Perkenalan
Namanya Roman Maulana Satria usia dua puluh empat tahun. Pendidikan sarjana hukum. Hidup sebagai preman jalanan walau merupakan putra konglomerat, pewaris tunggal Satria Corp. Dalam percintaan ibunya tak merestui hubungannya. Yok kita lihat perjuangan hidupnya untuk mengungkap kasus kematian kekasihnya yang dibunuh melalui penularan virus yang dikenal dengan virus covid 19.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu 025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE KE EMPAT BELAS: PERTEMUAN TAK TERDUGA
"Kau itu benar Morrin kan...?" sapa Roman tidak percaya.
Morrin menghampiri Roman.
"Coba ku cubit apakah kamu mimpi atau tidak!" ucap Morrin mencubit lengan Roman. Namun, Roman tidak bergeming sedikitpun.
"Aa..., kamu pura-pura!" cubit Morrin kesal karena cubitannya tidak dirasakan oleh Roman.
"Memang tidak ku rasakan, yang kurasakan debaran dadaku!" goda Roman.
"Yang antar kamu siapa? tempat ini kan jauh dari rumahmu?!" tanya Roman.
"Aku minta sama bapak agar sholat berjamaah di sini!" timbal Morrin.
"Bapak mana?" tanya Roman melihat semua tempat. Tapi tak ada siapapun.
"Sudah pulang duluan, dia kan ke kantor!" jawab Morrin.
"Rom!"
"Hmm?"
"Kita ke tempat itu yuk...!" tunjuk Morrin pada sebuah bangku yang terletak di tengah-tengah halaman taman masjid.
"Ayo...!" Roman melangkah bersama Morrin.
Suasana di halaman masjid cukup nyaman. Selain tamannya dihiasi dengan tanaman bunga, juga terdapat beberapa bangku untuk duduk.
"Rom..." bisik Morrin dengan tatapan bola mata yang bening.
"Matamu indah sekali!" bisik Roman menatap Morrin dengan tatapan yang berbinar-binar.
"Tadi saya lihat bapak!" kata Morrin.
"Ya dia datang bersamaku!" sahut Roman.
"Itulah sebabnya, bapak usai salam langsung pulang karena dia melihat bapakmu!" kata Morrin menjelaskan.
"Morrin..." bisik Roman lagi.
"Apa? Sayang..., kamu memanggil aku terus. Aku kan didepan mu?" timbal Morrin manja.
tatapan mata Roman sudah seperti tak bisa dipisahkan lagi.
"Aku ingin meminang mu...!" ucap Roman pelan sedikit serak menyampaikan keinginannya.
Tidak seindah sholawat dan ayat-ayat suci yang dilantunkan saat dia jadi imam tadi.
"Ini masjid, sebaiknya kita cari tempat lain untuk diskusikan ini" pinta Morrin.
"Menurutmu di mana?!" tanya Roman.
"Aku ikut kamu saja!"
"Baiklah ayo ikut aku!"
Roman membawa Morrin ke suatu tempat yang nyaman. Untuk merundingkan pertunangan mereka.
Dengan menggunakan mobil mewahnya yang berwarna merah Roman melaju dengan cepat membawa Morrin.
Sementara itu di sebuah mall, Toni yang ditemani Yayan sedang duduk santai menunggu seseorang sambil menikmati hidangan makanan.
Di luar mall, muncul seorang laki-laki tegak perkasa yang bernama Ghazan dari sebuah mobil menggandeng wanita cantik yang tidak lain adalah Winda.
Ghazan membawa enam orang anak buahnya, yang bersamaan datang dengan nya menggunakan mobil lain.
Bersamaan dengan itu pula, Hadi baru tiba memarkirkan mobilnya di samping mobil Ghazan. Ia datang untuk menjemput seorang gadis.
"Hai Ton, Pagi...!" sapa Ghazan pada Toni yang sudah lama menunggunya.
"Pagi, Zan itu siapa?" tanya Toni melirik Winda.
"Oo iya, kenalkan pacarku namanya Winda!" jawab Ghazan.
"Winda...!" kata Winda menjabat tangan Toni.
"Toni!" balas Toni.
"Ada perlu apa kamu memanggilku?!" tanya Ghazan setelah duduk nyaman di samping Winda.
"Kamu lihat wanita itu?" tunjuk Toni pada sosok seorang gadis yang sedang meeting dengan kliennya.
Ghazan memperhatikan Nadira, gadis yang ditunjuk Toni dengan seksama. Dalam hati Ghazan bertanya, tugas apa yang akan diberikan Toni padaku.
Wanita itu sepertinya tidak ada apa-apanya bagi Ghazan. "Ada apa dengan perempuan itu?" tanya Ghazan penasaran.
Toni menjelaskan kendala dihadapi ketika mendekati seorang wanita yang sangat dicintai,
"Ada dua orang yang menghalangi jalanku untuk mendekati seorang wanita yang sangat kucintai, salah satunya perempuan itu." kata Toni menunjuk wanita yang bernama Nadira.
"Ku minta hilangkan dia!" pinta Toni pada Ghazan.
"Baik, kamu bayar administrasinya setengah dulu. Baru eksekusi kita kerjakan!" kata Ghazan menyanggupi permintaan Toni.
Tanpa pikir panjang Toni langsung mentransfer pembayaran ke nomor rekening Ghazan.
"Sudah ku kirim!" kata Toni.
BERSAMBUNG.