NovelToon NovelToon
Takdir Kedua Nainara

Takdir Kedua Nainara

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: HaluBerkarya

Cewek naif itu sudah mati!

Pernah mencintai orang yang salah? Nainara tahu betul rasanya.
Kematian membuka matanya, cinta bisa berwajah iblis.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua, kembali ke sepuluh tahun lalu.
Kali ini, ia tak akan menjadi gadis polos lagi. Ia akan menjadi Naina yang kuat, cerdas, dan mampu menulis ulang akhir hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13.

Naina berjalan gontai di koridor sekolah. Langkahnya lesu, tak ada semangat menyambut pagi. Saat memasuki ruang kelas, matanya kembali menatap meja di depannya yang lagi-lagi kosong. Gadis itu mendesah panjang. Sudah satu minggu, Julian tidak pernah hadir. Seharusnya Naina tak perlu peduli, tapi jujur, akhir-akhir ini pikirannya selalu tersita olehnya.

“Ada apa sih dengan aku?” gumamnya, menggeleng pelan, tak habis pikir dengan perasaannya sendiri.

“Apa Julian baik-baik saja? Kenapa tidak memberi kabar sedikit pun?” lirihnya, semakin resah. Pikiran Naina kacau, takut sesuatu buruk menimpa Julian.

“Mikirin Julian lagi, cieee yang lagi galau...” Zora menyela dengan senyum mengejek. Naina diam, hanya menatap meja, bingung sendiri mengapa hatinya terganggu begitu.

“Kamu tau kan, Zora, besok audisi model. Kalau dia memang tidak peduli, lebih baik dia tolak langsung daripada menghilang begini!” cetus Naina sambil membuka buku pelajaran, berusaha menenangkan diri dan fokus menunggu guru meski semuanya terasa membosankan.

.

.

Sementara itu, seminggu sudah Julian menempuh perjalanan ke hutan gelap itu. Setiap langkahnya penuh perjuangan. Kabut tebal menyelimuti jalannya, suara-suara samar terdengar dari setiap sudut, membuat bulu kuduknya meremang. Sungai deras menghadang di beberapa titik, arusnya kuat dan batu-batu licin hampir menyeretnya. Jalur yang tampak familiar berubah menjadi labirin yang membingungkan, bayangan pepohonan seolah menyesatkannya, dan daun-daun bergesekan seperti ingin menakut-nakutinya.

Ranting-ranting tajam dan tebing curam melukai tubuhnya, sementara rasa lapar dan lelah menekan setiap napas. Sesekali, bayangan samar menari di matanya, suara-suara memanggil namanya padahal tak ada siapa-siapa, membuatnya ragu dan hampir menyerah.

Namun tekadnya tetap kuat. Setiap langkah, setiap tarikan napas, membawa Julian semakin dekat ke reruntuhan yang memancarkan cahaya samar. Di sana, pintu kecil menunggu, dan hatinya dipenuhi ketegangan sekaligus keberanian.

"ini tempat yang pria tua itu maksud?" Julian kembali membuka peta, memastikan lagi titik yang ada di dalam peta tersebut. Ya, di sini tempatnya. Dia menatap lurus ke depan, sedikit ragu untuk melangkah masuk. Tetapi jika di pikir-pikir, bukankah sudah waktunya? kembali tekad itu meyakinkan dirinya, dia mulai melangkah pelan ke sebuah pintu tua berukuran kecil nyaris seperti lubang gua.

“Jangan… Berbahaya,” terdengar suara samar, seperti bisikan yang mencoba menghentikannya. Awalnya Julian mengabaikannya, tetap melangkah masuk, tapi cahaya dari dalam tak kunjung jelas.

Makin ke dalam, cahaya menyambutnya. Akan tetapi, saat Julian semakin melangkah jauh, cahaya itu juga seolah ikut menjauh. Julian belum menemukan titiknya.

