Saat cinta menyapa, mampukah Resti menepis rasa dendam itu?
Restina Adelia, menerima pinangan Raka Abhimana. Pernikahan mereka, hanya diwarnai pertengkaran demi pertengkaran. Suatu hari, Raka pulang dalam keadaan mabuk, hingga membuka rahasia kematian orang tua Resti.
Resti pun memutuskan pergi dari kehidupan Raka. Saat itulah, Raka menyadari perasaannya pada Resti. Mampukah Raka menemukan Resti? Bagaimana cara Raka meyakinkan Resti, bahwa hanya Resti pemilik hatinya, setelah Raka menyakiti Resti terus menerus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruth89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 ~ Bertemu Riska
Selesai membersihkan diri dan sarapan, Resti dan Raka membereskan barang bawaan mereka. Kemudian, melakukan check out. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju Lombok. Sebuah pantai yang tak kalah indah dengan Nusa Dia, Bali.
Dari kapal, Resti menatap kagum laut yang terbentang di hadapannya. Raka ikut tersenyum melihat kebahagiaan yang Resti tunjukkan. Mereka menikmati angin yang menerpa tubuh mereka.
"Gimana? Bagus, gak?" tanya Raka.
"Bagus banget, Mas. Terima kasih," ucap Resti.
"Tidak usah berterima kasih. Ini waktu untuk kita bulan madu. Jadi, nikmati saja."
Raka memeluk Resti dari belakang. Membuat wanita itu menyandarkan tubuhnya pada sang suami. Perjalanan mereka , membutuhkan waktu 4-6 jam. Raka sudah memesan sebuah resort yang tak kalah mewah dengan resort sebelumnya.
***
Menjelang sore, mereka tiba di resort yang sudah Raka pesan. Resti mematap kagum pada kamar resort yang ia tempati. Mewah dan elegan. Itulah kesan yang Resti lihat. Belum lagi, pemandangan yang disuguhkan. Sejak mendarat tadi, Resti sudah dimanjakan dengan pemandangan yang membuatnya berdecak kagum.
"Kamu suka?" tanya Raka.
Pria itu merangkul Resti mesra. Resti menganggukkan kepala setuju. Senyum bahagia terukir di wajahnya.
"Istirahat dulu. Besok, baru kita keliling Lombok," ucap Raka.
"Iya, Mas," jawab Resti.
Keesokkan harinya, Raka menepati janji. Ia mengajak Resti berjalan di sekitar pantai. Pemandangan di Lombok, tak kalah indah dengan Bali. Resti dan Raka, bermain air bibir pantai. Menikmati masa bulan madu yang indah.
Selama satu minggu, Resti benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dalam hati, ia berharap ini tidak akan berakhir dengan cepat.
***
Masa satu minggu pun berlalu. Kini, mereka sudah tiba di kota Jakarta. Kembali menjalani kesibukan. Menghadapi kemacetan yang tak pernah habis di ibukota. Dewi dan Ibra ikut bahagia, melihat rumah tangga putra mereka yang kian mesra.
"Kalian terlihat cocok. Mama harap, kalian bisa melewati setiap ujian dalam rumah tangga kalian," harap Dewi.
"Amin. Terima kasih, Ma," ucap Raka.
"Jadi, kapan kalian akan memberikan kami cucu?" todong Ibra.
Mendengar pertanyaan ayah mertuanya, wajah Resti berubah merah. Ia tak menyangka, bila sang mertua akan mempertanyakan masalah ini sekarang. Sementara Raka, hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Pa! Kalau sudah waktunya, mereka pasti kasih tahu kita, kok," ujar Dewi.
"Baiklah!" ucap Ibra, "boy, kamu harus bekerja keras. Papa dan mama sudah ingin menimang cucu. Mengerti, 'kan?" lanjut Ibra.
"Iya, Pa," jawab Raka, "kalau begitu, kami pamit dulu, Ma, Pa."
Raka dan Resti menyalami mereka. Kemudian, meninggalkan kediaman orang tua Raka.
***
"Gimana menurut kamu?" tanya Raka.
Saat ini, mereka masih dalam perjalanan pulang. Resti mengernyitkan dahi, mendengar pertanyaan yang tidak jelas dari sang suami.
"Masalah momongan?" tanya Resti.
Pasalnya, kedua orang tua Raka sudah meminta mereka segera memberikan mereka cucu. Raka pun menganggukkan kepala.
"Aku siap," jawab Resti kemudian.
Raka terkejut mendengar jawaban sang istri. "Serius?" tanya Raka tak percaya.
"Serius, Mas." Resti mempertegas jawabannya.
"Berarti, kita bisa mulai program malam ini." Raka mengedipkan sebelah matanya.
Resti tertawa melihat tingkah Raka yang menurutnya lucu. Sepanjang jalan, mereka habiskan dengan tawa canda. Selalu ada saja candaan yang Raka lontarkan pada sang istri.
"Terima kasih, Sayang. Kalau saja sejak awal kita tidak menunda. Mungkin, saat ini malaikat kecil kita ada di sini." Raka mengusap perut rata sang istri.
"Mas, konsentrasi dulu menyetirnya. Kita masih di jalan, loh." Resti mengingatkan.
Raka mengalihkan tangannya ke kepala Resti. Mengusap sayang rambut sang istri.
"Besok masih akhir pekan. Bagaimana kalau kita kencan?" ajak Raka.
"Boleh. kemana?"
"Kamu mau kemana?" tanya Raka. Ia ingin mendengar ide dari Resti.
"Aku pengen banget ngerasain nonton bareng kamu di bioskop. Gimana?" tanya Resti.
Mata Resti terlihat berbinar. Raka menyipitkan mata seperti tengah berpikir.
"Oke!" jawab Raka.
"Benar?"
Raka menganggukkan kepala yakin. Senyum di wajah Resti terukir lebar.
"Tapi, ada syaratnya," lanjut Raka.
"Kenapa harus ada syaratnya, sih, Mas," gerutu Resti.
Raka terkekeh. "Harus dong."
"Apa?"
"Besok pagi, buatkan aku makanan enak," pinta Raka.
"Siap, bos," jawab Resti.
***
Pagi harinya, seperti rencana mereka, Resti sudah menyiapkan makanan yang Raka minta. Pria itu makan dengan lahapnya. Membuat Resti tersenyum senang, mengetahui Raka menyukai masakannya.
Selesai makan, mereka segera berangkat menuju mall terdekat. Tidak butuh waktu lama, mereka tiba di sana. Segera, mereka melangkah ke lantai atas, tempat bioskop berada.
"Apa ada film bagus?" tanya Raka.
"Aku gak up to date tentang film yang tayang," jawab Resti jujur.
Raka menatap sang istri tak percaya. "Kok, bisa?" tanya Raka lagi.
"Aku cuma pengen ngerasain ngedate di bioskop. Aku gak pernah pacaran soalnya," jawabnya lirih di akhir kalimat.
"Really?"
Keduanya tak menyadari, bila seseorang sedang menatap ke arah mereka dari jauh. Tak lama, tatapan keduanya bertemu. Perlahan, senyum di wajah Raka menghilang.
"Riska," gumam Raka.
Resti pun menatap ke arah yang sama dengan Raka. Seorang gadis cantik berdiri di sana. Ia tersenyum sangat manis. Gadis yang Raka panggil Riska.
Kpan lgi nie kax🥰🥰🥰🥰🥺🥺🥺🥺🥺🥺