🤗🤗🤗
Enisensi Klara
Arman gandeng dong tangan Widya 🤣
Enisensi Klara
Takut ada copet Widya jadi pegang erat tasnya 😇😇
Enisensi Klara
Yeaay 🥳🎉🎉🥳 up lagi maaci kak Rie 🤗🤗🤗
emillia
priya....priya...dengan kamu memprovokasi begitu semakin arman muak sama kamu
Safitri Agus
hubungan mereka sudah maju beberapa langkah kedepan, semoga bisa saling menerima satu sama lainnya 😊
Yani Hendrayani
ceritanya ga pernah gagal luar biasa
Mam AzAz
terimakasih Up nya 😊
Mam AzAz
cieee cieee😄😄😄
Safitri Agus
Widya malu-malu nih ciee🤭
Safitri Agus
ya nda papa toh man sudah halal kok
Enisensi Klara
Cieeh ..Arman yg curi2 pandang ke Widya lewat kaca spion 😇😇😇
Enisensi Klara
Cieee ..yg gak bisa jauhan hihihi 🤣🤣🤣itu udah cinta namanya Arman 🤣🤣
Enisensi Klara
Karena kamu sebenarnya punya rasa yg sama kyk Arman Wid ,makanya ga bisa marah sama Arman 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!