THE PRINCE'S OBSESSION

Kelas pertama berakhir, "aku ingin bertanya satu hal padamu?" ucap Nia sambil memasukkan bukunya kedalam tas.

"Apa?"

"Wajahmu mengingatkan ku pada seseorang. aku ingin tau siapa namamu?"

"Lysander."

"apa menurutmu mungkin ada orang yang tak hanya mirip wajah tapi juga nama yang sama?"

Pangeran Ly tersenyum tipis, "apa orang itu berharga untukmu?"

"Entahlah, tapi yang pasti aku harus melupakannya, bahkan dia tidak boleh hadir lagi dalam hidupku."

Jujur hati pangeran Ly berdenyut nyeri. "kenapa begitu?"

"Karena kami berbeda." jawab Nia dengan tegas.

Pangeran Ly segera bangkit dari duduknya dan pergi lebih dulu meninggalkan kelas.

Nia merasa sedikit heran dengan reaksi pangeran Ly, Nia menghela nafas. "aku harus mengikutinya dan memastikan jika dia benar-benar manusia normal bukan pangeran dari alam lain itu." gumam Nia dan segera Bangkit menyusul pangeran Ly.

Menggunakan mobilnya Nia mengikuti ojek yang di naiki pangeran Ly, hingga sampailah di kosannya pangeran Ly.

Terlihat pangeran Ly membuka salah satu pintu kos dan masuk ke dalamnya.

"Dia tinggal disini, itu berarti dia beneran manusia, tapi kenapa wajah dan namanya bisa sama dengan pangeran itu?" ucap Nia di posisinya.

Akhirnya Nia memutuskan untuk pulang karena pangeran Ly tidak lagi keluar kosan.

Namun saat ditengah perjalanan tiba-tiba ban mobil Nia kempes. setelah menepikan mobilnya di pinggir jalan Nia turun dari mobilnya, terlihat satu ban belakang mobilnya sudah kosong angin alias kempes.

Nia mengedarkan pandangannya ke sekitar, "astaga nih mobil bikin kesal aja sih, kenapa pake bocor di tempat ini coba mana sepi banget lagi, aku harus gimana ya, telpon orang rumah aja deh minta jemputan." ucapnya bicara pada diri sendiri.

Nia mengambil hpnya di dalam mobil dan mulai menghubungi rumah. " Bik, suruh pak Anton jemput aku dong bik, di jalan melati ban mobilku kempes."

"yah si non kenapa lewat jalan situ coba, itu kan sepi non, kalau ada orang jahat gimana?"

"ya makanya bibik suruk pak anton kesini sekarang cepetan!"

"itu dia masalah nya non Nia, pak antonnya tidak ada beliau sedang antar ibuk ke rumah sakit jenguk temannya."

"ya trus aku gimana dong.... yaudah deh aku minta tolong kak Ridwan aja deh." ucap Nia sambil mematikan sambung telpon.

Lekas diapun menghubungi nomor Ridwan, tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengangkat panggilan darinya, Nia kesal lalu membanting hpnya ke kursi samping, untuk beberapa menit dia di sana sampai akhirnya memutuskan untuk keluar, setelah mobil terkunci Nia memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Langkah demi langkah Nia lewati, tiba-tiba Langit mendadak mendung. gerimis pun turun menyapa bumi, Nia berlari kearah sebatang pohon besar yang ada di sisi jalan, Nia pun berteduh di sana.

"ya Tuhan kenapa tidak ada satu orang pun yang lewat di sini?" meski tau tak kan mendapatkan jawaban apapun Nia tetap bertanya, setidaknya pertanyaan itu tidak terus-menerus membuatnya terusik.

Tanpa Nia sadari kalung permata biru yang di pakainya terus saja memancarkan kilaunya, pertanda bahaya yang sedang mengincarnya.

Sesaat kemudian alis Nia bertaut, tidak jauh dari posisinya saat ini Nia melihat ada jalan setapak, mata Nia mengikuti kemana arah jalan itu, rasa penasaran memuncak Nia pun mengikutinya.

