Juanda Mahessa, 32 tahun, wajah tampan, dingin, tertutup serta kejam. ia adalah CEO muda Mahessa grup sekaligus pewaris tunggal. Prestasi yang luar biasa dan reputasi tanpa cela, membuatnya menjadi panutan dikalangan pebisnis dan wanita kalangan atas. Atas desakan sang kakek Solmon Mahessa yang mengharuskan juanda untuk segera menikah sebelum diusianya yang ke 32 tahun.
" Menikahlah dengan ku " kata Juanda, suaranya tenang namun penuh penekanan
" Apa kau mabuk? " Arumi Calista
" Aku serius, aku akan memberi mu uang 20 juta per bulan nya. kau hanya perlu menikah dengan ku " juanda Mahessa
Arumi tau ini gila, tapi ketika pilihan antara bertahan dalam kemiskinan atau mengambil kesempatan gila ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lembayung pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
Akhirnya agung membawa arumi pulang kerumah kontrakan nya.
"Ayah, ibu, ada arumi nih" teriak agung agar semuanya dengar
Maka Anita, bela bahkan Lukman, mereka semua keluar dari kamarnya masing-masing.
"Ayah" sapa arumi hendak memeluk tubuh snag ayah
Namun siapa sangka, bukan pelukan hangat yang ia dapatkan, melainkan kata-kata kasar dan caci makian yang ia terima.
"Dasar anak kurang ajar, tau pulang juga kamu ya" Lukman sungguh terlihat sangat marah saat melihat arumi
Arumi yang tak tau menau langsung merasa heran dengan ucapan ayah nya
"Ada apa ini yah, mengapa ayah mengatakan itu. Dan mengapa kalian semua bisa tinggal di sini. Ada apa dengan rumah kita. Apa sebenarnya yang terjadi pada kalian semua." arumi terus saja bertanya tanpa jeda, karena memang ia tak tau bagaimana jalan ceritanya
Anita langsung memarahi arumi yang masih belum tau situasinya
"Gara-gara kamu lah makanya kita jadi tinggal di sini" ucap Anita marah
"Apa maksud nya bu, aku sama sekali nggak ngerti"
"Nggak usah ngeles terus deh lo, memang lo tuh terlahir dengan nasib pembawa sial. Gara-gara lo kita semua jadi tinggal dirumah sempit kayak gini" sahut bela menimpali dengan suara tinggi
"Gara-gara aku, memang nya apa yang telah aku perbuat"
Bela mendekati arumi "lo tanya aja sendiri sama cowok lo yang kaya itu. Apa yang telah dia lakukan sama keluarga kita" tunjuk bela ke arah dada nya arumi
Arumi mengerutkan keningnya "apa ini semua ada kaitannya dengan Juanda?? tapi untuk apa dia melakukan ini semua dan bagaimana dia bisa tau tentang keluarga ku? " gumam arumi semakin bingung
"Tapi aku nggak----- auw.,..."
Kalimat arumi menggantung karena Anita langsung menarik telinga nya
"Sakit bu ampun sakit" ucap arumi sambil memegang telinganya
Anita lalu mencampak arumi ke lantai. arumi mengusap siku nya yang sakit karena terbentur meja. arumi lalu bangkit lagi dan mendekat ke ayah nya
"Apa maksud dari perkataan ibu tadi yah, mengapa semua yang terjadi gara-gara aku" ucap nya lirih sambil memegang tangan Lukman
"Lepaskan tangan kotor mu itu arumi. Kau memang tak pantas menjadi anak ayah. Selama ini kau ayah besar kan dengan penuh cinta dan kasih sayang. tapi apa balasan mu kepada ayah. Kau malah menghancurkan semuanya arumi" Lukman bicara dengan intonasi sedikit tinggi
"Aku masih nggak mengerti" arumi kembali memegang tangan Lukman, namun Lukman langsung menepis nya
"Sudah lah nggak usah banyak drama" Anita langsung menarik paksa tangan arumi dan menyeret nya masuk kedalam gudang dan menguncinya
"Ibu buka pintu nya. Buka bu" teriak arumi dari dalam
Dengan bersedekap dada, Anita pun berkata "Kau disini saja untuk sementara waktu ini. Renung kan semua kesalahan mu"
Lalu Anita pun pergi meninggalkan arumi sendirian didalam gudang
"Kemana kamu bawa anak sialan itu" tanya Lukman saat sang istri telah berada di ruang tengah tadi
"Aku menguncinya di dalam gudang yang ada di belakang rumah" jawab Anita lantang
"hmpt, bagus lah. kalau begitu kita bisa membuat nya menderita selamanya" ucap Lukman
Entah setan apa yang telah merasuki tubuh Lukman. Ayah yang seharusnya menjaga dan melindungi anak nya, kini malah menjadi musuhnya dan bahkan ia tak segan-segan untuk menghukum arumi. Bahkan perbuatan sang istri malah ia dukung dengan sepenuh hati
"Ayah, ibu coba lihat" bela ternyata memeriksa isi tas nya arumi. Dan bela menunjukkan sebuah card berwarna hitam.
Agung langsung mengambil nya dan melihatnya dengan teliti. karena ia masih tak percaya kalau arumi bisa memiliki card hitam tersebut.
