SIMPANAN KAPTEN

Saat mendengar ucapan kasar Dokter aulia, azura yang sedang dalam mood yang buruk, tidak ingin berada di sana.

Keberadaannya disana, yang baru sebulan, membuat azura kesulitan untuk meminta bantuan prajurit lain untuk mengantarnya kembali, sehingga Ia memutuskan untuk berjalan kaki.

Cuaca cerah pagi hari itu, sangat mendukung niatnya ini. Sehingga tanpa berfikir panjang, azura terus melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

Semakin jauh Ia melangkah, semakin sunyi. Alam Papua yang masih asri, menyuguhkan pemandangan dan udara segar yang betul-betul membius sang dokter cantik, untuk terus melangkah tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya.

Suara burung yang bersahut-sahutan terus menemani langkah kakinya. Pikiran kalut benar-benar menenggelamkan kewarasannya.

"Ck, Dokter Aulia... Kau jahat! Bukankah waktu itu, kau yang menciptakan jarak antara aku dan regan?Sekarang, apa lagi masalahmu?"

gumam azura kesal.

Tanpa mempedulikan keadaan sekitar yang semakin sunyi, kini dirinya sudah berada semakin jauh dari tempat keramaian, peresmian pemancar.

"Lagian, Kamu masih ajah natap aku kek gitu mas! Rasanya, aku semakin terlilit hutang. kenapa aku gak kaya ajah sihh! Biar gak perlu pake terikat pernikahan karena uang." Matanya mulai berkaca-kaca.

"Uang bayaranku besok, apa cukup untuk ngebayar 50 juta yang dikirimkan ke ibu!? Ya, kalo cukup, aku akan mengganti uang itu dan juga mengembalikan mahar satu milyarnya."

"Aku harus memutuskan hubungan dengan regan secepatnya, sebelum nanti, aku semakin sulit untuk meninggalkannya, karena cinta." batin azura.

Namun, hanya berfikir untuk meninggalkan regan hatinya seperti teriris sembilu.

"Ibu... Apa aku boleh nyerah ajah? Keadaan ini membuat hatiku sakit," lirih azura yang akhirnya tidak dapat menahan tangisannya.

Ia segera berhenti sejenak, sebab dirinya agak kelelahan setelah berjalan cukup jauh.

Saat melihat ke belakang, sudah tidak tampak lagi tempat yang dipenuhi orang-orang tadi. Beberapa kali, ada masyarakat sipil yang lewat menggunakan motor maupun mobil.

Namun, sudah beberapa menit Ia berdiri, tak ada lagi satupun yang lewat.

Hingga, Ia tersentak kaget karena ada tangan besar yang membekap hidungnya dengan sapu tangan dari belakang, dan semuanya menjadi gelap.

***

Kini, regan yang panik tidak dapat berfikir jernih. Ia ingin bergegas mencari azura, namun Sertu Bima menahannya.

"Kapten, sudah ada tim yang diutus untuk mencari dokter azura. Jadi...,"

"Gimana saya bisa diam disini. Sedangkan istri saya disana, entah bagaimana nasibnya." ujar regan frustasi.

Bima yang mendengar perkataan itu, segera menengok kiri dan kanan. Ingin memastikan bahwa tak ada yang mendengarkan perkataan atasannya ini.

"Tenang Kapten, kita tidak tahu pasti Dokter azura lagi dimana. Menurut aku, kita tunggu tim yang pergi ngasih kabar. Oh ya, katanya Dokter azura terakhir terlihat di acara peresmian tadi. Dia juga kesana sama Dokter riko. Dokter rik...,"

"Ya, Dokter Aulia," potong regan.

"Dia orang yang terakhir saya lihat sedang mengobrol dengannya, sebelum azura beranjak dan berjalan meninggalkan tempat peresmian tadi dengan berjalan kaki. Sebab, saya tidak melihat, ada mobil atau motor yang mengantarnya."

"Maksud Kapten, Dokter azura, jalan kaki untuk balik ke sini?" regan mengangguk, "Sepertinya begitu."

"Ikut saya ke tenda medis, ada seseorang yang harus saya temui." ujar regan. Mereka segera menuju tenda medis, dan mencari-cari seseorang.

"Kapten, kau tinggal menyebutkan namanya dan aku akan membawanya padamu." ujar Bima memberi saran.

"Tidak, saya tidak mengetahui namanya. Hanya sedikit mengingat wajahnya." Keduanya tidak dapat melakukan apa-apa, sebab yang dicari tidak kunjung terlihat.

