Kisah ini bercerita tentang tiga orang wanita yang bersahabat sejak kecil yakni Raya, Fitri dan Alya. Namun Seiring berjalannya waktu mereka harus berpisah karena jalan hidupnya masing masing. Di usianya yang beranjak dewasa, mereka mulai menemukan jati dirinya. Seperti apa lika liku kehidupan tiga bunga ini? Ini lah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti Supandi (Siti Hartinah), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Berat Kehidupan
'’Demi Allah aku tidak akan menyesal, jika saudariku bahagia, maka aku juga akan ikut bahagia’’ ucap Fitri
Julia menangis mendengar apa yang diucapkan oleh Fitri.
‘’Terimakasih Fit’’ ucap Julia terharu
Sementara Alya yang mendengarkan obrolan mereka dari balik dinding ikut menangis terharu.
Setelah pertemuannya dengan Julia, Fitri bertemu dengan Rizal di suatu tempat.
Betapa senangnya saat Rizal bertemu dengan Fitri. Wanita yang selama ini ada di hatinya.
"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Kamu gimana kabarnya? ucap Rizal
"Alhamdulillah, aku baik mas" ucap Fitri
"Syukur lah kalau kamu baik baik saja" ucap Rizal
"Oh ya mas, ada yang mau aku sampaikan ke kamu" ucap Fitri
"Kamu mau ngomong apa?" ucap Rizal
Fitri pun menjelaskan maksud kedatangan nya menemui Rizal tentang Julia.
Awalnya Rizal merasa keberatan dengan permintaan Fitri yang menginginkan Rizal untuk menikahi Julia.
Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya Rizal mau menuruti permintaan wanita yang dicintainya.
Pernikahan antara Julia dan Rizal pun berlangsung. Fitri, Raya dan Alya serta yang lainnya turut hadir dalam acara walimahan dua insan tersebut.
‘’Yang sabar ya Fit, semoga ini yang terbaik" ucap Alya pada Fitri
‘’Makasih ya Al" ucap Fitri
Waktu terus berputar. Rizal yang awalnya tidak mencintai Julia, kini telah tumbuh cinta dihatinya. Meskipun terkadang sosok Fitri sering muncul dibenaknya.
**
Pasca lebaran, setelah libur semester selesai, Alya kembali ke Jogja untuk melanjutkan kuliahnya. Alya kembali ke Jogja dengan penampilan baru.
Berkat ilmu yang didapat dari pesantren, Alya jadi menggunakan jilbab. Meskipun di awal penampilan barunya sempat mendapat ejekan dari teman-temannya, hal itu tidak membuat iman Alya goyah, karena Alya yakin dengan keputusan nya untuk berhijab.
Saat Alya hendak masuk menuju kelas.
‘’Assalammualaikum bu haji’’ ucap salah satu temannya
‘’Waalaikumsalam, amiiin naik haji beneran" ucap Alya
‘’Udah jadi ustadzah nih ceritanya’’ ucap Dina
‘’Alhamdulilah, kamu kapan pake jilbab Din?’' ucap Alya
‘’Kapan-kapan Al’’ ucap Dina
‘’Amiiinn secepatnya" ucap Alya
‘’Hehe’’ Dina nyengir
Tak lama kemudian, bu dosen datang dan pelajaran segera dimulai.
Sementara Fikri masih tetap dengan hobinya main basket di lapangan kampus.
‘’Bro, loe gak kangen sama Alya?’’ ucap Rio sambil mengoper bola
‘’Kangen lah sama bawelnya'’ ucap Fikri
‘’Cie cieee" ucap Rio
Tiba-tiba sosok wanita muslimah bersama temannya lewat depan lapangan.
‘’Fikri, gue gak salah liat kan?’’ ucap Rio gak percaya
‘’Kenapa?" ucap Fikri
Saat melirik wanita tersebut, ternyata Alya.
Fikri pun jadi terpana melihat Alya memakai busana muslimah sampai memerhatikan cukup lama pada Alya yang sedang berjalan dengan Dina.
‘’Alhamdulilah yah’’ ucap Rio pada Fikri
‘’Dasar Syahroni’’ ucap Fikri
Usai bermain basket, Rio dan Fikri pulang ke rumah masing-masing.
Sejenak terlintas dipikiran Fikri sosok Alya yang terus membayanginya.
Wanita yang selama ini sering jutek dan selalu marah-marah padanya, kini telah merubah penampilannya.
Fikri pun menghubungi Rio untuk membicarakan sesuatu.
Tuuutt..
Tuuutt..
"Iya kenapa bro" ucap Rio
‘’Gue punya rencana buat Alya’’ ucap Fikri
‘’Rencana apa?’’ ucap Rio
Fikri pun menjelaskan, kalo dirinya akan menyatakan cinta pada sang pujaan hati.
‘’Oke deh beres" ucap Rio
Rio pun membantu Fikri untuk menjalankan rencananya. Termasuk menghubungi Dina teman dekat Alya di kelas.
Keesokan harinya Dina mengajak Alya malam malam ke suatu tempat, tepatnya di sebuah lapangan Futsal yang sepi.
