Perjodohan antara Devendra dan Sabrina yang dilakukan oleh kakek Ardian menimbulkan polemik dalam rumah tangga keduanya.
Setelah melewati tiga tahun pernikahan, keduanya nampak akur dan mulai memperbaiki diri terutama Devendra.
Sejalannya waktu, cinta mereka dipertaruhkan, di mana Sabrina tertukar dengan wanita yang mirip dengannya yang merupakan tunangan tuan Gustaf.
Pertukaran pasangan ini menumbuhkan benih-benih cinta yang dirasakan tuan Gustaf pada Sabrina, apakah Sabrina jatuh cinta pada tunangan saudara kembarnya yaitu Sandrina. Yuk kita ikuti cerita dua pasangan ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Mengamuk
"Mas Dev, ku mohon tenangkan dirimu!" Apa yang kamu inginkan dariku, hmm?" Tanya Sabrina tidak ingin melihat penderitaan suaminya berlarut-larut.
Devendra memuntahkan darah segar saat dokter dan suster datang ke kamarnya.
"Dokter, tolong suami saya!" Ucap Sabrina lalu mundur dari tempatnya berdiri agar dokter bisa melakukan pemeriksaan pada suaminya dengan leluasa.
Devendra memegang dadanya yang terasa sakit. Suster memasang alat EKG dan selang oksigen untuk melihat perkembangan kesehatan pasien.
"Aku sakit apa dokter?" Kenapa aku sampai muntah darah?" Tanya Devendra dengan lirih.
"Anda mengalami pembengkakan hati, singkatnya fungsi hati anda hanya tersisa sepuluh persen." Ucap dokter Kartika.
Devendra menatap wajah Sabrina penuh kebencian ketika mendengar dokter memvonisnya dengan penyakit yang mematikan.
Sabrina hanya tetap berdzikir kepada Allah, karena itu adalah satu-satu kekuatannya.
Rasanya dia ingin melarikan diri dari kebencian suaminya, namun ia tidak sanggup untuk melakukannya karena Devendra sedang membutuhkan dirinya.
"Aku tidak boleh menyerah, aku harus tetap kuat agar mas Devendra bisa sembuh dengan keajaiban dari Allah." Ucap Sabrina penuh percaya diri.
Dokter menyuntikkan obat penenang berupa morfin medis sesuai takarannya untuk tuan Devendra agar suami dari Sabrina ini kembali tidur.
Dokter memanggil Sabrina ke ruang kerjanya karena ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan istri pasiennya tuan, Devendra.
''Nyonya Sabrina tolong ikut ke ruangan saya karena banyak hal yang akan saya sampaikan kepada anda mengenai penyakitnya tuan Devendra." Ucap dokter Kartika.
"Apakah penyakit suami saya sangat parah dokter?" Tanya Sabrina terlihat cemas.
"Sepertinya begitu nyonya Sabrina , tapi saya harap anda dan keluarga harus tetap semangat dan memberikan support kepada tuan Devendra agar beliau mau menjalani setiap rangkaian pengobatan di rumah sakit ini. Dengan begitu kita bisa mencegah sel-sel kangker yang sudah menggerogoti tubuhnya." Imbuh dokter Kartika.
Sabrina mengikuti langkah dokter lalu duduk ditempat konsultasi pasien.
"Maaf nyonya, sepertinya keadaan tuan Devendra sangat parah. Kami harus menyuntikkan morfin pada tubuhnya karena kesakitan yang dirasakannya barusan.
Untuk perawatan yang lebih maksimal, kami menghimbau anda sebagai wali dari tuan Devendra untuk menyetujui tuan Devendra agar dirawat di ruang ICU.
Dengan begitu pantauan langsung selama 24 jam dilakukan oleh dokter dan perawat. Anda bisa istirahat di rumah selama kehamilan. Tidak baik bagi anda untuk menjaga tuan Devendra saat ini dalam keadaan hamil muda , jika anda memaksakan diri anda untuk menjaga pasien dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan oleh dokter, maka anda akan jatuh sakit dan itu akan rentan pada janin yang masih sangat muda yang ada dalam kandungan anda. Kalau bisa saya sarankan agar anda meminta tolong pada keluarga yang lain atau pelayan yang sangat anda percaya untuk menjaga tuan Devendra." Tukas dokter Kartika.
Sabrina terlihat murung mendengar penuturan dokter tentang penyakit suaminya. Walaupun Devendra selalu memperlakukan dirinya dengan sangat kasar namun, Sabrina tetap menerima Devendra dengan sangat baik.
Tidak dendam sedikitpun yang terlihat dari wajah cantik itu. Sabrina hanya ingin mendapatkan cinta suaminya tanpa harus menuntut lebih atau protes keras pada Devendra.
