Pengenalan Tokoh
Isma Wulandari(29th) janda muda yang memiliki 2 orang anak, Refa(9thn) dan Rafa (3thn). Suaminya meninggal 2 tahun lalu, karena penyakit ginjal yang dideritanya. Sepeninggal suaminya Isma bekerja keras menghidupi diri dan kedua anaknya dengan profesinya sebagai seorang penata rias, atau bahasa kerennya MUA.
Andika Maulana Hartanto(39th) seorang duda yang berprofesi sebagai seorang dokter specialis di sebuah rumah sakit. Dika dan istrinya bercerai tiga tahun yang lalu, dan dari pernikahannya itu, dia dikaruniai anak laki-laki bernama Reyhan yang sekarang berusia -+16 tahun.
Dika mempunyai wajah yang tampan, tak heran jika banyak wanita yang berusaha mendekatinya, apalagi semenjak ia menyandang status duda. Namun sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa merebut perhatian Dika, kecuali Isma.
Pertemuannya dengan sang Mua terasa membekas dihati abang duren itu.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya? Yuk kita simak kisah selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama kerja
Hari ini adalah hari pertama Isma bekerja di rumah bu Nur. Ia berangkat jam lima pagi dari rumahnya, karena jam enam pagi sudah harus ada dirumah itu. Dia memilih untuk tidak menginap. Ia sampai dirumah besar itu dan langsung menghampiri bi Nani.
"Selamat pagi bi Nani!!" Sapa Isma.
"Eh selamat pagi neng Isma!! Aduh pagi bener datangnya." Balas bi Nani
"Iya bi, saya takut kesiangan. Apalagi, ini hari pertama saya kerja. Oh ya, jangan panggil saya neng, panggil Isma saja."
"Ya sudah, mumpung penghuni rumah ini belum bangun, bibi akan tunjukan ruangan mana saja yang harus kamu bersihkan."
Isma membuntuti bi Nani, ia menunjukan semua ruangan yang harus Isma bersihkan, di lantai satu. Lalu mereka menuju lantai dua. Disana ada empat buah kamar, dan satu ruangan yang cukup luas, seperti sebuah ruang keluarga, walau dilantai satu pun sudah ada ruang keluarga. Dilantai ini, ada juga balkon yang cukup luas menghadap ke taman depan rumah.
Isma juga harus membersihkan semua ruangan disana, kecuali satu kamar yang berada paling ujung di lantai itu. Itu adalah kamar majikan laki-lakinya yang merupakan anak bungsu bu Nur.
Menurut bi Nani, majikannya itu tidak mau sembarang orang boleh masuk dan membersihkan kamarnya, kecuali ia sendiri sudah mempercayai orang itu. Dan selama ini, hanya bi Nani saja yang boleh masuk ke kamarnya, diantara Art yang pernah bekerja dirumah ini.
"Kalau kamar bu Andini yang mana bi?." Tanya Isma.
"Bu Andini tidak tinggal disini, ia punya rumah sendiri. Disini hanya ada bu Nur, anak bungsunya, dan juga cucunya. Suami bu Nur sudah lama meninggal. Bu Nur memiliki tiga orang anak. Dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yaitu bu Andini." Jelas bi Nani.
"Oohh gitu bi." Ucap Isma.
Isma memulai pekerjaanya, setelah membantu bi Nani menyiapkan sarapan. Keluarga bu Nur sedang menikmati sarapan pagi mereka, dan Isma memilih mencuci baju
di belakang, setelah tadi ia membersihkan ruang makan.
Setelah itu, Isma kembali membersihkan semua ruangan disana. Dia menyapu mengepel, dan mengelap semua debu yang ada dirumah besar itu. Isma sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga seperti ini, bedanya luas rumah ini mungkin beberapa kali lipat dari luas rumahnya, hingga ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk membersihkannya.
Semua ruangan sudah Isma bersihkan, kecuali satu kamar diujung, karena kamar itu akan dibersihkan oleh bi Nani. Setelah beres mengepel, dia membersihkan kaca dilantai satu, hingga adzan dzuhur pun berkumandang. Isma pergi berwudhu, dan melaksanakan sholat dzuhur, setelah itu ia pergi ke dapur untuk membantu bi Nani menyiapkan makan siang, tapi bi Nani melarangnya.
"Lebih baik kamu istirahat dan makan siang dulu." Perintah bi Nani pada Isma.
"Iya bi ....nanti kita makan siang bareng aja."Jawab Isma.
Setelah pekerjaan selesai, mereka pun makan siang bersama. Isma, bi Nani, dan suster Heni. Setelah makan, mereka memutuskan untuk istirahat sebentar di taman belakang, sambil mengobrol.
Setelah itu, Isma mengangkat pakaian yang ia jemur tadi, dan membawanya kesebuah ruangan yang ada dibelakang. Sebuah ruangan khusus untuk menyimpan pakaian dan menyetrikanya disana. Hampir tiga jam dia menyetrika, karena diruangan itu memang sudah banyak baju yang belum di setrika semenjak Art sebelumya cuti. Ia membereskan baju yang sudah disetrikanya, ke lemari masing-masing pemilik baju itu, dengan di antar bi Nani.
Baju bu Nur dan cucunya, Isma sendiri yang membereskan, tapi tidak dengan baju anak bungsu bu Nur, ia menyerahkannya pada bi Nani.
Tak terasa, Adzan ashar pun berkumandang, Isma pergi ke kamar mandi yang ada di dapur, mandi lalu berwudhu. Ia mengganti bajunya, karena memang ia membawa baju ganti tadi, lalu sholat ashar.
Sambil menunggu jam pulangnya, Isma membantu bi Nani memotong sayuran yang akan dimasak, untuk makan malam nanti.
Hingga akhirnya, jam pulang Isma pun tiba, yaitu jam lima sore sesuai aturan yang diberikan bu Andini. Isma pamit pada bi Nani, dan Heni, lalu ia pamit pada sang pemilik rumah yaitu bu Nur.
tapi jangan prustasi ya Feb.
tetep aja berjuang, Khan janur nya belum melengkung...