NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bu Sri pilih kasih

Bu sri mengeleng “Ndak, ibu ndak mau pulang, Ibu disini saja sama kalian. Ibu, ndak akan merepotkan kamu dengan istri kamu. Biarkan Ibu disini, pokoknya Ibu ndak mau pulang.” Kekeh Bu Sri.

Herman menggerutu kesal. “Kenapa sih bu? Di rumah adi ibu bisa ketemu tetangga, dikota ini tidak ada yang Ibu kenal, ibu jadi kesepian. Aku sama Ratna sibuk kerja, aku nggak ada waktu dirumah jadi ibu bakalan sendirian.” Ucap Herman mencari alasan agar Bu Sri segera kembali pulang.

“Kalau gitu, kamu juga sama istri kamu pulang sama ibu ya nak. Kita pulang sama-sama, Adi juga sudah kasih kamu tanah, kamu tinggal di sana saja, bangun rumah, kita kembali ke kampung.” Ujar, sang Ibu.

Herman menatap ibunya gelisah. “Duh, ngapain juga Ibu masi bahas itu tanah. Orang itu tanah sudah aku jual buat judi, mana kalah lagi.” Batin Herman mengerutu. “Udah lah bu, aku sibuk di kota nggak bisa pulang. Ibu makan saja dah, aku cuma bisa buat ini saja, dimakan bu.” Keluh Herman lalu keluar dari kamar ibunya.

Ratna menatap suaminya yang baru keluar dari kamar Ibu Sri. Melihat wajah suaminya yang masam, Ratna pun terheran-heran. “Ngapa? Ngak mau pulang ibu kamu? Siapa suruh mau nampung!! Kesusahan sendiri kan jadinya!” Ratna mendengus.

“Jangan, sampe kamu nyuruh aku buat ngurus ibu kamu itu!! Kalau kamu ngelakuin itu! Siap-siap aku akan minta pisah.” Tegas Ratna, dia mengambil piringnya sendiri lalu ke dapur buat mencucinya.

Herman menghela nafas berat. “Runyam!! Kenapa juga si Adi harus bawa Ibu kemari! Duh, sakit kepala aku juga terusan-terusan gini!!” Kesal Herman, lantas dia berjalan ke luar rumah untuk berjudi.

Ratna yang melihat Herman pergi keluar pun mendengus kesal lagi, “Judi lagi itu orang! Untung saja, sebagian uang tanah yang dia jual udah aku belikan emas. Jadi, masih aman masa depan ku.” Ucapnya sendiri.

................... ...

“Lumayan dek, hasilnya sekarang?” Tanya Adi yang tengah membersihkan singkong. Lasri pun menatap punggung suaminya. “Lumayan mas, laku semua laris manis di borong sama tukang bangunan. Getuk sama cenilnya paling cepat habis.” Sahut Lastri.

“Alhamdulillah ya dek.” Ucap mas Adi dengan lembut. “Alhamdulillah mas,” sahut Lasri dengan senyum hangatnya. “Kalau begitu, buat besok kita tambah bahannya lagi?” Tanya mas Adi, Lastri pun mengangguk lembut.

Lastri memasukkan beberapa lembar uang ke dalam dompet. Dia juga, memasukan dua lembar uang dengan nominal yang lebih besar di celengan ayam, dan beberapa lembar uang untuk sedekah.

Walaupun tidak terlalu besar, yang terpenting sedekahnya ikhlas agar berkah. Lastri lantas memasak makanan malam untuk mas Adi, sementara mas Adi yang sudah selesai dengan kesibukannya sekarang tengah menjaga putra pertamanya.

Tidak perlu waktu yang lama, Lastri sudah selesai memasak dan memanggil suaminya yang tengah tertawa riang bercanda dengan anak mereka. “Mas Adi, makanannya sudah siap, mari makan bersama mumpung masih hangat.” Panggil Lastri, dengan nada lembut.

Adi yang mendengar suara panggilan sang istri pun menoleh, lalu berjalan ke dalam rumahnya tanpa menunggu waktu lama. Di tegah-tengah makanannya, lasri pun menyadari raut wajah suaminya tidak baik-baik saja.

“Mas, mas kenapa? Makanannya tidak enak ya?” Tanya Lastri menatap wajah suaminya. “Ndak dek, makannya enak. Mas, cuma rindu sama ibu saja, ibu sudah makan atau belum ya? Sayur lodeh ini kesukaannya ibu, Ratna buatkan ini ke Ibu ndak ya, dek?” Ucap Adi dengan nafas yang terdengar berat.