“Berbahaya…” Suara itu kembali, kali ini membawa sedikit bayangan dari mimpi seminggu lalu. Gambar kalung yang samar dalam mimpinya muncul jelas di otaknya, ini bukan tempat yang dia cari.

"Apa Aku terjebak? kenapa belum menemukan titiknya?" tanya Julian pada dirinya sendiri. Dia berdiri, kebingungan. Dia sudah melewati tempat itu terlalu jauh, hingga dia berniat untuk berbalik.

Saat Julian hendak berjalan keluar, jalan masuk tadi tiba-tiba hilang. Benar, ia terjebak.

"Jalannya..." Julian melihat ke kanan kiri, berlari mencari jalan hingga tubuhnya mulai lemah karena kehabisan tenaga.

Ada rasa lapar yang menghantamnya, tapi saat dia membuka tas perbekalan, semuanya habis. Iya, habis. Awalnya ia membawa sedikit karena mengira perjalanan ini tidak akan selama ini, tapi kenyataan jauh melampaui dugaan.

"Tidak... Aku harus bisa keluar dari sini," guman Julian lirih menyesal masuk. Dia terdiam sesaat, memikirkan jalan keluar yang harusnya ada. Dia tidak ingin terjebak di sini.

Malam semakin larut, kegelapan menyelimuti tempat itu. Hanya cahaya redup dari senter kecil yang dia bawa, cukup meneranginya.

Julian kembali bangkit, dia tidak ingin terus berada di sini. Dia mengerahkan sisa tenaga untuk kembali mencari jalan, tapi setiap langkahnya seolah menuntunnya kembali ke titik yang sama. Dinding-dinding reruntuhan berliku, gelap, dan dingin, membuat napasnya memburu. Bisikan itu datang lagi, lembut namun menekan, seolah tahu setiap gerakannya.

Di titik putus asanya, Julian hampir membiarkan tubuhnya roboh begitu saja. Napasnya berat, matanya berkunang, rasa sakit menyalip seluruh tubuh.

"Mungkin… cukup sampai di sini…" pikirnya, hampir pasrah. Tubuh Julian mulai bereaksi. Rasa sakit merambat di seluruh sendi, kulitnya panas, matanya berkilat samar oranye, tanda naluri siluman rubahnya nyaris bangkit. Tangannya dengan cepat membuka tas, mencari botol kecil penawar yang tersisa, menatap cairan di dalamnya yang tinggal setetes. Jika ia berubah di tempat ini, kendalinya akan hilang.

Namun, tiba-tiba… bayangan wajah Naina muncul. Gadis itu tersenyum samar, dengan tatapan penuh keyakinan. Suara lirihnya, entah dari mana, bergema di kepala Julian,

"Besok audisi model, jangan lupa janji kamu."

Julian terbelalak, Dadanya berdegup keras, seperti ada sesuatu yang menyalakan kembali nyala api yang hampir padam. Ia meremas tanah dengan gemetar, lalu bangkit perlahan, meski tubuhnya menjerit menahan sakit.

“Aku harus bisa keluar sekarang! Aku tidak boleh berubah dulu!” desisnya lantang, tekadnya menembus kegelapan.

Saat itu juga, di balik kabut reruntuhan, muncul sebuah siluet samar. Tingginya menjulang, cahaya redup membentuk bayangan tubuh yang tak jelas rupa. Tanpa suara, sosok itu berjalan pelan, mengiringi langkah Julian yang terseok penuh tekad.

Setiap kali Julian melangkah, jalan di depannya seakan terbuka. Dinding batu yang tadi rapat kini membentuk celah, kabut menipis, hingga akhirnya, di hadapannya berdiri sebuah pintu tua berukir simbol aneh, berpendar cahaya lembut.

Julian tertegun. Ia tahu, ini bukan sekadar pintu biasa.

Dengan langkah mantap, ia mendorong pintu itu… dan seketika tubuhnya terhanyut dalam pusaran cahaya.

