NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:499.8k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Sedetik Kemudian Abdillah keluar dari dalam mobil, ia membanting pintu mobil dengan cukup keras, hingga mengeluarkan bunyi berdentum. Rahang nya nampak mengeras, kedua telapak tangan nya mengepal erat. Ia sudah tidak sabar lagi ingin menghajar Setya. Hanifa pun sama, ia hendak menyusul sang Kakak. Sebelum keluar dari dalam mobil Hanifa berpesan dulu kepada Arif.

''Sayang, Bunda mau keluar sebentar menyusul Paman. Kamu tunggu di mobil dulu, ya. Kepalanya tolong di tundukkan, jangan melihat keluar dulu sampai Bunda dan paman kembali atau kalau perlu Arif berbaring saja di dalam mobil ya.'' pesan Hanifa dengan wajah sedikit panik. Hanifa takut Arif melihat keributan yang terjadi antara Paman dan Ayahnya. Untungnya tadi Arif duduk di kursi belakang, jadi, ia tidak sempat melihat wajah sang Ayah.

''Emangnya kenapa Bunda?'' tanya Arif polos dengan wajah keheranan.

''Enggak apa-apa Sayang. Arif nurut aja ya sama apa yang Bunda minta.'' ucap Hanifa lembut seraya membelai wajah sang putra.

''Baiklah Bunda.'' jawab Arif menurut seraya membaringkan tubuhnya di kursi mobil. Setelah itu Hanifa keluar dari dalam mobil dengan begitu cepat.

Hanifa berjalan di atas aspal dengan langkah kaki lebar, gamis serta jilbabnya berterbangan terkena hembusan angin.

Setya merasa jantungnya tiba-tiba berhenti saat ia melihat Abdillah yang sudah ada di depan matanya. Orang yang ingin ia hindari selama ini tanpa sengaja bertemu dengan nya.

Belum sempat Setya berkata-kata Abdillah menarik kerah baju nya. Lalu ...

''Bugh ... Bugh ... Bugh ....!'' suara pukulan bertubi-tubi terdengar jelas, Setya tak dapat melawan. Tiada celah baginya untuk melawan. Abdillah seperti orang kesetanan.

Suara pukulan bertubi-tubi di iringi dengan suara permohonan ampun terdengar begitu menyedihkan. Arumi dan Caca pun berteriak histeris melihat Setya yang terus di pukul oleh Abdillah tanpa ampun.

''Hey ... Kamu siapa? Apa yang kau lakukan kepada suamiku?! Hentikan, cepat hentikan, suamiku bisa mati!'' teriak Arumi sambil berusaha mendorong tubuh Abdillah dari Setya. Tapi kekuatan nya tak seberapa, bahkan Arumi pun ikut terjatuh terkena dorongan Abdillah.

''Ampun, Abdillah! Maafkan aku, kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik.'' mohon Setya yang telah terkapar di jalan.

''Apa katamu?! Kau bahkan memblokir nomer ponselku. Apa yang mau kau bicarakan baik-baik hah. Dasar pria tak tahu diri! Tidak dapat di percaya! Apa kau lupa sama pesan aku dahulu, aku berulang kali berpesan pada mu, kalau kau merasa bosan dengan Hanifa maka pulangkan ia secara baik-baik kepadaku. Tapi apa! Kau malah menyakiti nya, menyia-nyiakan Adik dan keponakan aku tanpa sepengetahuan aku!'' Abdillah memegang kerah baju Setya, lalu menghadiahkan bogem sekali lagi. Hanifa hanya berdiam diri menyaksikan, ia merasa puas melihat Setya yang telah terkapar tak berdaya. Rasa sakit karena di paksa melayani nafsu buas Setya waktu itu membuat rasa iba nya tak bersisa sedikitpun untuk Setya. Wajah cantik Hanifa tersenyum sinis melihat Setya yang juga tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

''Oh ... Jadi ini kemauan mu wanita miskin?! Kau yang meminta pria ini untuk memukul suamiku. Berapa ronde semalam kau melayaninya sebagai upah?! Dasar wanita miskin murahan.'' racau Arumi seraya menunjuk-nunjuk wajah Hanifa. Hanifa hendak menjawab omongan Arumi, tapi dengan cepat Abdillah membungkam mulut Arumi dengan tamparan keras. Hingga membuat tubuh Arumi sempoyongan hendak terjatuh. Caca semakin menangis histeris melihat kedua orangtuanya yang terkena pukulan Abdillah.