Bagi Sabrina setiap pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang dalam satu kamar sebagai partner ranjang, namun ada hal lain yang harus dituntaskan untuk mencapai satu tujuan hidup.
Karena itu kita harus menjalani kehidupan ini berdasarkan apa yang diinginkan Allah bukan apa yang kita inginkan dalam hidup ini.
Itulah kesempurnaan cinta yang dibangun tanpa menunjukkan sikap egois maupun sikap gengsi berlebih yang setiap saat kita tunjukkan kepada pasangan.
"Nyonya Sabrina, apakah anda sudah jelas mendengar saran saya?" Tanya dokter Kartika untuk membuyarkan lamunan Sabrina yang menatapnya dengan tatapan kosong.
"Oh ya...sorry dokter Kartika!" Sabrina membenahi duduknya dan tersenyum kecut melihat dokter yang sedang menunggu komentar selanjutnya dari istri pasiennya sebagai wali dari tuan Devendra yang saat ini sedang menunggu keputusan persetujuan dari Sabrina untuk di pindahkan ke ruang ICU.
"Bagaimana saya akan mengetahui perkembangan kesehatannya dokter, jika saya tidak ada di sampingnya." Tanya Sabrina yang terlihat kuatir meninggalkan suaminya sendirian di rumah sakit, walaupun itu di ruang ICU dengan pengawasan ketat oleh petugas medis yang profesional.
"Kami akan melaporkan kepada anda setiap perkembangan kesehatan pasien. Tolong percayakan kepada kami dalam menangani penyakit tuan Devendra dengan pengobatan yang terbaik yang kami punya walaupun tidak bisa menyembuhkan beliau, namun bisa membuat tuan Devendra bertahan hingga beliau bisa mendapatkan donor hati dari orang lain yang rela menjual atau memberikan kepadanya." Ucap dokter Kartika.
"Baiklah dokter!" Kalau itu untuk kebaikan suami saya, maka aku siap untuk menandatangani berkas persetujuan yang disiapkan oleh pihak rumah sakit." Ucap Sabrina dengan berat hati.
"Terimakasih untuk kepercayaannya, nyonya Sabrina." Ucap dokter Kartika seraya menunjukkan berkas pada Sabrina untuk tiap bagian yang harus diparaf oleh Sabrina.
"Kapan suami saya dipindahkan ke ruang ICU, dokter?" Apakah saya boleh mengunjunginya selama dia berada di ruang ICU?" Tanya Sabrina.
"Anda boleh mengunjunginya tapi durasi waktunya tidak lebih dari sepuluh menit. Nanti sekitar setengah jam lagi dua suster akan menjemput tuan Devendra menuju ruang ICU. Saat ini kamarnya sedang dipersiapkan oleh petugas medis." Ucap dokter Kartika.
"Berarti, setelah suami saya masuk ke ruang ICU saya boleh pulang ke rumah?" Tanya Sabrina.
"Silahkan nyonya Sabrina!" Ucap dokter Kartika.
Sabrina pamit kembali ke kamarnya. Ia meminta pak Iwan untuk membereskan barang bawaannya untuk diantar kembali ke rumahnya.
Setengah jam kemudian, dua suster datang menjemput suaminya. Sabrina meminta waktu untuk berdua sebentar dengan suaminya.
"Maaf suster, ada yang harus saya bicarakan dulu dengan suami saya, sebelum ia dibawa ke ruang ICU. Saya tahu dia tidak bisa mendengarkan ucapan saya, namun saya ingin bicara saja dengannya.
Dua suster itu keluar sebentar untuk memberikan kesempatan kepada suami istri itu untuk bicara.
"Apakah nyonya itu sudah gila, sudah tahu suaminya dibuat tidur, mengapa dia memaksakan diri untuk bicara dengan suaminya. dasar wanita aneh" Ucap suster Rima.
"Biarkan saja Rima, kadang cinta itu tidak perlu dijelaskan dengan kata-kata, kadang sentuhan dan perasaan kita bisa tersampaikan kepada orang yang kita cintai itu baik dalam keadaan sadar maupun dalam keadaan koma." Ucap suster Santi.
"Mas Devendra, aku tahu saat ini kamu sangat kecewa kepadaku, tapi aku tidak tahu caranya untuk membuatmu bahagia.
Aku ingin memberi tahukan kebahagiaan lain yang selama ini kita nantikan bersama. Aku saat ini sedang hamil anak pertama kita sayang, apakah kamu tidak bahagia mendengarnya?" Bagaimana bisa aku membesarkannya sendirian, kalau kamu tidak ada di sisiku.
