Pesona Si Wanita Malam

Cindy tersenyum ketika seseorang membalas pesannya. Salah satu teman pria yang menyukainya bersedia menjemputnya di rumah. Cindy kembali bersiap dan sepuluh menit kemudian temannya sudah sampai di rumahnya dan mereka pun pergi.

*

Ana baru saja selesai menyiapkan sarapan di atas meja. Ia ingin segera pergi dari sana ketika Sky datang, namun suara pria itu mengurungkan langkah Ana.

"Ini uang untuk membeli bahan makanan." Sky mengulurkan beberapa uang berwarna merah kepada Ana.

Tadi Ana menghubungi Bibi Mey melalui telpon rumah untuk memberitahu jika stok barang di kulkas sudah habis. Ternyata Bibi Mey menelpon Sky, karena Bibi Mey akan pulang tiga hari lagi.

Ana menerima uang tersebut dan lalu pergi meninggalkan ruang makan.

Setelah selesai membersihkan rumah, Ana pergi ke pasar untuk berbelanja. Ana sudah beberapa kali mengikuti Bibi Mey berbelanja di sana. Selama satu jam Ana berkeliling pasar, dia sudah mendapatkan semua barang-barang sesuai catatan yang di instruksikan oleh Bibi Mey.

Ana pulang ke rumah dengan menggunakan ojek. Motor ojek itu berhenti di depan pintu gerbang rumah Sky. Ana segera masuk ke dalam setelah memberikan uang kepada tukang ojek itu tanpa tau jika sejak tadi seseorang sedang mengikutinya.

"Jalan pak." perintah seorang wanita kepada supir taksi setelah memastikan jika Ana memang tinggal di rumah itu.

*

Sore harinya Sky pulang dari rumah sakit dan mendapati rumah dalam keadaan sepi.

Dimana wanita itu ? tanya Sky dalam hatinya.

Namun ia tidak mau peduli tentang hal itu dan Sky meneruskan langkahnya menuju kamar di lantai atas. Selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, Sky pergi ke ruangan kerja. Namun rasa penasarannya kepada Ana membawa langkah Sky menuju ke dapur.

Di dapur juga Ana tidak ada, Sky lalu melihat pintu kamar yang sedikit terbuka. Kamar yang terletak berhadapan dengan dapur itu Sky yakni adalah kamar yang di tempati oleh pembantu barunya.

Sky mematung saat matanya tidak sengaja melihat Ana dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Wanita itu rupanya baru selesai mandi dan sedang berganti pakaian. Sky melihat itu pun menelan ludahnya kasar. Seharusnya Sky merasa jijik dan langsung memalingkan pandangannya karena melihat tubuh wanita yang sudah sering di sentuh oleh banyak pria. Tapi Sky malah terus menatap tubuh itu yang membuat darahnya berdesir.

Ana yang sudah selesai memakai pakaian kemudian berbalik badan dan sangat terkejut ketika melihat majikannya yang sedang berdiri di depan pintu memperhatikannya. Suara teriakan Ana tiba-tiba membuat Sky kembali pada kesadarannya

"Se sejak kapan anda di sana ?" tanya Ana dengan bergemuruh. Sungguh ia sangat takut dan juga malu seorang pria melihat tubuhnya.

"Jadi begini cara mu menggoda pria ? dasar wanita malam." Sky yang ketahuan sedang mengintip tidak menjawab pertanyaan Ana, tapi malah menghardik dan menghina wanita itu untuk menutupi rasa malunya.

Ana terkesiap mendengar ucapan majikannya itu. Ingin sekali ia marah, tapi percuma. Di mata Sky dia memang hanyalah seorang wanita malam.

"Ma maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud .."

"Aku kesini hanya untuk memberitahu mu, tidak perlu menyiapkan makan malam." Sky memotong perkataan Ana.

Setelah mengatakan itu Sky langsung kembali ke kamar. Sky tidak jadi untuk ke ruang kerjanya, ia malah berganti pakaian dan mengambil kunci mobil. Ia harus segera keluar dari rumah ini untuk menenangkan perasaan yang bergejolak. Melihat tubuh setengah polos Ana membuat pikiran liar Sky muncul.

"Sial !"

Sky memukul stir mobil ketika bayangan tubuh Ana muncul di kepalanya. Ia mengusap wajahnya kasar untuk menghilangkan bayangan wanita malam itu.

"Di mana ?" Sky menghubungi seseorang. Setelah mendapatkan jawaban, Sky kembali mengantongi ponselnya. Ia pun melajukan mobilnya ke tempat tujuan.

Beberapa menit kemudian Sky sudah tiba di sebuah apartemen mewah milik sepupunya, Melvin.

"Ada apa dengan wajah mu ?" Melvin menyerahkan softdrink kepada Sky yang sedang duduk di sofa.

Sky mengambil minuman itu dan hanya menatap malas kepada kakak sepupunya itu. Sejak tiba di apartemen, Melvin melihat Sky menekuk wajahnya, seperti sedang frustasi.

"Ada masalah di rumah sakit ?" tanya Melvin serius. Tak biasanya Sky tampak galau begini, meskipun adik sepupunya itu selalu bersikap dingin dan kaku. Tapi Melvin cukup mengenal Sky dan bisa membedakan wajah kaku Sky dengan wajah yang sedang bermasalah.

Sky meneguk minumannya kemudian menggeleng menjawab pertanyaan Melvin. Sky tidak pernah ada masalah dengan pekerjaannya, baik itu sebagai dokter maupun sebagai direktur. Ia merupakan seorang yang pintar dan pekerja keras. Jadi, semua pekerjaan bisa ia di tanganinya dengan baik.

"Apa ini masalah wanita ?" tebak Melvin.

Sky mendengus mendengar pertanyaan Melvin, membuat kakak sepupunya itu tertawa terbahak-bahak karena yakin jika tebakannya itu benar. Sungguh Melvin tidak menyangka jika Sky bisa segalau ini hanya karena urusan wanita.

"Apa pacar seksi mu itu meninggalkan mu ?" tanya Melvin setelah tawanya mereda.

"Atau dia selingkuh ?" tebaknya lagi.

"Oh, atau mungkin dia memaksa mu untuk menikahinya ?"

Melvin terus berbicara dan menebak-nebak karena Sky hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

Sky yang malas mendengarkan ocehan Melvin lalu berdiri dan berjalan menuju kamar.

"Hey, kau mau apa ke kamar ku ?" teriak Melvin yang melihat Sky pergi ke kamarnya.

"Aku akan menginap di sini malam ini. Jagan berisik." jawab Sky terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.

"Woy. Jangan seenaknya ya. Pulang sana. Aku tidak mau tidur dengan mu." Melvin tidak terima dan melempar bantal sofa ke arah Sky.

Sky terus saja berjalan masuk ke dalam kamar, tidak peduli meskipun Melvin tidak mengizinkannya. Yang ia butuhkan saat ini adalah menenangkan diri dan menghilangkan bayangan Ana yang sudah membuatnya panas.