''Hah, ternyata wanita seperti ini selera mu Setya. Lihatlah, dia menjajakan tubuhnya yang menjijikkan secara gratis kepada semua pria. Baguslah. Aku bersyukur Hanifa bisa terbebas dari dari mu. Ciuuhhhh ....!'' ucap Setya berapi-api setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan Setya yang telah tak berdaya.

''Apa kau tidak mendengar tadi? Di mana telinga mu? Pria itu Kakak kandung aku. Aku bukan wanita murahan seperti mu!'' ucap Hanifa pelan tapi penuh penekanan seraya menunjuk wajah Arumi yang telah merah sebelah karena bekas tamparan Setya. Setelah itu Hanifa juga pergi meninggalkan mereka.

''Awas saja kau wanita miskin, tunggu pembalasan yang lebih pedih dari aku setelah ini!'' teriak Arumi yang tak terima. Hanifa yang mendengarkan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tetangga sekitar rumah hanya beberapa orang saja yang melihat dari rumah mereka masing-masing. Yang melihat kejadian itu hanya Ibu-ibu saja, karena para Bapak-bapak nya sudah pergi bekerja. Karena kawasan tersebut merupakan kawasan elit, yang penghuni rumahnya pada sibuk sama urusan masing-masing.

Sesampainya Abdillah dan Hanifa di dalam mobil, Abdillah melajukan kembali kendaraan roda empat miliknya dengan kecepatan sedang. Abdillah masih diam seribu bahasa, Abdillah memang begitu, ia jarang marah, tapi sekalinya marah ia bisa membuat orang tak berkutik sama sekali.

Arif pun telah duduk kembali di kursi belakang, ia merasa heran melihat Paman dan Bundanya yang hanya diam.

''Paman kenapa? Apa yang terjadi?'' tanya Arif. Abdillah menghembus napas kasar lalu menjawab, ''Paman tidak apa-apa jagoan.'' Abdillah menarik sedikit sudut bibirnya.

''Mas, apa tak apa-apa perbuatan Mas tadi?'' tanya Hanifa ragu.

''Maksud kamu apa Dek?'' tanya Andillah. Suaranya terdengar sudah seperti biasa.

''Emm aku takut mereka melaporkan perbuatan Mas tadi ke kantor polisi.'' ucap Hanifa lirih. Ia sengaja berbicara lirih agar Arif tidak bisa mendengarkannya.

''Kamu tenang aja Dek. Mas yakin Setya tidak akan berani melakukan itu.'' sahut Abdillah yakin. Hanifa pun menganggukkan kepala nya.

''Kenapa pula kita bisa bertetanggaan sama mereka. Apa perlu kita pindah rumah saja Dek. Mas takut mereka menyakiti kamu dan Arif saat Mas tidak ada dirumah.'' ucap Setya dengan pandangan fokus kedepan.

''Tidak perlu Mas. Nanti kita repot lagi pindah rumah.'' sahut Hanifa. Dia tidak mau lagi merepotkan sang Kakak yang telah banyak berkorban untuk dirinya.

''Kalau begitu sepertinya Mas perlu mencari Security untuk menjaga rumah, agar Mas tidak merasa khawatir saat meninggalkan kalian.'' tukas Abdillah.

''Iya. Ide bagus itu Mas.'' timpal Hanifa.

***

Arumi membimbing tubuh Setya kedalam rumah dengan di bantu oleh seorang Asisten rumah tangga. Setya memegang perutnya yang terasa sakit akibat pukulan Abdillah. Wajahnya juga telah babak belur.

''Ambil air untuk suamiku Bik.'' perintah Arumi kepada pembantu nya. Arumi, Setya dan Caca duduk di sofa ruang keluarga.

''Uhuk ... Uhukk ... Uhuukk ...!'' Setya terbatuk-batuk dengan tangan memegang perut.

"Papa, kenapa orang itu jahat sama Papa. huhuhu ...'' Caca berbicara dengan tangisan kecil nya.

''Tidak apa-apa Sayang.'' jawab Setya dengan suara lirih.

Arumi membersihkan sedikit darah yang terdapat di wajah Setya menggunakan tissue basah.

''Mas, lebih baik Mas ceraikan saja wanita itu. Kamu itu dari dulu enggak mau mendengarkan omongan aku Mas. Lihatlah, beginilah akibatnya, wanita itu telah mengadu kepada Kakaknya. Ternyata dia licik juga!'' racau Arumi, dia merasa begitu dongkol.

