perjalanan seorang anak yatim menggapai cita cita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masuk kantor polisi
Hanya seperapat jam dari luar suara mobil polisi meraung dengan keras dan masuk ke polsek Kedaton dengan kasar
Dari luar empat perwira polisi datang,
" Ada masalah apa kau lae sampai di polsek?" tegur salah satu perwira polisi itu pada bang Ginting
" bukan aku yang punya masalah Amang, ini si Hadi, dia di anggap melakukan penganiayaan, padahal membela diri" jawab bang Ginting.
" Hadi sehat kau ?" tanya perwira itu, yang ternyata pamannya Bang Ginting,
" sehat Om, Om gimana" jawab Hadi sopan sambil menyalami pamannya bang Ginting. Dorian Ginting, sedang sebelahnya yang sering main Hadi tahu panggilannyanya Pak Purba,
" Seperti kau tengok , Om sehat, coba kau ceritakan apa masalahnya?" tanya Om Dorian
Hadi menceritakan kejadiannya, dari awal perselisihan dan perkelahiannya dengan Reza , ia juga menceritakan tentang Reza yang memukulnya menggunakan kunci inggris namun ia berhasil memukul rahang Reza hingga pingsan, juga saat Ahyar Om nya Reza yang ingin memukul , namun di balas dengan besi bekas jok sepeda
" Sini kau!, bawa kertas itu" bentak Om Dorian pada kapolsek itu, sambil menunjuk kertas yang tadi akan di tanda tangani oleh Hadi
dengan takut takut Kapolsek itu mendekat, dengan membawa kertas itu, ia memberikan kertas itu pada Om Dorian.
" Plaak" Om Dorian menampar kapolsek itu dengan keras
" Bodoh kali kau ini, itu jelas pembelaan diri, kenapa kau menyuruh Hadi mengakui dia bersalah!" bentak Om Dorian marah, ia menatap ke arah reza dan Ahyar.
" dan kau, macam banci saja ribut mengadu, dan kau lagi tua tua tolol, beraninya lawan anak kecil, kalah pula!" ucapnya berteriak pada Ahyar dan Reza. semua yang ada di sana terdiam, termasuk pak Jaya dan Pak sukismo
" Sudah lah,kau kurung dia tiga hari sebagai peringatan, kalau masih macam macam ku BERI kau!" ancam Om Dorian pada kapolsek
" Siap pak!" kapolsek itu dengan cepat memberi hormat
" ayo kita pulang, ganggu main LENG saja kau ini Lae" gerutu Om Dorian, Bang Ginting tertawa kecil
" makasih Yah Om" ucap Hadi
" santai saja Hadi, om pulang dulu" sahut Om Dorian sambil naik ke mobilnya, Hadi dan yang lainnya naik ke mobil angkot Bang Ginting.
" dah kau istirahat saja hari ini, kita libur narik, udah ilang mood aku!" ucap Bang Ginting saat sampai di asrama, Andri dan Doni sudah pulang duluan saat sampai di jalan raya tadi, awalnya Bang ginting mau mengantar mereka sampai rumah Doni tapi mereka menolak.
" ya bang, makasih" sahut Hadi. Ia masuk ke dalam kamar kostnya dan langsung beristirahat.
"egh" Hadi terbangun saat napasnya terasa sesak, seakan akan ada yang menindihnya. ia membuka mata dan kaget saat ada seseorang di atas tubuhnya
" Yuni??" ucap Hadi saat melihat wajah siapa yang tidur di atas tubuhnya.
" he he he, muaach" Yuni malah tertawa dan mencium pipi Hadi
" “Udah lama, Yun?” tanya Hadi sambil mengelus-elus rambut Yuni yang hitam dan sedikit ikal. “Setengah jam lah,” jawab Yuni santai sambil merebahkan kepalanya ke dada Hadi. Hadi menepuk bahu Yuni pelan, mencoba mengajak,
“Aku lapar nih, masak dulu yuk?” ajak Hadi, Yuni menggeleng, lalu bangun mengambil baskom kecil yang dibawanya.
“Nggak usah masak. Ini, aku bawain makanan.” Yuni menyerahkan baskom itu pada Hadi, dan membuka penutupnya.
