Hasrat Terlarang CEO

Kata-kata kutukan yang lolos dari bibir Zafer berhasil membangunkan Keanu dari tidur nyenyaknya.

Bocah itu terganggu dengan suara pria itu dan marah karena telah melecehkan ibunya. Keanu mungkin masih kecil, tapi sebagai seorang anak, tentu saja ia bisa merasakan bagaimana perasaan ibunya saat ini.

Keanu bisa merasakan bahwa ibunya sedang disakiti oleh seorang pria.

Sayangnya, tangisan Keanu tidak membuat segalanya menjadi lebih baik dan malah memperburuk.

Zafer menjadi lebih murka dan membuat kepala pria itu memanas.

Ia memilih mandi buru-buru dan mengeluarkan pakaian lain dari lemari. Tak lupa membawa barang lain. Bahkan tanpa mempedulikan semua hal yang sudah Tsamara siapkan.

Tsamara sendiri berusaha menenangkan Keanu yang masih menangis di pelukannya.

Tubuhnya gemetar saat melihat Zafer yang sudah seperti iblis dan mondar-mandir di depannya karena emosi.

Hatinya terasa seperti tertusuk benda tajam saat menyadari bahwa semua barang yang telah disiapkan di atas ranjang, nyatanya tidak sama sekali tidak disentuh.

Hal yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa Zafer mengambil pakaian dan semua barang lainnya di atas meja dan kemudian dengan kasar membuangnya ke tempat sampah.

Meski bajunya masih baru dan wangi, Tsamara sengaja menyiapkan baju yang bagus untuk laki-laki itu Namun, alih-alih memakainya, malah memilih membuang baju itu.

"Aku tidak pernah ingin memakai pakaian yang kamu siapkan!"

Kata-kata makian itu langsung menusuk hati Tsamara.

Zafer dengan cepat mengambil tas kerjanya dan juga kunci mobil dari nakas. Tak peduli dengan kondisi Tsamara dan tangisan Keanu, ia langsung berlari keluar kamarnya.

Dia bahkan tidak pergi ke dapur untuk sarapan, tidak peduli dengan pelayan yang sudah menyiapkan sarapannya.

Kepalanya sudah sangat panas sekarang dan yang ingin dilakukan hanyalah keluar dari rumah ini dengan cepat. Tidak ada seorang pun di sana yang membuatnya betah. Ia membenci semua yang ada di sana, apalagi penghuninya.

“Aku benci tinggal di rumah yang terasa seperti neraka ini. Kenapa aku harus menikahinya? Mengapa papa harus membuatku terjebak dalam semua situasi ini?"

Ia masih marah saat masuk ke mobilnya dan bersiap untuk keluar dari halaman. Zafer tidak tahan berada di sana lagi dan ingin pergi secepat mungkin.

Ia mengambil mobil mewahnya dan membelah jalanan ibu kota Jakarta dan mengikuti hiruk pikuk situasi pagi ini yang masih penuh emosi.

Zafer sudah dalam perjalanan ke perusahaannya, tempat yang menurutnya lebih baik untuk dikunjungi daripada harus berada di rumah yang sama dengan wanita bernama Tsamara.

Jika bukan karena perjanjian sialan yang telah ditandatangani dengan ayahnya, pasti sekarang akan langsung menceraikan Tsamara dan meninggalkannya seperti itu.

Rasanya ia tidak ingin tinggal bersamanya lagi, karena sangat muak melihat wajahnya.

Semua kebencian sepertinya meledak dalam diri Zafer dan ditujukan pada wanita itu. Seorang wanita yang telah merusak hubungan dengan kekasihnya.

Wanita yang telah membuat sang ayah membenamkannya dalam pernikahan ini dan wanita yang juga akan menjadi ancaman bagi Zafer karena tidak bisa mendapatkan warisan ayahnya.

“Hidupku sekarang penuh dengan penderitaan dan itu semua karena wanita sialan itu! Ia yang membuatku seperti ini. Jadi, jangan salahkan aku jika aku sangat membencinya!"

Zafer berkali-kali melemparkan tangannya ke kemudi mobil di depannya saat lampu merah menghalanginya.

Tentu saja untuk melampiaskan semua emosinya, ia berteriak di dalam mobil seperti orang gila.