Lastri tersenyum lebar. Tanganya mengelus pundak suaminya dengan lembut. “Mas, mbak Ratna pasti sudah masakan ibu sayur lodeh mas. Mbak Ratna pasti rawat ibu dengan baik, seperti cerita mas waktu nganter ibu kesana, mas kan di sambut baik oleh mbak Ratna dan Herman. Jadi, ibu pasti bahagia sama mereka mas.” Ucap Lastri mencoba menenangkan pikiran mas Adi.

Mas Adi pun mengangguk, dia percaya dengan ucapan Lastri. Terlebih, saat mengingat waktu Ratna dan Herman menyambutnya. “Benar kata Lastri, aku tidak perlu khawatir. Herman, sudah berubah dia tidak mungkin menelantarkan ibu disana. Ibu mungkin lebih bahagia disana, dibanding di rumah ini.” Batin adi.

Setelah makan, Adi mengambil alih untuk cuci piring dan semua prabotan yang digunakan Lastri masak tadi. Dan, membiarkan sang istri menidurkan anak mereka.

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Adi duduk di teras depan, dia ingin menyejukkan diri dengan angin malam dulu, karena belum mengantuk.

“Rumah ini, rumah milik ibu dan Bapak. Aku tidak bisa selamanya tinggal di rumah ini, aku harus menabung. Aku akan tinggal di ladang bekas kebakaran itu. Rumah ini, sudah pasti akan jatuh ke tangan Herman, ibu lebih sayang dengan Herman daripada aku.” Gumam Adi menatap dinding rumahnya.

Dia teringat saat beberapa waktu lalu dia melihat ibunya datang ke rumah Pak Rt sendirian. Saat itu, Adi baru saja pulang dari warung setelah membeli minyak urut bayi, untuk mengurut perut anaknya yang tengah kembung.

Di saat pulang, Adi melihat wanita tua yang tidak asing baginya. Dengan cara jalan yang sama dan suara batuk yang percis seperti ibunya. “Ibu? Itu ibu? Ibu pergi kemana lagi? Ya Allah ibu, kenapa Ibu ndak pernah mau dengarin aku sama Lasri?” Kesah Adi.

Adi sepontan mengikuti langkah ibunya dari kejauhan dengan diam-diam. Dia mau tahu sebenarnya apa yang mau Ibunya lakukan diam-diam seperti itu.

“Ibu ke rumah pak rt?” Guman Adi heran, saat melihat langkah ibunya berbelok masuk ke halaman rumah Pak Rt. Pak Rt keluar untuk menemui Bu Sri, mereka berbincang sangat serius di bawah pohon rambutan.

Adi segera mencari tempat untuk menguping, untung saja dekat pohon rambutan pak rt sangat dekat dengan jalan raya dan banyak semak-semak. Jadi Adi bisa mendengar percakapan mereka walaupun tidak terlalu jelas.

Dengan menajamkan pendengarannya Adi menguping pembicaraan mereka, Adi mendekat agar dia bisa mendengar suara ibunya dan pak rt.

“Jadi? Rumah Bu Sri akan ibu serahkan kepada putra kedua ibu, begitu?” Tanya Pak Rt, menyakinkan.

“Iya pak benar, nanti rumah saya itu jadi haknya Herman bukan Adi. Dan, Pak Rt yang menjadi saksi, saya ingin ada saksinya pak.” Sahut bu Sri dengan yakin.

Pak rt pun mengangguk, beliau hanya bisa mematuhi permintaan masyarakatnya seperti kewajibannya untuk melayani masyarakat tanpa harus tau penyebabnya terlalu dalam. Biarlah itu menjadi urusan keluarga bu Sri dan anaknya.

“Baik, Bu, jika itu yang Ibu minta, saya akan menjadi saksinya. Sekarang, sudah malam biar saya yang antarkan Bu Sri pulang ke rumah.” Ucap Pak Rt, menawarkan tumpangan melihat tubuh Bu Sri yang lemah untuk pulang sendirian.

“Iya pak, tapi kalau ditanya sama anak saya, jangan bilang saya kesini, bilang saja jika ketemu di jalan.” Ujar Bu Sri, dia berusaha menutupi dari Adi.

Adi yang mendengar bahwa mereka akan segera pulang, bergegas pergi dari tempat itu. Dengan langkah yang berat, dia pulang dengan tatapan kosong.

“Ibu terlalu pilih kasih! Aku juga anaknya, tapi jika itu sudah jadi keputusan ibu, aku akan menurut. Mungkin, itu yang lebih baik.” Lirih Pak Adi, ada rasa tidak adil baginya di antara kasih sayang ibunya untuknya dan Herman.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!