Awalnya Daniel tidak ingin dijodohkan dengan Hannah wanita pilihan ibunya. Karena, dia sangat mencintai Shofia, kekasih sekaligus tunangannya. Daniel merasa kesal karena Isabella menuduh Shofia berselingkuh dengan klien bisnisnya. Sehingga, dia menolak permintaan ibunya, akan tetapi, saat keduanya bertemu Daniel berubah pikiran dan mau menikahi gadis itu. Sebab, Hannah adalah penolongnya pada saat dia kecelakaan dua tahun yang lalu. Meskipun dia telah memiliki seorang tunangan, tapi dia bertekad untuk menikahi gadis pilihan ibunya. Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPJ-13
Sudah tidak ada lagi komunikasi antara Daniel dan Sofia sejak kejadian dimana Daniel telah merenggut kesucian Hannah. Ia sendiri bingung harus bagaimana lagi, yang ia pikirkan saat ini hanyalah kesembuhan Hannah. Wajah cantik itu kini sedikit membengkak, tangan kanannya tidak berfungsi untuk sementara akibat luka yang ditinggalkan oleh seorang resepsionis wanita bernama Ivone. Usut punya usut Ivone adalah teman baik Hannah saat dulu mereka masih bersekolah. Daniel tahu karena setelah diselidiki Ivone bersekolah di tempat yang sama dengan istrinya. Tidak hanya itu, Ivone juga merupakan teman sedangkan Hannah selama 3 tahun berturut-turut saat masih sekolah menengah atas. Kebetulan mereka juga satu jurusan.
Namun, saat Daniel menanyakannya kepada Hannah ia bilang tidak tahu Ivone. Ini yang membuatnya bingung, padahal jelas-jelas semua bukti menunjukkan kalau Hannah dan Ivone adalah teman dekat. Tapi mengapa istrinya itu bersikeras menolak memberitahunya. Apakah ia malu atau ia di ancaman oleh wanita bernama Ivone itu. Mengapa rasanya ada yang janggal, Hannah ini memang membuatnya penasaran. Tadi siang pun ia mengatakan tentang ayahnya yang jahat. Daniel memang tidak tahu bagaimana cerita aslinya. Lalu Hannah menceritakan semuanya, kalau ia ditinggalkan oleh ayahnya sejak kecil. Padahal, ia dan ibunya saat itu sedang dalam kesulitan. Diketahui katanya Hannah menggunakan marga ibunya, tidak seperti kebanyakan orang-orang di sana yang menggunakan marga ayahnya.
Contohnya saja, Daniel sendiri yang menggunakan marga ayah yaitu William. Nama lengkapnya, Daniel Frederik William. Tidak dengan Hannah ia menggunakan nama tengah dan akhir ibu dan Kakeknya. Namanya Hannah Elizabeth Louise, benar-benar berbeda. Usut punya usut Kakek Hannah jatuh miskin akibat dari Ayah Hannah yang kabur membawa aset milik keluarga Louise, dan kini Kakeknya Hannah seorang diri di kampung halamannya. Untung saja, Kakek Hannah masih memiliki aset di kampung halaman Kakek buyutnya. Ia memutuskan untuk menjadi petani di sana, meskipun berkecupan. Tapi, Hannah tetap menyisihkan sebagian uangnya untuk sang Kakek.
"Sayang, aku mau berkunjung ke rumah Kakek di Melong Country!"
"Boleh, tapi setelah kamu sembuh ya!" ujar Daniel sambil menyuapi makan istrinya.
Hannah menganggukkan kepala, Daniel kemudian menyuapi Hannah untuk suapan terakhir. Ia kemudian membantu Hannah mengelap bibirnya. Lalu setelahnya, Daniel memanggil pelayan dan memberikan mangkuk bekas sang istri padanya.
"Terima kasih, silakan bekerja kembali!"ujar Daniel pada salah satu pelayannya.
Hannah memeluk tubuh sang suami, saat Daniel duduk di samping ranjang. Ia mengucapkan terima kasih pada sang suami, sebab telah memperlakukannya dengan sangat baik.
"Kamu istriku, mana bisa aku mengabaikan kamu. Aku tidak peduli entah itu kontrak atau bukan, yang jelas kita sudah menikah. Dan itu adalah sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Walaupun nantinya kita bercerai, yang paling penting adalah kamu dan aku bisa harmonis selama pernikahan kita. Dan, apapun itu jangan kamu pendam sendiri. Manfaatkanlah suamimu ini, oke?"
Hannah menganggukkan kepalanya, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan tulus dari suaminya itu. Ia mengecup bibir sang suami, hanya mengecup tidak lebih. Daniel membalasnya, kali ini pergulatan lidah mereka tidak kasar seperti kemarin, Daniel begitu berhati-hati membalas setiap sentuhan sang istri. Ia tidak melanjutkan kegiatan yang lebih intens seperti kemarin. Sebab, ia hanya ingin menunggu Hannah sembuh, ia tak mau egois.
"Jangan dilanjutkan, Sayang. Kamu masih sakit!"kata Daniel memperingatkan istrinya.
