"ah...Aku tidak akan memaafkanmu Alaska!! " ucap wanita itu dalam hati setelah melihat tunangannya bermesraan di mansion milik ayahnya dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Hubungan yang awalnya terjalin manis dan menyenangkan itu, kini mulai goyah karna hadirnya seorang wanita berhati licik bermuka dua itu, didepan baik di belakang diam diam menusuk.
Tiba tiba ada yang memperhatikan wanita itu dari lama, dan kini ingin mencuri kesempatan untuk menaklukkan hati si wanita itu.
Apakah wanita itu akan takluk oleh nya? ayok ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Lovina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13.ttm
Acara pernikahan akan segera di mulai sekitar pukul 10 pagi.
Jeslin sedang di ruang rias dengan penampilan yang pastinya akan memukau bagi siapapun yang melihatnya, ditambah kerlap kerlip gaun putih yang di kenakannya semakin menambah pesonanya.
"nona anda kelihatan sangat sedih, bukankah ini adalah pernikahan yang sangat diimpikan setiap wanita diluaran sana? " goda salah seorang perias yang melihat nya kurang bersemangat dari tadi.
"mungkin ya dan mungkin juga tidak. " jawabnya lemas menatap gaun itu.
"apa maksud anda nona? " tanyanya lagi.
"ah... bukankah tugasmu disini hanya menjadi perias pengantin dan dibayar? Kenapa kamu sangat banyak bertanya tentang hal yang di luar tugas mu?" Ucapnya lembut tapi sangat menusuk.
"ah maaf nona! " jawab perias itu segera menutup mulutnya.
"Baiklah. Jika menurut kalian aku sudah siap untuk naik ke altar dengan hasil kerja kalian ini, aku harap kalian bisa meninggalkanku sendiri diruangan ini tanpa ada yang mengintip atau menguping dari luar. "
"tapi nona, tuan menyuruh kami untuk menunggu sampai ada panggilan dari luar. "
"Aku tidak akan berbicara dua kali. Keluar atau...."
"iya.. iya non, kami keluar tapi akan tetap berjaga di luar. " jawabnya gemetar ketakutan.
Jeslin menunduk mengiyakan.
Dia menatap dirinya di kaca dengan riasan sedang mengenakan gaun impiannya sejak dulu. Tapi bukan rasa senang yang dia dapat hanya rasa takut dan semakin takut membayangkan pernikahan yang sudah tidak dia inginkan sama sekali.
"Apakah Jefan akan menyelamatkanku, tapi bagaimana caranya? Bahkan untuk mengabarinya juga rasanya mustahil dengan ponselku yang di tahan oleh keluarga jahat ini. " gumamnya.
Dia sudah pasrah dengan keadaannya saat ini.
Hingga tiba waktunya dia dipanggil untuk memasuki altar pernikahan.
Saat memasuki altar semua mata menatap gaunnya yang begitu indah dan wajahnya yang masih terlihat cantik walaupun sedikit samar tertutup oleh kain penutup kepala.
Dia berjalan sedikit lebih lambat berharap ada yang menghentikan pernikahan itu.
Sayang nya tidak ada tanda tanda pernikahan itu akan gagal. Hingga tiba saatnya kedua mempelai mengucapkan janji suci pernikahan sebelum bertukar cincin.
Setelah Alaska, kini giliran Jeslin yang mengucapkan janjinya. Dia sempat diam beberapa menit hanya menangis sehingga membuat semua orang yang melihat nya bingung.
"Pak Purnama ada apa dengan putrimu? " bisik seorang tamu undangan.
"Mungkin dia sedih bercampur bahagia bu. Biasa kan anak muda yang dulunya sendiri sekarang akan menikah. " Jawabnya walaupun tau kalau putrinya tidak menginginkan pernikahan itu sama sekali.
"Aku... Jeslin... "
"Berhenti! " teriak seorang pria dari pintu masuk mengangetkan semua orang yang berada di ruangan itu.
Jeslin melihat ke arah suara itu tapi tidak mengenali wajah nya karna pria itu menutup mukanya dengan masker.
"Siapa pria itu cepat usir dia! " teriak pak Anggara memberi perintah.
Tapi tidak ada tindakan sama sekali dan tidak ada orang orang suruhannya yang disuruh menjaga ruangan pernikahan yang muncul satu pun.
Kini Jeslin mengambil kesempatan untuk buka suara dengan lantangnya.
"Katakan siapa anda dan apa tujuan anda ingin menghentikan pernikahan ini? "
"Buat apa menjelaskan siapa dia, penjaga bawa dan seret dia keluar dari sini!! " teriak Alaska sangat tidak senang dengan keadaan ini.
"Biarkan dia bicara! Jika jawabannya tidak masuk akal maka orang orang disini akan mengusirnya secara paksa dan membawanya ke kantor polisi karna telah membuat keributan! " Ucap Anggara meminta persetujuan para tamu.
Dalam pikirannya dia masih ingin tau kemana para penjaga yang ditugaskannya.
