NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Anggap aku seperti tumbuhan layu yang tidak pernah diurus sama majikannya. Akarku bergetar lemah, namun Ia berusaha agar aku tidak jatuh ke tanah.

Sebenarnya, untuk apa dia menanam tumbuhan jika pada akhirnya diabaikan? Untuk apa mereka semua menanam bunga jika ujung-ujungnya di petik tanpa perasaan?

Air mata yang tertahan jatuh tanpa diminta, suasana semakin riuh begitupun dengan debaran pada daksanya. Berdiri di atas panggung dengan napas yang mulai memburu, diam, dan ... menatap kekasihnya berciuman dengan perempuan lain.

Satu butir air mata berhasil memberi bekas pada pipinya, gadis itu mengusap kasar butiran yang jatuh karena amarah itu. Dengan langkah panjang, tergesa-gesa, ia turun dari atas panggung berjalan ke arah dua pasangan yang tengah berciuman dengan mesra.

Araya menarik kerah baju Devan dengan kuat hingga pautannya terlepas dari bibir milik Naya.

Plak!

Satu tamparan keras membekas di pipi Devan, hingga kepalanya sedikit miring karena tamparan yang Araya layangkan.

"Kamu ngapain, sih!" bentak Devan keras, tidak peduli dengan lingkungan sekitar yang mulai dipenuhi bisik-bisik.

"A-ar—"

"Naya, kamu diam," ucap Araya pelan namun tajam dipendengaran.

Gadis itu menatap kekasihnya lekat. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin dia sampaikan namun semuanya itu tertahan hingga urat leher dan juga jidatnya bermunculan. Wajah Araya memerah, ia bingung harus bagaimana sekarang.

"K-kamu jelasin sama aku ..." Ia melirik sejenak ke arah Naya dengan mata memerah, dadanya perlahan naik turun, berusaha menarik udara ke dalam tubuhnya.

Kembali menatap Devan. "Kenapa kamu menciumya?" tanya Araya, suara gadis itu bergetar.

Devan membuang napas, dengan rendah ia menatap Araya di depannya. Bukannya menjelaskan pemuda itu malah terkekeh di atas rasa sakit yang kini Araya rasakan.

Araya mengepal kedua tangannya erat, tangan gadis itu mulai berkeringat.

"K-kenapa aku tanya?!" Tanpa sadar suara gadis itu mulai meninggi.

"Kenapa kamu bertanya?" Devan menarik Naya ke sebelahnya.

Pemuda itu menarik napas, ia melihat keseliling setelah itu menatap Araya.

"Devan...," lirih Naya.

Devan merangkul bahu Naya dengan erat.

"Sebenarnya aku dan Naya memiliki hubungan di belakang kamu," ucapnya tanpa rasa bersalah.

Araya tidak bisa melepas pandangannya dari mata milik Devan. Gadis itu bingung, gundah, lemah untuk berpikir.

"Ini bukan salah Naya, Araya, tapi salahmu. Kamu tidak menyenangkan sama sekali karena wajahmu yang terus menerus datar, serta nada bicaramu yang terdengar tidak memiliki nada. Sebenarnya, kamu itu manusia seperti apa sih?"

Mendengar itu pikiran Araya berterbangan ke mana-mana. Matanya melirik ke sana ke sini, rasa tidak nyaman dan kegelisahan perlahan muncul dalam dirinya.

"Naya bisa ... Naya bisa menjadi apa yang aku inginkan. Jadi, jangan salahkan dia, salahkan dirimu sendiri karena tidak becus menjadi pasangan," laniutnya Devan.

"Tapi, Devan ... aku-aku sudah berusaha menjadi pasangan yang baik. Menuruti ucapanmu, aku belajar menjadi dewasa karena kamu memintanya. A-apa itu masih kurang?" Araya berusaha membuka suara, walau sekarang ia tidak mampu. Namun, harus bagaimana lagi. Gadis itu butuh kelurusan dari yang telah terjadi.

Araya maju selangkah. "Jika itu masih kurang, aku mohon ... berikan aku kesempatan! Aku, aku akan melakukannya dengan baik kali ini, aku mohon!" Gadis itu menatap Devan dengan mata berkaca-kaca, penuh harap pada pemuda itu.

Naya melepaskan rangkulan Devan, gadis itu melangkah perlahan ke arah Araya.

"Araya, maafkan aku ... aku tidak bermaksud merebut Devan dari kamu. Tapi, kamu juga jangan egois. Dia membutuhkan sosok pasangan yang mengerti akan dia, tapi kamu sama sekali tidak pernah berpikir bagaimana perasaan Devan sebenarnya."