Hadi menatap isi baskom itu, ada nasi, telur rebus, ayam goreng dan beberapa kueh.
“Kok kayak berkat selametan, sih?” tanya Hadi
“Iya, memang berkat selametan rumah yang di Kopri,” jelas Yuni. Hadi mendelik,
“Lho, kok nggak ngajak-ngajak aku?” Yuni tersenyum,
“Kamu kan sekolah, sayang. Selametannya tadi pagi jam sepuluh.” sahut Yuni,
Hadi yang sudah kelaparan langsung mengunyah berkat itu dengan lahap. Sementara itu, Yuni hanya tersenyum melihat Hadi makan.
“Hai, ayo ikut makan juga dong,” ajak Hadi dengan suara penuh harap.
“Aku sudah makan,” jawab Yuni lembut, menatap Hadi dengan mata yang hangat.
" Jangan nyesal kalau habis yah" Goda Hadi.
" Emang habis segitu banyaknya,?" Tanya Yuni heran, karena cukup banyak, cukup untuk makan 4 orang makan.
" He he he Ga juga sih, ini banyak banget" Sahut Hadi, tertawa kecil.
" Kirain kamu bisa ngabisin ini sekaligus " Ucap Yuni sambil menggelengkan kepala.
hari berganti hari waktu seakan cepat berlalu, tak terasa hari pelulusan telah tiba
Hadi di dampingi dengan Bang Ginting untuk mengambil ijasah dan STTB.
"kau mau nerus kemana Hadi?" tanya bang Ginting saat sampai di asrama Intisari, namun wajahnya sedikit serius
" ke STM bang, yah kalau ga Bisa mah masuk STM unila" sahut Budi.
" kau ikut abang saja ke jakarta gmana?" ajak bang Ginting, sontak Hadi menoleh
" ke jakarta Bang?, emang abang mau pindah?" tanya Hadi sedikit sedih, karena di asrama ia sering di bantu oleh bang Ginting
" ya , abang di suruh ngurusin kopaja sama Om abang, Angkot juga udah di jual tinggal nunggu yang belinya ngambil" sahut bang ginting
Hadi terdiam ada rasa sedih yang menyelinap ke dalam hatinya, ia terbiasa kerja narik angkot dengan bang Ginting, kini ia harus mencari cara lain untuk mendapatkan uang.
" terima kasih bang, tapi nanti sajalah kalau tamat STM aku nyusul abang, kalau sekarang aku pasti merepotkan abang" tolak Hadi,
" ya sudah kau pikir pikir saja dulu, supaya kau tak menyesal " Ucap bang Ginting.
" ya bang, terima kasih udah ngewakilin ngambil ijasah" ucap Hadi
" tak usah kau pikirkan itu, ya sudah abang mau ke kampus dulu ngurus pindahan" ucap bang Ginting.
" ya bang" jawab Hadi, ia menatap dengan sedih angkot biru Rajabasa - tanjung karang yang biasa ia keneki.
Dua minggu berlalu bang Ginting akhirnya berangkat juga ke Jakarta.
" kalau sudah tamat, kau main lah ke tempat abang, ini alamatnya jangan hilang" ucap Bang Ginting sambil memberikan selembar kertas berisikan alamat bang Ginting di jakarta.
Hadi di terima masuk ke sekolah STM Bhakti Utama, di mana ia mengambil jurusan elektronika,( di lampung dulu hanya STM Unila dan Bhakti utama yang ada jurusan Elektronika,) ia tak di terima masuk STM Unila karena telat mendaftar, ada satu lagi STM An-Nuur, tetapi jauh di kemiling.
Hadi dengan tekun mempelajari dasar dasar elektronika, ia memang sengaja mengambil jurusan Elektronika, karena otomotif, sudah banyak yang bisa, sedangkan Elektronika masih jarang.
Hadi, mempelajari tehnik pendingin juga, cara memperbaiki kulkas, AC, dan freezer.
Namun karena Bang Ginting sekarang tak ada, keuangan Hadi menipis, ikut kerja di bang Siregar, hanya kadang kadang, tak mencukupi kebutuhannya.
" Baiknya kerja apa yah, biar bisa dapet uang " Ucap Hadi sambil berpikir keras. ia tak bisa melanjutkan sekolah bila uangnya sampai habis beneran