"Pak Anggara yang terhormat, untuk apa melakukan pernikahan dengan memaksa pihak wanita tanpa persetujuan yang adil? "
"Diam!! Berani sekali kamu berbicara tanpa alasan yang jelas hah? Kamu tidak takut hukum kah? " tiba tiba Karolin angkat suara membuat semua orang mengira kalau dia sedang ingin menyelamatkan kakaknya.
Suasana ruangan mulai ribut dengan bisikan orang di seluruh ruangan. Jeslin mengambil mikrofon dan membuat semuanya diam.
"Apa alasan anda tuan mengatakan kalau pihak keluargaku tidak menginginkan pernikahan ini? " tanyanya setelah menyadari kalau pria itu tidak lain adalah Jefan.
"Jeslin... apa yang kamu lakukan? " bentak Alaska mengangkat tangannya hampir menampar wajah itu sehingga membuat semua orang semakin terkejut dengan perlakuannya seolah tidak menghargai mempelai wanita.
"Kalian lihat bukan? Apakah itu layak untuk di maklumi? Menampar calon istri di depan banyak orang. Bagaimana jika di tempat sepi, bukankah akan lebih menjadi jadi? "
"Jangan banyak bicara dan katakan tujuan mu! " ucap Ibu Alaska yang kini sudah mulai keringat dingin.
"Baiklah nyonya, anda sangat terburu buru sekali yah? "
Kemudian dia membuat isyarat dengan hentikan jarinya, dan layar lebar terpampang di depan mata semua tamu.
Dalam Sekejap, rekaman CCTV di rumah sakit waktu itu di putar.
Hal ini benar benar membuat Jeslin syok tidak percaya kalau ternyata Karolin sedang mengandung anak pria di depannya.
"Gak, ini di edit tidak benar. Bohong pria itu bohong aku tidak mengandung. Paman Purnama, pria ini bohong. " Teriak Karolin takut sambil menangis.
"Lanjutkan!! " teriak Karolin yang kini sudah hilang kepercayaan sama sekali dengan mereka berdua.
kemudian beberapa foto hasil tes kehamilan terlihat di layar dan itu real atas nama sepupunya itu.
"hentikan!! dia bohong!! " teriak Karolin semakin histeris.
"lanjutkan!! " potong Jeslin.
Semua diputar hingga rekaman CCTV tentang kejadian sebelum rapat di mulai. Bagaimana dua orang itu menampar dan melukai Jeslin.
Setelah melihat vidio itu, ayah Jeslin berdiri dan mendekati putrinya merasa malu tak berdaya.
"Maafkan papa nak. " ucapnya mengulurkan tangan melihat putrinya sudah jatuh tak berdaya di lantai.
Dalam kondisi itu, keluarga Alaska sudah tidak bisa membela diri yang ada hanyalah rasa malu yang sangat amat mendalam.
Apalagi mereka yang selalu di anggap keluarga dermawan di depan orang orang kini hancur.
"bagaimana Pak Anggara... apakah anda masih ingin berani melanjutkan pernikahan ini? "
"Hentikan!! kami tidak setuju putri cantik Purnama menikah dengan keluarga jahat seperti anda!! " teriak tamu undangan di setujui yang lainnya.
Akhirnya para tamu undangan pulang dengan kecewa hanya menyisakan kedua keluarga itu disana.
"Jefan, jika ingin menikahi Karolin kamu tidak perlu menyiksa putriku sampai seperti ini! " ucap Purnama mengepal kedua tangannya.
"Pernikahan tetap di lanjutkan meski tanpa tamu undangan!" teriak nyonya Anggara yang masih ingin memaksa.
Kini Jeslin bangkit dan membuang penutup kepalanya.
"lanjutkan?? Setelah anakmu menanam benih di rahim saudariku, kamu masih memaksa aku menerima anakmu nyonya Tasya? Jangan harap! itu tidak akan pernah terjadi bahkan jika anda mengancam mencabut kerjasama dengan perusahaan ku! "
"lancang sekali kamu perempuan jalang... " teriak Tasya ingin menampar tapi tangan itu di tahan Jefan.
"Jaga bicara anda nyonya! " melepas tangan itu dengan kasar.
"Aku... Jeslin putri tunggal dari keluarga Purnama, menolak pernikahan ini dan memutus hubungan kerjasama perusahaan dengan keluarga Anggara! " ucapnya berjalan meninggalkan aula diikuti ayah, bi Ainun dan Jefan di sampingnya.
"Kak Jeslin tunggu... " teriak Karolin mencoba menghentikan mereka.
"oh ya... satu lagi untuk anda Bu Karin, Aku sebagai putri satu satunya di keluargaku memutuskan bahwa diantara kita tidak akan ada lagi yang namanya hubungan keluarga. Dan kamu Karolin aku bukanlah kakakmu mulai detik, menit, jam dan hari ini juga! "
Setelah mengucapkan itu, mereka meninggalkan tempat itu. Sementara yang dirasakan kedua keluarga yang tertinggal itu hanyalah rasa malu yang sangat amat dalam.