Hannah menganggukkan kepalanya,"Sayang aku mau jalan-jalan. Tidak baik setelah makan tiduran seperti ini."
"Baiklah, Sayang. Kalau terasa sakit kamu bilang ya!"
Hannah menganggukkan kepalanya, dan tersenyum lebar, ia kemudian menyambut tangan sang suami yang mengulurkan tangan padanya.
"Bibi Rose, aku dan istriku akan berjalan-jalan ke mall dekat sini. Kalau ada orang yang tidak dikenal datang, jangan ditanggapi, okey?"
"Baik Tuan Muda, saya mendengar perintah Anda!"
Hannah menatap kagum pada suaminya, 'tampannya!' ujarnya tanpa sadar.
Daniel menoleh, menatap istrinya ia mengerutkan keningnya, "Kamu bilang apa tadi?"
Hannah menggeleng,"Tidak ada!"
"Jangan bohong, ayo katakan lagi, Hannah."
Hannah memanyunkan bibirnya, "Ih sudah aku katakan, aku tidak berkata apapun. Kamu ini, benar-benar ya!" katanya protes.
Daniel terkekeh melihat tingkah lucu istrinya itu, entah mengapa melihat Hannah adalah kebahagiaan untuknya. Selain wanita itu adalah istrinya ia juga adalah penyelamatnya— dua tahun yang lalu.
"Kakak, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
Daniel menoleh menatap lekat, wajah —istrinya, ia tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya, "Apa yang ingin kamu katakan, hem?" tanyanya sambil mengusap surai kecoklatan itu.
"Aku rasa...aku tidak jadi mengatakannya."
"Kenapa?" tanya Daniel sambil menatap istrinya heran.
"Tapi, jangan marah ya!"
"Iya, apa dulu. Kok tiba-tiba aku marah?"
"Nona Shofia, dia bagaimana ya? Kok Kakak enggak menghubungi dia sama sekali?" tanya Hannah sambil mendongak menatap tubuh tinggi tegap milik suaminya.
"Ya, aku ingin menenangkan diri dulu. Aku ingin menyelidiki masalah ini, kalau memang dia terbukti mengurangi aku gara-gara hal lain, di luar kesibukan. Maka, aku tidak akan pernah memaafkannya!"
Hannah mengalihkan wajahnya,"bodoh, masa sudah dikhianati mau memaafkannya begitu saja?" batinnya.
"Kalau aku jadi Kakak, aku akan meninggalkannya. Aku benci pengkhianat, selalu menyalahkan kita. Padahal dia sendiri enggak bisa jaga hawa nafsunya!"
"Duh senangnya diperhatikan istri. Sini aku peluk!" celetuk Daniel.
Hannah dengan senang hati, menghambur ke pelukan suaminya.
"Mau beli apa? Kita sudah sampai!" ujar Daniel sambil melepaskan pelukannya. Kini ia berganti menggenggam erat tangan sang istri.
"Aku mau beli piyama tidur pasangan. Boleh tidak, Kak?"tanya Hannah sambil menatap penuh harap pada suaminya.
"Baiklah, ayo kita beli!"jawab Daniel.
"Hannah!"
Saat namanya di panggil, Hannah menoleh ia kemudian menatap wajah pria yang memanggilnya barusan,"Kenapa ya?"jawabnya ketus.
"Kamu benar-benar sudah memiliki kekasih?" Seolah tidak peduli dengan Daniel pria itu mendekati Hannah dan menggenggam tangannya, ia tidak segan dengan keberadaan Daniel. Justru pria itu justru menepis tangan Daniel, membuat Daniel memicingkan matanya.
Daniel sebenarnya ingin melepaskan genggaman tangan pria itu pada Hannah, tapi di kontrak menjelaskan kalau ia tidak boleh mencampuri urusan pribadi wanita itu. Ia takut, Hannah akan marah.
"Ya benar. Perkenalkan namanya Daniel. Dia pacarku, iya kan Sayang?" Hannah melepaskan genggaman tangannya, ia kemudian merangkul lengan Daniel.
"Kenapa kalian terlihat begitu canggung. Dan luka di pipimu, pasti karena dia, kan. Jawab aku Hannah?" Pria itu menggoyangkan tubuh Hannah sambil memegangi pundaknya.
"Achhh, sakit Jimmy!" ujar Hannah meringis kesakitan.
Daniel akhirnya hilang kendali, dan memukul pipi pria itu. Ia menarik Hannah menjauh dari pria itu. Hannah menurut dan pergi bersama.
"Hannah, kamu yakin dengan pilihanmu? Kamu tahu liontin ibumu masih ada padaku. Kalau kamu tidak mengambilnya, aku akan membuangnya."teriaknya.
Hannah menoleh, "Apa? J-jangan aku mohon."ujarnya mengiba.
Daniel menyipitkan matanya, saat Hannah melepaskan genggaman tangannya, "Sayang, kenapa kamu begini?" tanyanya.
"Jimmy aku mohon, kembalikan liontin itu padaku!"
"Baik, tapi ada syaratnya. Kamu harus tidur denganku. Dan kita jalani hidup kita dengan baik, oke!"
"Apa?" tanya Daniel dan Hannah bersamaan.
Bersambung...