Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Naura yang membuat masalah, aku yang malu, Ma. Sumpah," ujar Rere ikut mengompori ibu mertuanya.
"Mama harus kasih pelajaran ke Naura nanti! Biar dia tidak kurang ajar lagi. Memangnya Mama mau dipermalukan oleh Naura? Jangan mau, Ma! Dia mulai ngelunjak, tahu!" timpal Ria.
Dengan mudah wanita beranak tiga itu dihasut oleh Ria dan Rere.
Seharusnya ia bisa melihat situasi. Naura tidak salah. Ia hanya mencoba membela dirinya ketika dirundung.
Apa lagi Naura tipikal perempuan yang tidak kenal takut dengan siapa pun. Namun, ia masih saja menyalahkan Naura atas kejadian hari ini.
**
**
Satu per satu tamu mulai berdatangan ke acara empat bulanan Dewi.
Naura dan Azriel memilih menikmati hidangan daripada berkumpul dengan keluarga.
Azriel menyetujui keputusan Naura, karena ia tahu istrinya hanya akan jadi bahan olokan keluarga besarnya.
"Satenya enak sekali, Mas," gumam Naura menyuapkan sate ke mulut Azriel.
Azriel menerimanya. Sambil mengunyah, pria itu berkomentar, "Iya, enak. Coba pakai lontong, deh! Biar tambah enak."
"Tidak, ah. Aku sudah kenyang, Mas. Aku masih mau mencicipi makanan yang lain." Naura mengedarkan pandangan. "Mau coba gulainya. Mas Azriel mau juga?"
"Zriel! Azriel! Ayo, sini! Kita foto bersama dengan Dewi dan suaminya!" panggil Mama Sovi melambaikan tangan pada Azriel.
"Ayo, Sayang! Kita foto bersama dengan yang lain." Azriel menggandeng lengan Naura. Tapi Naura melepaskan tangan suaminya.
"Kenapa, Ra? Itu kita dipanggil tadi."
"Kamu saja, Mas. Aku tidak," Jawab Naura pelan. "Yang diajak foto hanya kamu saja. Dengar, mereka hanya memanggil kamu. Bukan aku ..."
"Zriel, ayo-"
"Tidak, Ma. Kalian saja! Aku mau di sini menemani istriku makan," jawab Azriel mengalah.
Ia tidak ikut foto keluarga karena istrinya tidak diajak.
Naura mendengar jawaban suaminya yang lugas. Ia mendongak, saat itu tatapan keduanya bertemu.
"Aku tidak apa-apa kalau kamu mau foto dengan mereka, Mas. Aku tunggu di sini. Nanti langsung pulang, deh!" bujuk Naura.
Ia melihat tatapan tidak suka dari keluarga besar ibu mertuanya.
"Aku tidak minat, Ra. Lebih baik di sini saja menemani kamu."
Azriel mengelus kepala Naura.
"Habiskan makanan kamu. Setelah ini kita pulang, ya. Aku lelah, mau istirahat," ujar Azriel.
Naura tidak banyak bicara selain mengiyakan. Hubungan keduanya sangat baik. Menjaga perasaan satu sama lain.
Karena Azriel, Naura tidak pernah merasa sendiri walaupun ada banyak sekali orang yang tidak menyukainya menjadi istrinya Azriel.
**
**
Azriel dan mamanya pamit pulang kepada Tante Gina dan sekeluarga.
Sementara Naura malas berbasa-basi dengan keluarga itu. Biarlah dianggap tidak sopan kalau mereka duluan yang menyenggolnya.
Sepanjang perjalanan ibu mertuanya diam dan mengarahkan pandangan ke arah kaca mobil.
Naura bersikap tenang, seakan tidak peduli kalau ibu mertuanya kini sedang marah padanya.
Bagi Mama Sovi, sudah sepatutnya perempuan itu meminta maaf kepada Tante Gina. Terlebih Dewi. Sudah membuat malu, malah bersikap seolah tidak berdosa.
Begitu sampai di rumah, Naura masuk ke dalam kamarnya bersama Azriel.
Wanita paruh baya itu melepas sepasang sepatu kemudian duduk di sofa ruang tamu.
Mama Sovi mulai mengeluarkan unek-uneknya di sepanjang acara berlangsung.
"Tidak punya sopan santun!" Ia melipat kedua tangan di depan dada. "Mama malu ditegur oleh Gina seperti tadi! Kamu juga, Zriel, jangan diam saja jadi suami! Apa kamu tidak bisa tegas mendidik istri?" omel wanita itu panjang lebar.
Ia meluapkan kekesalannya kepada sang menantu. Tapi tanpa diketahui oleh wanita itu, Naura tengah bersiap-siap menyeret koper besarnya menuju ke luar kamar.
Mama Sovi terkejut mendapati menantunya menggeret koper. Seketika ia berdiri dan salah tingkah.
"Kamu mau ke mana pakai bawa koper segala?" tegurnya.
"Pindahkan barang ke rumah baru," jawab Naura. "Tidak semuanya, sih. Aku nyicil dulu sebagian supaya tidak repot nanti pas pindah."
