Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 14
Sepulang makan siang di restoran, Zayn dan Nasya kembali ke perusahaan, sementara Ibu Zubaidah memilih pulang ke rumah. Mereka berpisah setelah keluar dari restoran. Hanya butuh waktu tiga puluh menit, Zayn dan Nasya akhirnya tiba di kantor.
Zayn melangkah cepat menyusuri lorong menuju ruangannya, sementara Nasya berjalan di belakang, menuju meja kerjanya yang berada di dekat pintu ruang CEO.
“Zayn!”
Langkah Zayn terhenti ketika seseorang memanggil namanya. Ia menoleh dan mendapati Yuda berdiri di sana.
“Ada apa?” tanya Zayn datar, tanpa ekspresi.
“Tadi Angel datang ke sini,” ujar Yuda, membuat Zayn spontan melirik Nasya.
Nasya yang mendengar nama Angel disebut hanya bisa menoleh, memperhatikan keduanya dari kejauhan.
“Kita bicara di dalam,” balas Zayn singkat. Yuda mengangguk setuju.
Sementara dua pria itu masuk ke ruangan, Rani segera menggeser kursinya mendekat ke Nasya, suaranya penuh semangat.
“Eh, Sya... kau tahu tidak? Tadi Bu Angel datang, marah-marah, memaksa masuk ke ruangan Pak Zayn,” bisiknya.
“Hah? Marah-marah? Kok bisa?” Nasya tampak terkejut.
Rani mengangguk. “He’em... dia teriak-teriak seperti orang kesurupan. Untung ada Yuda yang cepat datang. Kalau tidak? Bisa dipecat aku sama Pak Zayn.”
“Kata Yuda, mereka batal nikah, ya? Kau tahu tidak, Sya? Apa mungkin karena Pak Zayn selingkuh?” lanjut Rani penasaran.
“Eh, jangan asal ngomong! Kalau Pak Zayn dengar, bisa habis kamu,” balas Nasya cepat-cepat.
“Lha, terus? Pernikahannya katanya tetap digelar, tapi bukan dengan Bu Angel. Dengan siapa, dong? Jangan-jangan benar, Pak Zayn selingkuh, ya?”
Nasya semakin gelisah. Statusnya sebagai calon istri Zayn masih dirahasiakan, dan ia tak mau sampai Rani curiga. Akhirnya, ia memilih kabur dari obrolan itu.
“Aku mau ke toilet dulu,” katanya cepat.
“Ih, Sya! Aku belum selesai ngomong,” protes Rani.
“Nanti saja lanjutnya. Aku kebelet, nih,” balas Nasya, lalu buru-buru pergi.
---
Di ruang kerja Zayn, pembicaraan antara dia dan Yuda berlangsung serius.
“Jadi, apa keputusanmu soal Angel?” tanya Yuda setelah menceritakan keributan tadi.
“Aku sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi,” jawab Zayn tegas, suaranya dingin.
“Kalau dia kembali ke sini? Apa kau akan menemuinya?” tanya Yuda lagi.
“Tidak. Aku akan mengusirnya. Aku tidak mau lagi melihat wajahnya,” balas Zayn penuh amarah yang ditahan.
Yuda hanya mengangguk paham. “Baiklah. Aku kembali ke ruangan dulu, sebentar lagi kita ada meeting, kan?”
“Ya. Siapkan semua berkas. Lima belas menit lagi kita berangkat,” sahut Zayn, berusaha mengalihkan pikirannya.
Setelah mendapat jawaban dari Zayn, Yuda berdiri dan melangkah pergi menuju ruangannya. Sementara itu, Rani dan Nasya sedang sibuk membereskan meja kerja mereka, bersiap untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB.
“Aku pulang dulu, ya, Ran?” ucap Nasya sambil menyampirkan tas di bahunya.
“Eh, sebentar! Kita keluar bareng, ya?” balas Rani, buru-buru merapikan mejanya.
Nasya akhirnya setuju menunggu. Ia juga butuh teman untuk berjalan menuju lift hingga ke parkiran bawah tanah. Tak lama kemudian, kedua wanita itu tiba di parkiran dan menyalakan motor masing-masing untuk pulang.
---
Sepulang dari meeting, Zayn akhirnya sampai di halaman rumah. Wajahnya terlihat sangat lelah ketika turun dari mobil.
“Zayn!”
Baru saja menutup pintu mobil, langkah Zayn terhenti. Ia menoleh ke arah suara itu, mengerutkan kening ketika melihat siapa yang memanggilnya.
“Angel?” lirihnya dalam hati.
Tanpa aba-aba, Angel langsung memeluk Zayn erat-erat hingga membuat pria dingin itu terpaku sesaat. Setelah sadar, Zayn segera menjauhkan tubuh Angel darinya.
“Mau apa kau datang ke sini?” tanyanya datar, nada kesal jelas terdengar di suaranya.
“Aku sangat merindukanmu, Zayn. Apa kau tidak merindukanku?”
Zayn membuang muka, tersenyum miring penuh muak.
“Jangan belagak polos, Angel. Pergilah dari hidupku. Aku sudah tidak mencintaimu lagi.”
Setelah mengatakan itu, Zayn berbalik hendak masuk ke rumah. Baru beberapa langkah, Angel menahannya.
“Zayn, tunggu! Aku mohon, kali ini dengarkan aku. Aku mohon, sayang,” ucap Angel dengan mata berkaca-kaca, suaranya bergetar menahan rindu.
“Cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu,” balas Zayn, wajahnya tetap tanpa ekspresi.
“Sayang, maafkan aku. Aku terpaksa melakukan semua itu demi Mama. Kau tahu, kan, Mama harus terus menjalani kemoterapi setiap bulan. Biayanya tidak murah, Zayn. Aku mohon, mengertilah. Jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Beri aku kesempatan memperbaiki semuanya. Aku mohon...”
Angel bicara panjang lebar, tapi tatapan Zayn tetap dingin, tanpa rasa iba, apalagi cinta.
“Sudah selesai bicara?”
Wajah Angel berubah kecewa. Ternyata tidak semudah itu membujuk Zayn untuk kembali.
“Kalau tidak ada lagi yang ingin kau katakan, silakan pergi. Aku lelah. Aku mau istirahat,” lanjut Zayn, lalu kembali melangkah pergi.
Namun Angel lagi-lagi menghadangnya, kali ini bersimpuh di kaki Zayn sambil menangis tersedu-sedu.
“Zayn, aku mohon... jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Beri aku kesempatan berubah. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi...”
Sayangnya, hati Zayn sudah tertutup rapat untuk Angel. Ia tetap pada pendiriannya untuk menikah dengan Nasya sesuai keinginan sang Mama.
Angel yang terus memeluk kakinya membuat Zayn sulit melangkah. Akhirnya, dengan sedikit kasar, Zayn mengangkat kakinya agar Angel melepaskannya.
“Argh...” rintih Angel ketika terjatuh dan sikunya membentur tanah.
Zayn menunduk, menatap Angel dengan sorot mata penuh kekecewaan.
“Dengar, Angel. Tidak ada lagi kesempatan untuk seorang wanita yang dengan mudah mengobral kehormatannya pada pria yang bahkan belum menjadi suaminya. Dan ingat satu hal, dua minggu lagi pernikahanku tetap akan berjalan, meski bukan denganmu! Kau mengerti?!”
DEG!
...----------------...