Sampailah dia jalan buntu yang terhadang oleh semak belukar, Entah kenapa bukanya berbalik arah Nia malah semakin penasaran dengan apa yang ada di balik semak itu.

Dia pun menyimbaknya, pemandangan yang luar biasa, Nia terdiam tanpa kata-kata, di depanya ada sebuah pasar, begitu ramai pedagang di sana yang meneriakan harga dagangannya. makanan di sana terlihat begitu menggiurkan, bahkan hampir semua jajanannya jajan kesukaan Nia.

Kaki Nia pun mulai terayun ingin mendekat, saat ujung sepatunya hampir bersentuhan dengan tanah pasar gaib itu Nia kehilangan kesadarannya.

Kini dia sudah berada dalam gendongan seseorang, siapa lagi kalau bukan pangeran Ly.

Pangeran Ly menatap tajam semua penghuni pasar gaib itu, "jangan lagi kalian berani mengusik gadisku jika tidak ingin tempat kalian ini ku hancurkan menjadi abu!"

Ancaman pangeran Ly membuat mereka semua yang ada di sana menunduk tanpa kata. pangeran Ly juga segera membawa Nia pergi dari sana.

*****

"non, non Nia..... bangun non!" pak Anton sedikit mengguncang tubuh Nia yang saat itu berada di dalam mobil.

Pelan tapi pasti Nia mulai membuka mata dan mendapati pak Anton kini ada di depanya.

"pak Anton kok bapak bisa di sini?" Nia mengedarkan pandangnya ke sekitar, kesadaran otaknya belum benar-benar kembali, dan terasa berdenyut nyeri saat Nia memaksakan dirinya untuk mengingat kejadian barusan, "apa aku bermimpi tapi rasanya begitu nyata dan tadi juga aku ingat dengan pasti jika aku sudah keluar dan mengunci mobil ini kenapa sekarang aku bisa ada di sini, siapa dia yang tadi membawakku dari sana, dari aromanya seperti pangeran Ly." ucap Nia membatin.

"non... non Nia kenapa melamun, non baik-baik saja kan, apa kita perlu kerumah sakit sekarang?" tanya pak Anton membuyarkan lamunan Nia.

"ah...tidak pak bukan apa-apa saya baik-baik saja."

"kalo begitu mari non kita pulang!"

"yuk." jawab Nia bersiap turun.

"mau kemana non?"

"ya pulang lah pak kemana lagi."

"maksudnya ini mobilnya non mau di tinggal gitu?"

"ya kan ban mobil saya bocor bapak gimana sih."

"tidak non barusan sudah saya ganti."

"lah kok saya nggak tau?"

"kan tadi non Nia tidur, bapak malas bangunin non terlihat sangat nyenyak tadi tidurnya." jawab pak Anton.

"gitu ya pak, yaudah deh kalo begitu kita langsung pulang aja yuk pak."

"iya non silahkan duluan nanti saya nyusul."

mobil Nia pun meluncur meninggalkan lokasi itu di susul oleh mobil yang di bawa pak Anton di belakanya.

Pangeran Ly yang sedari tadi mengintip di balik pohon pun akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya, lalu melesat cepat kembali ke kosannya.

Di posisi Nia dia baru saja tiba di rumahnya.

"Nia syukurlah akhirnya kamu pulang juga, mama sangat cemas begitu bibik telpon katanya kamu terjebak di tempat sepi itu, lagian kamu ngapain kesana sih Nia tempat itu kan terkenal dengan ke ngeriannya meskipun posisinya dekat dengan pusat kota tapi jalan itu begitu jarang di lalui orang."

"Nia habis dari rumah teman ma tapi karena jalur utama macet dan jalan pintas lagi dalam masa perbaikan jadinya Nia lewat jalan itu."

"ya Tuhan Nia kamu ceroboh sekali sih nak, lain kali jangan di ulangi lagi lebih baik kamu pulang terlambat gara-gara terjebak macet daripada kamu pulang cepat tapi hasil lewat jalur setan itu. yang penting itu kamu kasih kabar orang tua kalau pulang terlambat Nia....." ucap Talia memarahi Nia yang kini hanya bisa menunduk diam.