‘’Ngapain Din kita kesini’’ ucap Alya
‘’Ada yang mau ngasih surprise buatmu Al, makanya matamu ku tutup bentar ya" ucap Dina
‘’Loh Din, emangnya kita mau ngapain?’’ ucap Alya
‘’Udah, nanti juga kamu tau’’ ucap Dina
Dina pun mendudukkan Alya di atas sebuah kursi.
‘’Duduk yang manis ya Al, aku pergi dulu bentaaaarrr ajah’’ ucap Dina
Tak lama kemudian kain yang menutup mata Alya dibuka oleh seseorang dari belakang badannya.
Ruangan futsal yang awalnya tampak sepi kosong tiba-tiba berhiaskan bunga-bunga yang indah serta kerlipan lampu yang menerangi ruangan.
Di sepanjang dinding pun bertuliskan I LOVE U ALYA hampir di setiap sudut hingga membuat Alya terpesona akan keindahan tempat tersebut.
Hingga munculah pria bertekuk lutut di hadapannya dan memberinya setangkai bunga.
‘’Al ini untuk kamu. Sebenernya aku suka sama kamu, apa kamu mau jadi pacar aku?’’ ucap Fikri
‘’Maaf aku gak bisa" ucap Alya
‘’Kenapa?’’ ucap Fikri
‘’Aku gak mau pacaran’’ ucap Alya
Alya pun meninggalkan ruangan futsal dan kembali ke kost nya.
‘’Mungkin belum waktunya bro'’ ucap Rio sambil menepuk pundak sahabatnya
Fikri pun menjadi patah hati setelah itu. Tapi ia bertekad untuk tidak menyerah hingga Alya menjadi miliknya nanti.
‘’Alya udah tidur yah? Maafin aku, aku cuma bantuin Fikri sedikit kok. Aku juga gak maksa kamu, supaya kamu mau terima Fikri. Alya jangan marah ya. Met bobok Alya’’ ucap Dina
Alya hanya diam saja dan pura-pura tidur tidak mendengar perkataan Dina. Walau ia sebenarnya dengar dan memikirkan Fikri juga.
Alya sebenarnya merasa tersentuh pada pengakuan Fikri yang ternyata memendam rasa selama ini.
‘’Maafin aku Fikri, aku juga sebenarnya suka sama kamu, tapi ini belum waktunya’’ ucap Alya bicara dalam hati kemudian ia memejamkan matanya.
Sementara Fikri terus memikirkan Alya yang tidak mau menjadi pacarnya. Ia pun berusaha untuk mencari tahu alasan Alya menolak cintanya.
Sejak saat itu Fikri sering memperhatikan keseharian Alya.
Setiap hari selain kuliah, Alya juga rajin mengikuti kajian islam di majelis majelis sekitaran jogja. Ilmu agama terus ia perdalam dengan keteguhan imannya.
Waktu terus berputar mengikuti roda kehidupan.
Di sore yang sepi Alya merindukan ayahnya.
Alya pun menelpon ayahnya.
Tuuutt
Tuuutt
‘’Assalammualaikum yah, gimana kabarnya? Ucap Alya
‘’Wa’alaikumsalam, alhamdulilah ayah baik Al, oh ya gimana ngajinya lancar kan?’’ ucap ayah sambil menyetir mobilnya
‘’Alhamdulilah, lancar kok yah’' ucap Alya
‘’Syukur kalo gitu, ayah seneng dengarnya’’ ucap ayah
Tiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnn...
Tiba tiba orang tua Alya tidak bersuara lagi.
Ayah Alya yang sedang mengemudi mobil pulang dari kantor dan sedang ngobrol di telpon, di perjalanan mengalami kecelakaan.
Mobilnya bertabrakan dengan sebuah truk yang sopirnya sedang ngantuk berat. Ayah Alya pun tewas di tempat.
Alya pun merasakan firasat buruk dalam dirinya.
‘’Ayahhhh, ayah kenapa yah, yah" ucap Alya
Tapi tak ada sedikitpun suara ayahnya yang terdengar.
Alya pun menangis setelah telponan dengan ayahnya untuk yang terakhir kali.
Alya langsung pulang ke Jakarta untuk menghadiri pemakaman ayah tercintanya.
Semua teman mensupport Alya agar tabah dalam menghadapi cobaan hidup yang menimpanya.
Alya terus memandangi makam ayahnya yang terletak di samping makam ibunya. Orang tua yang telah pergi mendahuluinya.
‘’Yah, bu, Alya janji, Alya akan jadi orang yang sukses agar ayah sama ibu bisa bangga sama Alya’’ ucap Alya bicara sendiri sebelum ia pergi meninggalkan makam orangtuanya
Alya kini hidup mandiri karena sudah tak ada orang tuanya lagi yang biasa mengirim uang tiap bulan.
Alya pun mencari pekerjaan ke banyak tempat untuk melanjutkan kuliahnya yang tinggal setahun lagi. Hingga ia mendapatkan pekerjaan di sebuah toko bunga.
Hingga suatu hari, Fikri ingin mengirim Alya bunga, tapi ia tak sadar kalo tempat ia membeli bunga adalah tempat Alya bekerja.
‘’Alya suka bunga yang mana ya?’’ ucap Fikri bicara sendiri
Karena bingung, Fikri meminta bantuan mbak-mbak penjual bunga yang sedang sibuk merangkai bunga di dalam.
‘’Mbak, bisa minta tolong’’ ucap Fikri
Bersambung…