Mungkin akan ada beberapa pengendara yang menyadari perilaku aneh tersebut. Namun, ia tidak terlalu peduli karena sudah muak dengan semua ini dan membutuhkan seseorang untuk menenangkan kepalanya.

Satu-satunya orang yang bisa menenangkan hatinya adalah Rayya, wanita cantik yang telah menjadi kekasihnya.

Namun, sangat disayangkan mereka tidak bisa bertemu pagi ini karena pekerjaan. Zafer tahu bahwa ia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sama halnya dengan Rayya yang juga pasti sudah bersiap-siap berangkat kerja pagi ini.

Mungkin sepulang kerja, ia bisa bertemu dengannya. Zafer benar-benar harus menemui wanita itu untuk mengembalikan suasana hati yang buruk yang sepertinya telah membuatnya memijat pelipis berkali-kali atas apa yang terjadi pagi ini.

Ya, Zafer akan menelepon Rayya ketika sampai di kantor dan membuat janji setelah bekerja.

Lain halnya dengan Zafer, berbeda dengan Tsamara.

Ketika suaminya sedang dalam perjalanan ke kantor sambil memikirkan kekasih yang akan ditemui sepulang kerja.

Di sisi lain, Tsamara harus tetap berada di kamarnya untuk menenangkan tangis Keanu yang perlahan mulai berhenti.

“Sayang, Mama minta maaf karena kamu harus bangun dengan mendengar teriakannya. Keanu pasti kaget, ya? Maaf, Sayang karena mengganggu tidur nyenyakmu."

Tsamara membelai wajah putranya dengan penuh kasih. Masih berusaha tersenyum lebar untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja meski Zafer memarahinya beberapa waktu lalu.

Tsamara tidak ingin membuat Keanu sedih lagi. Ia juga tidak ingin anaknya melihat dirinya saat menangis. Karena itu berusaha menahan air matanya sebaik mungkin.

Semua rasa sakit di hatinya semakin bertambah. Pria bernama Zafer Dirgantara itu tak berperasaan dan telah meremukkan Tsamara hingga titik terendahnya.

Ia tahu bahwa semua ini terjadi sebagai akibat dari tindakan masa lalunya, tetapi tidak pernah tahu itu akan sangat menyakitkan ketika suaminya sendiri menghinanya.

Zafer yang selalu memandangnya dengan penuh kebencian, sangat berbeda saat menatap kekasihnya yang penuh kasih sayang.

Tsamara seharusnya mendapat tatapan sayang darinya, karena adalah istrinya. Namun, apalagi menatapnya dengan cinta, bahkan Zafer sangat muak melihat wajahnya, sehingga tidak pernah mengharapkannya seperti ini.

Karena harapan mereka tidak akan pernah menjadi kenyataan. Zafer membencinya dan itu adalah fakta.

'Apa selamanya tuan Zafer akan membenciku?' gumam Tsamara dengan perasaan membuncah.

***

Sementara itu, Zafer yang tiba di kantornya masih merasa sangat kesal. Beberapa karyawan perusahaan yang secara tidak sengaja bertemu dengan pemimpin di loby memilih untuk tetap diam dan menutup mulut ketika mereka menyadari bahwa suasana hati CEO mereka sedang tidak baik.

Jika ada di antara mereka yang berani menyapa, itu hanya akan membuat Zafer murka.

Semua orang sudah tahu bagaimana karakter bosnya saat sedang marah. Semua staf juga tahu bahwa pria itu tidak akan ragu untuk berteriak atau murka pada mereka yang menghalangi jalannya.

Itu terjadi beberapa tahun yang lalu bahwa salah satu karyawan yang tidak beruntung bertemu dengan Zafer, yang baru saja mengalami hari yang buruk.

Pada saat itu, ia langsung disuruh oleh Zafer berdiri di lobi utama perusahaan dengan banyak pasang mata mengawasi dan menyaksikan kemarahan pemimpin perusahaan.

Bahkan stafnya gemetar ketakutan, tapi Zafer tetap tidak peduli. Ia jarang bersimpati dengan orang lain, karena menurutnya, tidak penting memikirkan perasaan orang yang tidak dikenal dengan baik.

To be continued...