Aku rela memberikan apapun yang aku miliki untukmu, bahkan kalau itu adalah nyawaku untuk bisa membuatmu sembuh. Sesaat lagi kita akan berpisah sementara waktu entah dalam waktu berapa lama, tapi aku berharap kamu secepatnya keluar dari ruangan itu kalau ingin melihat perkembangan bayimu di dalam rahimku." Ucap Sabrina panjang lebar.
Sabrina mengecup bibir suaminya dengan lembut sambil bercucuran air mata." I love you my husband." Ucap Sabrina lalu mengusap air matanya.
Sabrina keluar menemui dua suster untuk membawa suaminya ke ruang ICU.
"Silahkan bawa suamiku ke ruang ICU, suster!" Titah Sabrina.
"Baik nyonya!" Ucap dua suster itu lalu mendorong brangkar milik tuan Devendra.
Sabrina mendampingi suaminya hingga memasuki ruang ICU tersebut. Ia lalu pamit pada dokter jaga untuk kembali ke rumahnya.
"Dokter, tolong kabari saya apapun yang dibutuhkan suami saya." Ucap Sabrina.
"Baik nyonya, tolong hidupkan ponselnya dalam 24 jam agar kami bisa menghubungi anda kapan saja." Ucap dokter jaga pada Sabrina.
Sabrina meminta dua pelayannya untuk menunggu suaminya di depan ruang ICU. Ia pun pulang kembali ke rumahnya untuk beristirahat.
"Ya Allah, betapa malangnya hidupku, di dunia ini aku tidak punya keluarga yang bisa ku ajak untuk berbagi. Hanya kepadaMu ya Allah ku adukan semua masalahku kepadaMu.
Ya Allah, ku serahkan semua urusan suamiku KepadaMu, karena sesungguhnya Engkaulah yang mampu membolak balik hati suamiku dengan kelembutan.
Aku tidak bisa melakukan apapun tanpa bimbingan dan pertolonganMu ya Allah. Maka berilah hambaMu ini dengan banyak kesabaran." Ucap Sabrina dalam doanya.
Mobilnya sudah tiba di mansion, sementara kedua orang yang sedang menunggu Sabrina terlihat sinis menemui istri dari tuan Devendra ini.
"Bagaimana rasanya sayang?" Jika seorang istri yang sedang bermain api dengan suaminya sendiri.
Kamu hadir di rumah ini dengan keluguan mu yang ternyata seorang Milioner bahkan pemilik sah perusahaan raksasa yang sudah mengusai dunia.
Sabrina Alvaro!" Aku terlalu bodoh hingga melewatkan suatu berita penting bahwa kamu adalah keturunan mendiang Tuan Alvaro. Dan anehnya lagi perusahaan milikmu diakui oleh kakek Ardian yang ingin memberikan perusahaan itu kepada cucu kesayangannya dengan cara yang sangat licik. Ia tidak ingin kehilangan perusahaan itu, makanya dia menjodohkan kalian berdua agar cucunya tidak kekurangan apapun dalam hidupnya. Benar-benar kakek yang penyayang." Ucap Nyonya Desy yang sedang memprovokasi Sabrina untuk membenci keluarga suaminya.
"Mohon maaf ibu mertua, jangankan perusahaan milikku, bahkan nyawa sekalipun aku rela berikan untuk Devendra. Itulah besarnya cintaku kepada suamiku, Devendra." Ucap Sabrina lalu masuk ke kamarnya.
Nyonya Desy dan putrinya nampak tercengang mendengar ucapan Sabrina yang tidak mereka sangka.
"Sombong sekali gadis itu, tapi kasihan juga sih nasibnya yang begitu malang. Dia punya segalanya, tapi sayang memiliki suami manja dan pengeretan, tapi seru juga kalau kita biarkan gadis itu menyerah dengan sendirinya jika ia tidak kuat menghadapi sifat Devendra yang sangat arogan kepadanya." Ucap nyonya Desy yang sangat penasaran dengan kehidupan Sabrina.
"Mami, kita lihat saja nanti, sehebat apapun gadis itu yang kita dengar, namun Devendra akan tetap menceraikannya karena lelaki angkuh itu tidak mau dibawah kekuasaan istri." Ucap Inca.
"Itu namanya suami-suami galak sama istri." Ucap nyonya Desy lalu keduanya terkekeh.
masih tanda tanya
belum dijelaskn😴😴
Syarat dan ketentuan:
Sudah tamat dan Penulis belum di kontrak/sedang tidak terikat kontrak dengan penerbit manapun.
Jenis naskah yang dicari:
1. Novel;
2. Kumpulan Puisi;
3. Kumpulan Cerpen;
4. Naskah non Fiksi, dll.
Jika bersedia harap segera menghubungi saya via DM instagram (@dwafril) atau laman chat yang tersedia pada platform ini.
AE Publishing Cab. Gresik
*paling lambat 15 Agustus 2023