''Diamlah dulu Sayang. Lebih baik kamu bersihkan dan obati dulu luka Mas. Setelah ini baru kita pikirkan lagi langkah selanjutnya menyangkut hubungan Mas dan Hanifa. Mas tidak bisa melepaskan Hanifa begitu saja.'' tukas Setya dengan suara serak.

"Tuh kan, lagi-lagi kamu mengatakan belum bisa melepaskan Hanifa begitu saja! Emang apalagi yang Mas harapkan dari dia?'' ucap Arumi dengan wajah merenggut. Sedangkan Setya tak menjawab lagi. Setya menutup kedua matanya. Ia tiba-tiba terbayang-bayang sama wajah Hanifa yang tersenyum sinis kepada nya tadi. Setya melihat Hanifa begitu cantik. Entah mengapa berat bagi Setya untuk melepaskan Hanifa. Ia merasa tidak rela kalau sampai Hanifa jatuh ke tangan orang lain.

**

Hanifa mendaftarkan Arif di sekolah baru. Abdillah hanya menunggu di mobil. Tidak lama setelah itu nampak Hanifa berjalan menghampiri mobil dengan di ikuti Arif di belakang. Sepertinya ia sudah selesai dengan urusannya di sekolah tersebut.

''Habis ini kita mau kemana lagi Mas?'' tanya Hanifa ketika dirinya dan Arif sudah duduk di kursi mobil.

''Kita ke Kafe Dek. Mas sudah membuat janji untuk ketemuan di sana sama seorang pengacara yang akan mengurus gugatan cerai mu.'' sahut Abdillah.

''Terimakasih Mas untuk semuanya.'' ucap Hanifa pelan.

''Tidak perlu berterimakasih Dek. Ini sudah menjadi kewajiban Mas.'' Abdillah mengusap pucuk kepala Hanifa.

''Baiklah Mas.'' sahut Hanifa melempar senyum ke arah sang Kakak. Hanifa menatap wajah sang Kakak dengan tatapan begitu dalam. Di usia Abdillah yang bisa di bilang tidak lagi muda, Abdillah masih betah membujang. Selama ini tidak pernah ia dengar sang Kakak dekat dengan seorang wanita pun. Sedikit rasa khawatir terhadap masa depan sang Kakak terbesit di benak Hanifa. Tapi Hanifa tidak mau ikut campur terlalu jauh urusan pribadi sang Kakak. Hanifa yakin suatu saat nanti sang Kakak pasti akan bertemu dengan seorang wanita yang tepat yang akan mendampingi dan menemani sang Kakak.

Setelah itu mobil melaju lagi membelah jalanan menuju sebuah Kafe. Harapan Hanifa setelah ini ia benar-benar akan terbebas dari Setya. Agar ia bisa menjalani hari-hari kedepannya dengan tenang bersama sang Putra dan sang Kakak.

**

Setibanya dipelantaran di sebuah Kafe ternama di Ibukota. Hanifa, Abdillah dan Arif turun dari mobil lalu memasuki Kafe. Lagi-lagi Arif merasa kegirangan, ia sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi makanan dan minuman di kafe yang terlihat begitu elegan tersebut.

Abdillah memanjangkan lehernya, menajamkan penglihatan mencari sosok pengacara yang di rekomendasikan oleh Malik. Saat melihat seorang wanita berjilbab hitam duduk sendirian dan melambaikan tangannya Abdillah berjalan ke arah wanita itu dengan di ikuti oleh Hanifa dan Arif.

Begitu sudah sampai, mereka saling menyapa dan berkenalan.

''Emm ... Apakah benar ini dengan Bu Ameera?'' tanya Abdillah sopan.

''Benar sekali. Bapak, Bapak Abdillah dan Bu Hanifa bukan?'' tanya wanita itu berdiri seraya menjulurkan tangannya. Hanifa dan Abdillah pun menyambut tangan wanita itu dengan saling bergantian. Setelah itu mereka duduk di kursi yang telah tersedia dengan meja yang sama. Setelah itu pembicaraan terkait proses gugatan cerai pun di mulai.

Bersambung.

Like, komen, vote, dan kasih hadiah juga, ya. Supaya aku makin semangat melanjutkannya.

1
Haerul Anwar
halah bacot anying lu Arumi dasar govlok
Tijanud Darori Tiara
lah thorr,,
DNA ga mungkin langsung keluar gitu aja,,,😁
Herma Wati
begitu cepatnya hasil DNA keluar?/Sob//Sob/
Sutiani Sutiani
kecewa
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!