Devan tersenyum saat Naya mengatakan hal itu, dengan berani ia menggenggam tangan Naya dengan lembut di hadapan Araya yang sudah tak kuasa menahan sesak.

"A-apa maksud dari ini?" tanya gadis itu masih tidak percaya.

Naya tersenyum sinis, gadis itu semakin mendekat ke arah Araya. "Ini adalah kehancuran, Araya. Pemenangnya tetap aku," ucapnya pelan namun tajam.

Saat Naya menjauhkan wajahnya, matanya menatap mata Araya yang menatap kosong seperti hilang arah. Benar-benar memuaskan karena itulah yang Naya inginkan.

"Araya, sudah jelas, hubungan kita berakhir di sini," ucap Devan terdengar tidak masuk diakal dipendengaran Araya.

Devan menarik Naya menjauh dari kerumunan, meninggalkan Araya yang berdiri mematung dengan tatapan kosong. Tubuh gadis itu menegang, bergetar, serta napasnya yang memburu menahan debaran yang semakin keras di dalam sana.

Sedangkan orang-orang mulai berbisik-bisik, memotret, serta merasa impati dengan apa yang telah mereka lihat.

"Kasihan, yah, di saat lagi tampil dia di kaget kan dengan pemandangan yang menyekat hati."

"Lagipun, laki-laki memang butuh perhatian dari kekaishnya. Dia yang terus menerus datar bisa apa?"

"Kasihan sih, yah, tapi lebih kasihan aku yang perasaannya belum di balas."

Tiba-tiba kepala Araya terasa nyeri, gadis itu menyentuh kepalanya. Bisik-bisik yang ia dengar berterbangan di atas kepalanya, kejadian yang baru saja berlalu pun ikut berbisik di atas kepalanya.

"Tidak ... Devan ... tidak ..." lirihnya.

Rifan mendekat ke arah Araya, pemuda itu berdiri di depannya.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Araya mendongak, ia menatap Rifan dengan lekat sebelum akhirnya ia berkata, "Aku ingin pulang."

Rifan mengangguk, pemuda itu menarik tangan Araya menjauh dari kerumuman. Sedangkan yang di bawa pergi dari kerumunan, menatap kosong ke arah jalan.

Sesampainya di parkiran, Rifan memasangkan Araya helm kemudian naik ke atas motor. Pemuda itu benar-benar khawatir dengan kondisi Araya saat ini, gadis itu benar-benar hancur. Namun, dia tidak tahu harus berbuat apa kecuali menenuhi permintana Araya.

"Raya, apa kamu baik-baik saja?" tanya Rifan, khawatir.

Di belakang jok motor, Araya tidak merespon. Pikirannya terbang ke mana-mana. Seperti, kepalanya terasa tercambuk oleh kenyataan yang menekan.

Tanpa banyak tanya lagi, Rifan mulai menancap gas dan berlalu dengan kecepatan sedang. Pemuda itu terus menatap kaca spion yang mengarah ke arah Araya.

Walaupun Araya sering berekspresi datar, tapi ia tidak sedatar saat ini. Wajah gadis itupun memerah dan selalu saja menghembuskan napas berat. Terlihat dari pandangannya yang kosong, sepertinya ia dalam keadaan hancur.

Tapi ... gadis itu hanya diam.

Apakah marahnya hanya sementara?

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Sesampainya di depan pagar rumah Araya, sudah ada Rasti yang sedang menyiram tanaman menatap ke arah mereka.

Rifan tahu rumah Araya karena selama latihan, Rifan biasanya yang mengantar Araya pulang. Namun, hanya sekali. Selebihnya Araya yang menjemput Rifan.

"Sudah sampai." Kalau saja Rifan tidak menyadarinya, mungkin Araya tetap duduk di atas jok motor dengan tatapan kosong serta pikiran yang terus menampilkan bayangan-bayangan kejadian tadi, dan ada getaran dada yang terus menerus berdetak lambat, memberikan rasa sakit yang semakin dalam.

Araya turun dari jok motor, melepas helm pada kepalanya, memberikan helm itu pada pemiliknya, kemudian melangkah dengan rambut panjang yang kini berantakan.

Saat gadis itu berdiri di depan Rasti, ibunya. Bukan sambutan hangat yang dia dapatkan melainkan sebuah tamparan yang membuat Rifan terkejur dan segera turun dari motornya.

Menyusul Araya yang pasrah dengan beberapa tamparan yang Rasti layangkan.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!