Semua rintangan, semua jarak, seolah lenyap. Saat kesadarannya kembali, ia sudah terhempas di jalanan kota, malam yang sama, namun udara terasa berbeda, lebih nyata, lebih ringan.

Julian terengah, menatap langit. Beberapa kali dia mengambil nafas untuk sekedar menetralkan dirinya. Namun tak lama tubuhnya ambruk, pingsan.

...----------------...

“Tuan, bangun...”

Suara itu pelan, namun cukup untuk membuatnya tersentak.

Kelopak matanya berat, perlahan terbuka. Julian mendapati dirinya berbaring di atas ranjang king sizenya, , cahaya pagi menembus tirai jendela. Bukan reruntuhan, bukan pula jalan kota.

Kini, ia berada di dalam kamarnya.

“Syukurlah, Anda sadar.” Suara itu kembali terdengar. James berdiri di sisi ranjang, menatapnya dengan lega.

"James—"

"Sudah Aku bilang, jangan nekat, Tuan! seminggu Anda nggak pulang, untung masih hidup!" ujar James sedikit marah, tapi dia lebih merasa lega.

"Ingat, hari ini audisi!" lanjutnya lagi membuat Julian tersentak, bangkit. Dengan cepat, dia meraih handuk, melangkah ke kamar mandi.

"Iya, Aku akan datang... Nainara." ujarnya.

Terburu-buru, dia keluar dari rumahnya menuju mobil di mana James sudah menunggunya dengan rapi.

Mobil melaju agak cepat, hingga tak jauh dari agensi Evander Entr, Julian minta turun, memilih memakai sepeda untuk lanjut ke sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
uni_riva
ada sekolah apa thoorr 😁
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: jiakhhhhh typo yang melenceng🤣🤣
total 1 replies
uni_riva
perjanjian apa yg sdh di sepakati mereka yaaa/Slight/
uni_riva
aku juga tak paham maksud nya bijimana /Shy/
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Aku pun/Proud/
total 1 replies
uni_riva
mna nih lanjutin nya thoorr /Cry/
uni_riva
si jae ini lawan atau kawan yaw
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Siapa lagi tuh si jaevan
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: Masa calon pacar zora liatin na airin mulu 😅
total 2 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kalo sama julian dia udah tue trus kan bukan manusia 🤔 kalo sama si kalron dia benalu parasit
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: Sama yg pasti2 aja lah 😂
total 2 replies
uni_riva
jgn sampe nih Zora sama Nathan jadian jga ya /Facepalm//Slight//Facepalm/
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Julian sama Naina saja belum😂
total 1 replies
uni_riva
modus mu Julian /Facepalm//Facepalm/
⧗⃟ᷢʷ Ñåñā💜: Akal-akalan barat🤣
total 1 replies
uni_riva
naina gak bsa tegas apa sama si gorong2 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Naina: nge-tes hts🫦😂
total 1 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kebanyakan mikir ah julian mah /Proud/
uni_riva
knp gak saling mengungkapkan Klo kalian saling jatuh cinta /Shy/
uni_riva
jgn sampe naina kepincut lagi sama si gorong2 yaaa thoorr 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Aaron: Naina hanya boleh untukku🫦
total 3 replies
uni_riva
knp blm up jga thoorr /Cry/
uni_riva: gak bisa saballllll aku lagi thoorr /Angry//Angry//Angry/
total 2 replies
uni_riva
dalam mimpi mu 😤
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kalungna othor noh yg simpen 😅
uni_riva
turunkan tanganmu, bukan thoorr 😁
uni_riva
cih ternyata nih org gak pinter2 amat 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: itu pintarnya secuil, di urutan 25 dari bawah, berarti masih ada 25 orang di bawahnya🤣
total 3 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Waduh siapa tuh yg datang /Determined//Determined/
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: 😁😄 iya
total 5 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Bagus ceritana mantull 🤗🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!