"Wah.... ternyata arumi mempunyai banyak uang dan ia hanya menyimpan nya sendirian" ucap agung lalu mencium kartu tersebut
"Apa maksud kamu agung" ucap Anita
"Di dalam kartu ini ada banyak uang yang tersimpan di dalam nya" jawab agung sembari menggoyang-goyang kan kartu tersebut
"Benar kah" mata Anita terbelalak mendengar kan ucapan agung
"Wah.... akhirnya kita kaya... kita bisa kembali ke rumah lama.. " bela berputar-putar sangking senang nya
"Ahahaha.... " Anita juga turut ke girangan
"Akhirnya... " ucap Lukman bahagia
Mereka bahagia diatas penderitaan seseorang. Seseorang yang tidak lain adalah arumi, anak kandung nya Lukman
Setelah berteriak namun sama sekali tak ada jawaban, akhirnya arumi pasrah dengan keadaan nya saat ini. Arumi merosot ke bawah dengan airmata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya
"Ayah, mengapa... mengapa?" isak tangis arumi dengan memasukkan kepalanya ke dalam kedua kaki nya
Lukman, Anita, bela serta agung, kini mereka merasa sangat beruntung karana mendapatkan kartu milik arumi.
"Tapi gung, apa kamu tau kata sandi nya" tanya Anita memecah tawa mereka
"Alah bu, palingan juga tanggal lahir nya arumi"
"Iya ya bener bener. Mas, kamu masih inget kan berapa tanggal lahir nya arumi" tanya anita
"Tanggal lahir nya arumi.... " Lukman terlihat sedang berfikir. Ia juga lupa kapan dan tanggal berapa arumi di lahir kan
"Ish... gimana sih kamu. masak tanggal lahir anak sendiri bisa lupa" Anita memukul lengan lukman karena kesal
"Ya gimana aku mau ingat, orang bukan aku yang melahirkan"
"Plokk"
Sekali lagi tepukan keras mendarat di lengan sang suami
Dan Lukman terkejut
"Tapi kan dia anak kamu, bukan anak aku. Masak iya aku yang harus ingat tanggal lahir nya"
"Ayah, ibu udah. Kita cari pelan-pelan pasti bakal ketemu" bela menyudahi keributan kecil antara ayah dan ibu nya
"Tapi kamu mau cari dimana bela" ucap anita
Dan sekali lagi, agung menemukan sesuatu di buku tulis nya arumi. Yaitu sebuah biodata lengkap arumi
"Aku menemukan nya lagi" sahut agung gembira
Dan yang lain pun mendekati agung
"Coba coba ibu lihat"
"Mana mana biar ayah lihat dulu"
maka Lukman melihat nya dengan saksama
"Iya ini benar tanggal nya" sahut Lukman
"Alah, udah ketemu aja baru bilang iya. Tadi bilang nya ngga tau sama sekali" sindir anita geram
"Udah ngga usah pada ribut. sekarang aku akan pergi ke ATM, aku akan coba ambil uang nya" sahut agung
"Ya sudah pergi lah. jangan lupa bawa uang nya pulang" ujar Anita terlihat sangat bahagia
"Aku ikut" ucap bela
"Kenapa sih pake ikut segala" gumam agung
"Kmau disini aja temanin ayah sama ibu. Biar aku yang ambil uang nya" jelas agung sungguh tak ingin bela ikut dengan nya
"Nggak, pokoknya aku harus ikut. Ayah sama ibu kan di rumah bukan nya di luaran. Jadi nggak apa-apa juga mereka tinggal" bela tetep kekeh ingin ikut
Terlihat jelas agung menarik nafas dalam
"Ya udah kita pergi sekarang"
"Ok, let's go jadi orang kaya lagi" ucap bela bersemangat
Sementara arumi masih di sekap di gudang belakang. Karena kelelahan menangis, akhirnya ia pun tertidur di sela-sela tumpukan kardus
Setelah sampai di ATM, agung dengan segera memasukkan kartu nya dan menekan beberapa angka tanggal lahir nya arumi
"Coba cek Saldo nya dulu bang" ucap bela
"Oh iya ya bener bener"
Dan setelah mengecek saldo di rekening tersebut, baik bela maupun agung, mereka sama-sama membelalak kan mata nya lebar-lebar dan menganga besar
"Hah!!"
"I-ini nggak salah kan bang" kalimat bela sampai terputus-putus
"Wah... gila ternyata. Banyak banget uang nya"
"Kita bisa kaya bang"
"Iya kita kaya"
Bukan tanggung-tanggung angka yang tertera di layar. Jumlah nya sangat fantastis. 1,6 milyar rupiah. Bahkan arumi sendiri pun masih tidak tau berapa isi uang yang ada di dalam card tersebut
Maka dengan segera agung mengambil uang tersebut. Namun tidak bisa sekali banyak mengambil uang nya. Maka sedikit demi sedikit mereka mengambil nya.
"Ya udah, untuk hari ini kita ambil segini aja dulu, besok kita ambil lagi sampai habis" ucap agung
"Ya udah nggak apa-apa bang"
Ditempat lain
"Sudah hampir malam, kemana perginya dia. apa dia masih kesal dengan kejadian semalam" ucap juanda sendiri sambil berjalan mondar mandir kesana kesini
"Tuing"
Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk ke handphone nya juanda
Juanda lalu mengambil handphone nya dan membaca sebuah pesan dari M banking. Seketika mata nya melotot melihat isi dari pesan tersebut
Nemu lagi bela ketiga.
ini udah bela ketiga yang ku temukan sifatnya menjengkelkan.
yang satu, sok polos, yang satu nganu, yang ini lagi minta tas baru.
beli sendiri/Right Bah!/