Ketika takdir merenggut cintanya, Kania kembali diuji dengan kenyataa kalau dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenal. Mampukah Kania menjalani pernikahan dengan Suami Pengganti, di mana dia hanya dijadikan sebagai penyelamat nama baik keluarga suaminya.
Kebahagiaan yang dia harapkan akan diraih seiring waktu, ternoda dengan kenyataan dan masa lalu orangtuanya serta keluarga Hadi Putra.
===
Kunjungi IG author : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Honeymoon (2)
“Keberangkatan kalian sudah di publish. Akan ada wartawan di luar,” seru Bimo saat mereka sudah berada di Bandara Ngurah Rai.
“Tidak perlu bicara apapun, cukup amankan kami,” titah Elvan.
“Tenang saja, di depan sudah ada yang bersiap. Target siap keluar,” ujar Bimo menggunakan ear piece.
“Peluk lenganku!” titah Elvan pada Kania.
“Untuk apa?”
“Ck, kita diberitakan dalam perjalanan honeymoon dan ada wartawan di luar. Apa kamu ingin mereka melihat kita berjauhan dan tidak tampak mesra?”
Kania tidak banyak bicara dan langsung memeluk lengan Elvan. Benar saja, saat Elvan, Kania didampingi beberapa bodyguard keluar dari pintu kedatangan ternyata sudah banyak wartawan di sana dan langsung mengajukan banyak pertanyaan dengan mengerubuti Elvan dan Kania.
“Beri jalan!” ujar Bimo.
“Tuan Elvan, apa benar kalian menikah karena cinta?”
“Atau hanya pernikahan kontrak?
“Bukankah anda sudah memiliki hubungan dengan dokter Alexa?”
“Nona Kania, siapa pria yang diberitakan bersama Anda? Apakah kekasih anda?”
Keduanya bungkam dan terus berjalan diarahkan oleh Bimo dan yang lain, walaupun terus diikuti oleh wartawan yang mengajukan pertanyaan.
“Hahhh,” hela Elvan saat sudah berada di dalam mobil.
Kania hanya diam dan mengulum senyum. Baru kali ini dia merasakan naik pesawat bahkan menggunakan first class dan diserbu wartawan macam selebriti. Jika ada Adam, mereka akan pasti akan terbahak menertawakan momen barusan.
Lebih baik aku nikmati saja, setahun tidak akan lama, batin Kania.
“Nona Kania, anda baik-baik saja?” tanya Bimo.
Elvan bahkan sampai menyenggol kaki Kania, membuat gadis itu menoleh.
“Apa?”
“Lanjutkan saja melamunmu!” titah Elvan.
“Nona, tolong kerjasamanya. Jangan keluar area villa tanpa sepengetahuan dan pengawalan kami,” ujar Bimo.
“Hm.”
Kania memandang keluar jendela, menikmati perjalanannya. Mengabaikan Elvan dan Bimo yang terus bicara. Sesampainya di Villa, yang masih dalam satu kawasan sebuah resort dan hotel. Kania lagi-lagi di buat tercengang dengan pemandangan dan fasilitas yang dia dapatkan.
“Wow,” gumamnya langsung keluar dari balkon, di mana terdapat gazebo dan private pool dan yang utama adalah pemandangannya. Spot dari atas balkon dan kamar utama adalah pantai dan laut lepas. Kania mengeluarkan ponselnya mengabadikan suasana villa.
“Nona Kania, tolong jangan upload lokasi kita di media sosial,” ujar Bimo.
Kania mendengus kesal, bukan karena tidak bisa melakukan apa yang diperintahkan Bimo, tapi karena para bodyguard itu terlalu berlebihan dalam melakukan tugasnya. Seharusnya Kania dan Elvan akan aman kalau mereka memang berkualitas.
“Iya … ya … ya,” sahut Kania sambil meninggalkan Bimo.
Wajar saja Tuan Elvan ketar ketir takut jatuh cinta, ternyata di lihat dari dekat memang kekasih Bayu ini cantik, batin Bimo.
“Apa kita akan menempati kamar ini, bersama?” tanya Kania.
Dia dan Elvan sudah berada dalam kamar utama, apalagi Elvan sudah duduk bersandar dengan macbook di pangkuannya.
“Menurutmu bagaimana?”
“Aku bosan tidur di sofa, bisakah aku mendapatkan kamar terpisah? Tubuhku bisa bungkuk terus menerus tidur di sofa,” keluh Kania. “Atau bergantian? Malam ini aku tidur di ranjang besok di sofa dan seterusnya termasuk ketika kita sudah pulang ke Jakarta,” usul Kania.
“Nope. Aku tidak bisa berbaring di tempat yang tidak nyaman dan sempit.”
“Kamu pikir aku bisa. Kalau tidak mau bergantian, berikan aku kamar terpisah,” ujar Kania yang langsung menuju koper miliknya. Memindahkan isi koper ke dalam salah satu lemari lalu mengambil pakaian ganti dan masuk ke toilet.
Elvan sudah tidak ada di kamar, saat Kania keluar dari toilet. Gadis itu sudah berganti dengan kaos yang ukurannya agak besar dan legging panjang. Melihat ranjang yang kosong, tidak dilewatkan oleh Kania dengan langsung merebah di atasnya.
“Hahhh.”
“Hei, keluarlah atau makan siangmu lewat. Aku tidak akan pesan yang baru, demi kenyamanan semua,” titah Elvan yang berdiri di tengah pintu. Kania yang baru saja akan terlelap, menggerutu lalu beranjak dari ranjang.
“Setelah ini, boleh aku ke pantai?” tanya Kania sambil menikmati makan siangnya.
“Tidak. Setiap pasangan akan menghabiskan bulan madu mereka di dalam kamar, jadi tidak ada keluar dalam dua hari ini.”
“Aku pergi sendiri tanpa diikuti oleh bodyguardmu, tidak akan ada yang tahu kalau aku istri dari Elvan Hadi Putra,” ujar Kania. Masih tetap dengan permintaannya. “Justru sangat mencolok dengan bodyguardmu mengekor ke manapun kita pergi.”
“Tetap sesuai rencana, karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,” ujar Elvan lalu meninggalkan meja makan.
“Lalu untuk apa ke sini kalau hanya diam di kamar.”
Sedangkan di bandara, Lukas baru saja tiba.
“Halo”
“Di mana kamu?” tanya seseorang di ujung telepon.
“Tenang saja Bos, aku sudah sampai. Anda akan mendapatkan laporan seperti yang anda minta, membuat mereka terkejut,” ujar Lukas.
“Hm.”
“Anda fokus saja pada pencarian bocah itu, urusan keturunan Hadi Putra biar aku yang urus,” ujar Lukas lagi.
Panggilan pun berakhir, Lukas melepaskan kaca mata hitamnya dan menatap sekeliling. Baru saja keluar dari gerbang kedatangan dalam negeri bersama dengan beberapa rekannya.
“Tim sudah siap bos,” ujar rekan Lukas.
“Hm, bekerja sambil berlibur,” ujar Lukas lalu masuk ke dalam mobil. “Sudah di mana mereka?”
Lukas menerima tablet yang menunjukkan titik lokasi keberadaan Elvan dan yang lainnya.
“Halo, cantik. Lukas datang lagi.”
\=\=\=\=\=\=\=