Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semoga selalu seperti ini
Setelah mengungkapkan niatnya, kemudian Austin berjalan ke ruang ganti dan mengambil pakaian yang ada di lemari kaca berukuran raksasa yang di dalamnya ada berbagai macam pakaian wanita.
Austin memilih piyama berwarna biru dengan motif bunga-bunga yang diketahui disukai oleh Diandra. Tentu saja ia sangat hafal dengan semua hal yang disukai oleh Diandra karena sangat mencintai wanita yang telah membuatnya terobsesi saat pertama kali bertemu.
Kemudian membantu wanita yang membuatnya panas dingin karena harus melihat pemandangan indah dari tubuh telanjang sang istri.
Bahkan meskipun senjatanya saat itu menegang, berusaha untuk menormalkan perasaannya yang tidak karuan karena dikuasai oleh hasrat.
"Maafkan aku," lirih Austin yang kini berbicara sambil memakaikan bawahan sang istri.
Sementara itu, Diandra yang tadinya merasa bingung harus mengawali dari mana, kini merasa bersalah ketika pria dengan paras rupawan tersebut selalu saja merendahkan diri hanya demi wanita biasa sepertinya.
Refleks Diandra menahan tangan kekar sang suami. "Jangan melakukan ini padaku."
Refleks Austin menelan ludah dengan kasar dan seketika membuatnya merasa khawatir dan berdebar-debar atas perkataan ambigu Diandra. Hingga ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk bertanya.
"Sayang, apa maksudmu? Apa kamu tidak mau melihatku lagi? Matamu merah. Apa kamu baru saja menangis?"
Diandra hanya menggelengkan kepala dan masih tidak melepaskan genggaman tangan yang semakin ia eratkan. "Aku tadi instrospeksi diri setelah kamu keluar untuk memberikanku waktu."
"Aku sadar jika kamu sama sekali tidak bersalah karena memang hakmu untuk memintaku melaksanakan tanggung jawab sebagai istri. Aku saja yang terlalu berlebihan tadi karena merasa seperti ketakutan."
"Aku tidak ingin kejadian ingin terulang kembali dan memutuskan untuk mengunjungi psikiater." Diandra yang kini merasa sangat lega karena telah mengungkapkan niatnya, menunggu hingga pria itu menanggapi seperti apa.
Hingga ia seketika mengerjapkan kedua mata begitu mendengar suara bariton dari pria yang terlihat kesal atas keputusannya dan sama sekali tidak menyangka jika Austin akan berekspresi seperti itu.
Austin kini semakin merasa bersalah karena Diandra berpikir bahwa saat ini tengah mengalami gangguan mental. "Tidak! Aku sama sekali tidak mengizinkanmu ke psikiater!"
"Kamu bahkan adalah seorang wanita normal yang sama sekali tidak mengalami masalah mental. Tadi kamu bersikap seperti itu karena salahku yang melakukannya dengan kasar."
Kemudian Austin mengarahkan tangan untuk mengungkung kedua sisi lengan sang istri. "Aku berjanji tidak akan memaksamu seperti tadi. Aku akan melakukannya setelah kamu siap dan benar-benar sepenuhnya menerimaku."
Tentu saja Diandra merasa tertampar dengan apa yang baru saja didengar dan benar-benar tidak tahu harus berkomentar apa. Ia merasa sangat terharu saat ini karena mendapatkan pria idaman banyak wanita seperti Austin Matteo.
Karena suaranya tercekat di tenggorokan dan benar-benar merasa sangat beruntung karena menjadi salah satu wanita yang dicintai oleh seorang laki-laki seperti Austin Matteo. Pria tanpa cela yang membuatnya merasa bahwa di dunia ini tidak ada orang sebaik suaminya.
Diandra sering mendengar jika banyak wanita mengatakan lebih baik dicintai daripada mencintai dan kini ia merasakannya. Karena meyakini jika cinta pria itu jauh lebih besar darinya.
'Tuhan, ampuni aku yang sempat menyalahkan takdir karena berakhir cacat seperti ini. Aku bahkan melupakan cara bersyukur semenjak mengalami kecelakaan. Seharusnya aku bersyukur karena masih diberikan kesempatan sekali lagi untuk hidup,' gumam Diandra yang saat ini perlahan mengarahkan tangan kanan menyentuh pipi putih dengan rahang tegas tersebut.
"Suamiku. Kenapa kamu bisa sebaik ini padaku?"
Zayn seketika mengerjapkan kedua mata begitu mendengar suara wanita yang memanggilnya berbeda. "Apa, Sayang? Coba katakan sekali lagi. Aku tadi tidak dengar."
"Suamiku ... Suamiku ... Suamiku," ujar Diandra yang kini tersenyum lebar karena mengetahui jika pria di hadapannya tersebut tengah bahagia dengan hal-hal kecil yang ia tunjukkan.
Merasa sangat bahagia tidak terperi, kini Austin refleks menghambur memeluk erat tubuh wanita yang dianggap sangat lemah tersebut.
"Terima kasih, Sayang."
"Terima kasih untuk apa?" Diandra kini tersenyum sambil membalas pelukan pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut.
"Karena memanggilku suami." Austin yang merasa sangat senang, kini melepaskan dekapan dan bisa melihat wajah cantik sang istri. "Terima kasih juga karena baik-baik saja dan menjadi istriku."
Tak bisa lagi berkomentar apapun, Diandra memilih menjawab dengan mendekatkan wajah dan mencium bibir tebal sang suami untuk mengungkapkan kebahagiaannya.
'Kami akan hidup bahagia selamanya,' gumam Diandra yang kini mengingat pertemuan pertama dengan pria yang saat ini baru saja diciumnya.
Sementara itu, Austin yang kini merasa sangat terkejut atas sikap berani Diandra yang agresif, membuatnya tidak mampu berkata apa-apa, sehingga membalas apa yang dikirimkan oleh sang istri.
'Semoga kau akan selalu seperti ini jika suatu saat nanti ingatanmu kembali, Sayang,' gumam Zayn yang sudah membalas ciuman penuh kelembutan dari sang istri.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...