Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacar baru
Setelah kepergian Mila, hubungan Adnan dengan Monika pun kian dekat. Hubungan mereka sudah bukan seperti teman dekat lagi, namun sudah seperti sepasang kekasih.
Setiap hari mereka bertelponan, bahkan chat mereka pun sangat mesra layaknya sepasang kekasih.
Sepertinya Monika memang sengaja ingin merebut Adnan dari Mila. Karena Monika sudah lama naksir Adnan. Dan dia sengaja mengirimkan foto-foto Mila ke Adnan untuk menghancurkan hubungan mereka.
Setelah kepergian Mila, Monika jadi lebih leluasa untuk merayu dan mendekati Adnan. Adnan akhirnya jatuh cinta juga pada Monika dan mereka pun sekarang sudah jadian.
Sore ini, Monika dan Adnan masih ada di dalam perjalanan pulang.
"Mon, kamu mau nggak kita mampir dulu ke rumahku?" tanya Adnan di sela-sela menyetirnya.
"Pulang dulu ke rumah kamu?" Monika sedikit terkejut saat mendengar ucapan Adnan.
Sebenarnya Monika belum siap untuk dikenalkan pada ibunya Adnan. Karena Adnan saja belum resmi cerai dengan Mila.
Monika tidak mau di cap buruk oleh orang-orang, Monika tidak mau di katakan orang sebagai pelakor karena telah merusak hubungan rumah tangga Adnan dengan Mila.
"Iya. Aku mau kenalkan kamu sama ibu dan anak aku," ucap Adnan.
"Duh, Mas. Buru-buru amat Mas. Aku belum siap Mas."
Adnan sesekali menatap Monika. Setelah itu dia pun meraih tangan Monika dan mengecupnya berkali-kali.
"Mon, aku sayang sama kamu. Kamu wanita yang selama ini bisa ngertiin aku."
Monika tersenyum. Rasanya dia bahagia, dan merasa menang, karena dia sudah bisa mendapatkan lelaki pujaan hatinya.
"Aku juga sayang sama kamu Mas. Tapi aku belum siap kenalan sama anak dan ibu kamu. Karena kamu kan belum resmi cerai dari istri kamu."
Adnan diam. Dia memang belum mengajukan gugatan cerainya ke pengadilan, karena dia masih bimbang, karena sampai sekarang saja dia tidak tahu keberadaan Mila di mana. Hanya ucapan talak saja, yang waktu itu sempat terlontar dari mulut Adnan.
"Mas, kenapa kamu diam aja?" tanya Monika.
"Sayang aku janji, aku akan segara urus perceraian aku dengan istri aku ke pengadilan. Nanti setelah itu, kita bisa lanjutkan hubungan kita ke tahap yang lebih serius."
"Iya Mas. Aku percaya sama kamu."
"Tapi nggak apa-apa kan, kalau kamu main sebentar ke rumah aku. Aku mau dekatin anak aku ke kamu," ucap Adnan.
Monika diam dan tampak berfikir.
"Ya udah deh. Aku mau Mas. Tapi sebentar aja ya. Jangan lama-lama. Soalnya aku belum izin sama orang tua aku."
"Iya sayang."
*
Adnan dan Monika telah sampai di depan rumah. Adnan turun dari mobilnya, setelah itu dia pun membukakan pintu mobil untuk Monika.
Adnan dan Monika kemudian masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," ucap Adnan dan Monika bersamaan.
Mbak Asih menatap lekat wanita yang ada di sisi Adnan.
Siapa wanita ini, apa jangan-jangan dia pacarnya Pak Adnan, batin Mbak Asih.
"Mbak, kenapa malah bengong. Mana Aluna dan ibu?" tanya Adnan.
"Bu Retno dan Aluna ada di dalam Pak Adnan," jawab Mbak Asih.
"Oh, ayo masuk sayang!" ajak Adnan pada Monika.
Monika menganggukan kepalanya. Setelah itu dia mengikuti Adnan masuk sampai ke ruang tengah.
"Ibu," ucap Adnan.
Bu Retno menatap ke arah Adnan dan Monika.
"Ini Monika Bu, teman sekantor aku," ucap Adnan memperkenalkan Monika pada ibunya.
Monika buru-buru mencium punggung tangan ibunya.
Tumben Adnan bawa wanita main ke rumah, batin Bu Retno.
"Oh, Monika, silahkan duduk!" pinta Bu Retno.
"Iya Tante. Makasih," ucap Monika.