Saat akhirnya regan pasrah dan hendak kembali ke tendanya, Ia melewati dapur, dan orang yang Ia cari sedang berada di sana. regan menghembuskan nafas kasar, dan segera menghampirinya.

"Saya mau bicara sama kamu!" ujar regan dengan tatapan dingin. Membuat perawat itu, sedikit ketakutan.

Mereka lalu berdiri ke tempat yang agak sepi.

"Katakan, apa yang Dokter Aulia katakan pada Dokter azura sebelum dia beranjak dan pergi." titah regan.

Perawat itu terlihat sedikit ketakutan. Ia benar-benar mendengar ucapan kasar dokter Aulia, yang memerintahkan azura untuk pergi dari sana, sebab mereka duduk berdampingan di tenda yang sama Karena takut pada regan, perawat itu segera menceritakan semuanya, hingga Bima yang berada situ, sangat terkejut mendengarnya. Ia tidak percaya, Dokter aulia bisa begitu ceroboh dan semena-mena terhadap bawahannya.

Regan yang mendengar hal itu, mengepalkan tangannya. Ia sudah curiga sejak pagi tadi. Saat melihat Dokter Aulia dengan wajah tidak bersahabat menghampiri azura dan berbicara dengannya, dan beberapa menit kemudian azura langsung beranjak dan pergi meninggalkan tempat itu.

Namun, yang regan sayangkan, itu sudah terjadi sejak pagi tadi, dan dia baru mengetahui kabar hilangnya azura malam ini. Dan baru ingin mencarinya sekarang. Pria itu meremas rambutnya frustasi.

Bima yang melihat rasa frustasi yang terpancar dari raut putra adiaksa itu, tak percaya.

"Kapten, apa kau sudah main perasaan?" batin Bima.

Regan tidak bisa diam, dia terus saja mondar-mandir dalam tendanya.

"Pencarian sudah sejak kapan?" tanya regan.

"Mulai Sore tadi Kapten. Sebab dari bagian medis baru melaporkan ketiadaan Dokter azura, baru saat sore tadi."

"Lalu bagaimana dengan Dokter Aulia, apa dia tidak ingat, bagaimana dia memarahi dan menyuruh azura pergi tanpa memperdulikannya? Bre ngsek!" Kesal regan.

"Sebenarnya, ada apa dengan Dokter Aulia, dia bahkan berbohong soal azura yang tidak ingin menemuiku waktu itu. Sekarang, dia malah memarahi gadis itu. Apa ada masalah di antara mereka?" ujar regan, sedikit bingung dengan tindakan-tindakan Dokter Aulia.

"Kapten, apa kau sungguh tidak tahu?" tanya Sertu Bima.

"Ada apa?"

"Kau tidak seharusnya menaruh perhatian pada wanita lain disini. Sebab secara tidak langsung, wanita itu akan menjadi musuhnya. Apa sekarang kau paham?"

Regan mengernyit bingung. "Saya tidak paham!"

"Dia menyukaimu, Kapten. Dia bukan hanya menyukai, tapi tergila-gila dan tidak memandang statusmu. Hanya saja, kau tidak memandangnya sama sekali. Hal ini, yang membuat semua usahanya tak terlihat olehmu." terang Bima.

"Karena itu, kau menawarkan dirinya padaku, saat aku menyuruhmu mencari wanita yang bisa menjadi partner ranjangku?" Bima mengangguk.

"Lalu kenapa, kau beralih ke azura?"

"Dokter azura, selain masih muda, dia jauh lebih cantik dari Dokter Aulia. Dan aku bisa menebak, kalau dia masih original. Makanya, pas tim satgas kemarin tiba, aku langsung menyelidiki dirinya, dan ternyata dia punya latarbelakang keluarga yang pas-pasan, jadi kau bisa memanfaatkan kelemahannya itu untuk mendapatkannya." regan menatap tajam Sertu Bima.

"Dan... Sepertinya, dia memangbberjodoh denganmu. Karena segalanya terjadi begitu cepat, tanpa disangka-sangka."

"Yah kau benar. Tapi, segalanya gak semudah pikiranmu itu, Bambang!" kesal regan. Sebab sampai saat ini, dia bahkan belum menyentuh gadis itu.

"Memangnya ada apa Kapten, apa gadis itu sudah tidak ori lagi!"

"Sudah ahh, jangan bahas soal itu lagi. Bikin kesal!" Bima mengeryit bingung.

"Lalu, mengapa kau menolak dokter Aulia, Kapten?"

.

.

.

JANGAN LUPA LIKE KOMEN SUBSCRIBE GIFT HADIAH DAN BERI VOTE YA TEMAN-TEMAN 🥰