Di satu sisi Mama Sovi ingin marah. Ia belum puas mengomeli menantunya.
Tapi di sisi lain, ia juga penasaran dengan kekayaan Naura. Apakah benar, atau hanya sekadar karangan belaka?
"Sudah ya, Ma. Aku berangkat sekarang diantar oleh Mas Azriel. Mama hati-hati di rumah sendirian," pesan Naura.
Tidak lama setelahnya Azriel keluar membawa kunci mobil di tangannya.
Azriel keluar menyusul istrinya menuju ke garasi mobil.
Ia membantu Naura memasukkan koper berukuran besar ke belakang bagasi.
Begitu bagasi ditutup dan mereka masuk ke dalam kendaraan roda empat itu, Naura dan Azriel terkejut mendapati wanita paruh baya itu berada di kursi belakang.
"Mama?" gumam Naura dan Azriel saling menatap.
"Mama sedang apa di sini? Tadi katanya mau istirahat. Lelah. Kenapa malah duduk di situ? Aku dan Naura mau pergi." Azriel memasang sabuk pengamannya. "Mama turun dulu, deh."
"Mama mau ikut kalian berdua, lah!" seru Mama Sovi. Bibirnya bergerak-gerak seperti tengah komat-kamit.
"Untuk apa ikut, Ma? Aku dan Naura hanya mau menyimpan sebagian barang kami ke rumah baru. Setelah itu kami kembali lagi,kok." Azriel mencoba membujuk.
Mama Sovi melipat kedua tangan di depan dada. Ia sengaja membuang muka menolak untuk turun dari mobil.
Naura menahan geram dari tempat duduknya. Bisa-bisanya ibu mertuanya enggan turun. Mau diseret keluar pun, Naura tidak mungkin tega.
"Bagaimana, Sayang?" Azriel meminta pendapat. Ia merasa tidak enak pada istrinya.
"Ya sudahlah, Mas." Naura mengiyakan secara terpaksa.
Naura tidak punya pilihan selain mengiyakan. Walau dari dalam lubuk hatinya Naura malas mengajak ibu mertuanya.
Tapi dengan mengiyakan akan menghindari pertengkaran di antara ia dan wanita paruh baya itu.
Mama Sovi mendengar kalau Naura dan Azriel berakhir pasrah. Ia tersenyum penuh kemenangan. Pada akhirnya tidak ada yang bisa menolak dirinya untuk ikut tinggal.
"Kalian benar-benar beli rumah di komplek yang itu? Kata Ria dan Rere, banyak pejabat dan artis yang tinggal di sana." Ia melirik Naura dan Azriel.
"Yang beli rumah itu Naura, Ma," sela Azriel menjelaskan.
"Terserah siapa yang beli." Ia mengibaskan tangan ke udara.
"Yang penting kalian sama-sama tinggal di rumah itu. Lalu apa bedanya? Kalian ini kan suami-istri. Jadi wajar dong kalau Mama anggap milik bersama."
Baru ikut ke rumah barunya saja, sudah menguji kesabaran Naura. Diam-diam Naura merapalkan sesuatu dalam hatinya.
"Sabar, istighfar," batinnya. Karena melawan wanita itu akan membuang banyak energi.
"Siapa tahu Naura hanya ngaku-ngaku beli rumah di sana. Ujung-ujungnya tetap rumah KPR," ujarnya diiringi tawa di akhir kata.
"Mama masih tidak percaya? Padahal kan sudah lihat isi sertifikatnya, Ma," bela Azriel menghela napas.
"Tetap saja Mama ingin lihat langsung." Mama Sovi menatap Naura, lalu tersenyum sinis.
Apabila Naura tidak bisa membuktikan ucapannya, ia akan menertawakan perempuan itu dan mengoloknya sampai puas.
Azriel akan membela Naura sekali lagi. Tapi istrinya segera menggenggam tangannya. Azriel menoleh dan menatap pada Naura.
Perempuan itu menggeleng. Sepasang matanya mengerjap.
"Tidak usah diladeni," ujar Naura menggerakkan bibir tanpa suara. "Kita ngalah saja kali ini."
************
************
mertuamu jga baik dan syang sm km...
jdi km jga harus bisa mmprlakukn naura dgn baik.... dan jgn km sakiti hati naura dgn km mnuruti kmauan mm sovi yg sll mmbela mantu"nya yg lain jga mmbela kakak" mu yg lucnut...
km harus tegas demi rmh tanggamu zriel...
smoga Azriel sll berada di jln yg lurus...
tunggu sja mm sovi apa yg km tabur... kelak akn km tuai hasilnya.... ank dan mantu" parasitmu yg akn mnenggelamkn dirimu... beserta mereka jga ikut tnggelam...
dan smoga saja azriel bukan suami yg bodoh dan mudah di hasut.... di manfaatkn mereka....
sumpah..... hidupnya cm bikin ssh org lain....
se kali" lah seatap dgn mantu" kbanggaan dan ksayanganmu.... agr km tau mna yg manusia ber adab dan mna yg hnya manusia parasit tak tau diri...
biar mrtuamu tau wujud asli mantu" sengkuninya....