Monika kemudian duduk setelah ibunya Adnan mempersilahkannya duduk.
"Aluna mana Bu?" tanya Adnan.
"Aluna ada di kamarnya. Baru saja dia masuk."
"Oh."
Adnan menatap Monika.
"Kamu di sini dulu ya sama ibu. Aku mau ganti baju dulu, sekalian mau panggil anak aku."
"Iya Mas."
Adnan melangkah pergi untuk ke kamarnya. Setelah itu dia pun masuk ke dalam kamar untuk mandi dan ganti baju.
Selesai itu semua, Adnan keluar dari kamarnya dan melangkah ke kamar anaknya.
Tok tok tok ..
Adnan mengetuk pintu kamar Aluna, setelah dia sampai di depan kamar Aluna.
"Aluna..." seru Adnan dari luar kamar Aluna.
Beberapa saat kemudian, Aluna keluar dari kamarnya. Dia tersenyum saat melihat ayahnya.
"Papa, tumben jam segini udah pulang," ucap Aluna.
"Papa punya kejutan buat kamu."
"Kejutan apa Pa?" tanya Aluna penasaran.
"Papa mau kenalin kamu sama seseorang."
"Siapa Pa?" tanya Aluna lagi.
"Ayo ikut Papa. Kita turun ke bawah."
Aluna mengangguk. Dia kemudian mengikuti Adnan turun ke bawah untuk ke ruang tengah.
Monika tersenyum saat melihat Aluna.
"Hai... kamu pasti Aluna ya," terka Monika.
Aluna masih menatap Monika tajam. Tampaknya dia masih asing dengan wanita itu.
"Monika, ini Aluna anak aku," ucap Adnan memperkenalkan Aluna pada Monika.
"Dan Aluna kenalkan. Itu Tante Monika teman Papa," Adnan pun memperkenalkan Aluna pada Monika.
Aluna menatap wajah ayahnya lekat.
"Siapa Tante itu Pa?" tanya Aluna.
Adnan tersenyum.
"Papa kan sudah bilang, kalau Tante Monika itu, teman sekantornya Papa."
"Oh..."
"Salim dulu sama Tante Monika!" pinta Adnan pada Aluna.
Aluna mendekat ke arah Monika dan mencium punggung tangan Monika.
Adnan mengajak anaknya untuk berbaur bersama Monika dan Bu Retno di ruang tengah.
"Mbak...Mbak Asih ..!" seru Adnan.
Mbak Asih yang dipanggil buru-buru mendekat ke arah Adnan.
"Iya Pak, ada apa?" tanya Mbak Asih.
"Tolong buatkan minum ya untuk Monika."
"Baik Pak."
Mbak Asih kemudian melangkah ke dapur untuk membuat minuman.
"Sudah berapa lama kamu kenal anak saya?" tanya Bu Retno
"Sudah lama Bu, kami kan sekantor. Kebetulan, posisi Mas Adnan ini, atasan saya. Dan saya bawahannya."
"Oh, begitu. Jadi kalian sudah lama saling kenal."
"Mungkin sudah lima tahunan Bu, Monika kerja di kantor aku juga sudah lima tahun," ucap Adnan menjelaskan.
Bu Retno manggut-manggut mengerti.
Di sela-sela Bu Retno, Adnan, dan Monika ngobrol, Mbak Asih menghampiri mereka dengan membawa tiga cangkir teh manis hangat.
Mbak Asih kemudian meletakan tiga cangkir teh manis hangat itu di atas meja.
"Silahkan Bu Monika," ucap Mbak Asih.
"Makasih ya Mbak. Repot-repot amat sih Mas,harus buat minum segala," ucap Monika.
"Nggak apa-apa. Santai aja."
Mbak Asih kembali ke dapur dengan membawa berbagai macam tanda tanya.
"Wanita itu siapa sih, tadi aku dengar Pak Adnan manggil dia sayang. Apa jangan-jangan itu pacarnya Pak Adnan. Cepat banget Pak Adnan melupakan Bu Mila. Kasihan Bu Mila," gumam Mbak Asih.
Mbak Asih merasa iba pada Mila. Mbak Asih tahu, kalau Mila itu tidak salah. Mila sering telponan dengan Mbak Asih dan sering cerita-cerita masalahnya dengan Adnan.
Mila memang sengaja mendekati Mbak Asih, karena dia ingin memantau perkembangan Aluna saat Aluna jauh darinya.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^