"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MERASA DI SEPELEKAN
Meskipun aku telah tahu apa alasan mama dan mas Saka meninggalkan Kiara. Namun tetap saja hatiku rasanya sangat mangkel.
"Maaf Rey, aku dan mama benar-benar minta maaf. Aku pikir jika jalan-jalan ke air terjun, Kiara akan senang, kami tidak tahu jika kan terjadi hal seperti ini." ucap mas Saka yang sepertinya menyesal.
"Ya.. Tapi lain kali berpikir dulu sebelum melakukan apa-apa." ucapku dengan nada masih datar.
Aku pun langsung menuju dapur untuk membuatkan susu serta makan untuk putriku. Tidak ku pedulikan suami dan mama ku itu. Jika mereka lapar pasti akan masak sendiri. Setelah berkutat di dapur, aku langsung membawa makanan menuju kamar Kiara.
Malam ini juga aku akan tidur di kamarnya. Sebab aku tidak tega melihat wajah Kiara yang sangat pucat sekali.
"Ra, Kiara. Nak, bangun dulu yuk. Ini di minum susunya. Biar perut kamu hangat." ucapku yang membangunkan Kiara.
Putriku itu mengerjap dan bangkit dari baringannya. Dengan perlahan aku membantu Kiara untuk meminum susu hangatnya. Aku juga menawari Kiara makan. Namun anak itu hanya menggeleng saja.
"Yasudah, Kiara bobo lagi ya. Mama akan disini temani Kiara." ucapku sambil mencium pucuk kepalanya.
Anak itu pun memejamkan matanya kembali. Barulah aku menghembuskan nafas lega. Semoga saja Kiara tidak sakit.
Ceklek.
"Sayang!" panggil mas Saka yang masuk ke dalam kamar Kiara.
Aku hanya menatapnya sekilas.
"Tidur yuk." ucap mas Saka.
Aku hanya diam saja.
"Ayo tidur Rey, Kiara sudah terlelap kan." ucap mas Saka lagi.
Namun aku langsung menggeleng. "aku mau tidur disini saja." jawabku.
"Kamu masih marah Rey?" ucap mas Saka yang memegang pundakku.
Aku menatap mas Saka dengan kesal. Aku menarik tangan nya menjauh dari ranjang Kiara.
"Apa kamu fikir masalah ini sepele mas!! Jelas aku masih marah! Jika sampai anak kita kenapa-napa gimana? Apa kamu tidak khawatir sebagai papanya?" ucapku dengan lirih.
Ingin sekali aku meluapkan rasa kesalku kepada mas Saka. Namun itu semua tidak mungkin aku lakukan. Takut jika Kiara akan terbangun.
"Iya aku tahu Rey, tapi kan aku sudah meminta maaf. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi." ucap mas Saka.
Aku membuang muka dan menepis tangan mas Saka yang akan menyentuhku kembali.
"Lagian kenapa sih mas, kamu pergi jalan-jalan harus sama mama? Kenapa kamu tidak mengajak aku?" ucapku, sebab rasanya sangat mengganjal sekali di hati.
Mas Saka terlihat gugup, ia tidak langsung menjawab. Namun saat aku akan berucap lagi, barulah mas Saka menjawab ucapanku.
"Rey, niatnya kan sekalian. Jadi ya perginya sama mama. Udah deh. Jangan kamu yang aneh-aneh. Intinya aku minta maaf, mama juga menyesal kan telah meninggalkan Kiara. Sudah ya, aku sayang kamu." ucap mas Saka.
Aku hanya diam dengan melipat tangan di depan dada.
"Ayo, kamu mau tidur gak?" ucapnya lagi.
"Sudah aku bilang! Aku mau tidur disini." ucapku.
Terdengar suara helaan nafas dari mas Saka.
"Ya sudah. Aku keluar dulu. Ngantuk mau tidur." ucapnya.
Aku hanya diam saja. Hatiku terlanjur sangat dongkol sekali dengan mas Saka. Aku pun mulai merebahkan diri di samping putriku. Sebab badan rasanya lelah sekali, setelah seharian menunggui tukang yang mengerjakan dinding tembok.
Waktu terus berputar, tiba-tiba saja lenganku terasa seperti di goyang-goyangkan. Aku pun terbangun.
"Mama. Mama. Bangun ma." ucap Kiara yang ternyata membangunkan ku.
"Hem.. Nak, kenapa? Mau pipis?" tanyaku. Namun putriku itu menggeleng.
"Kia lapar ma." ucapnya.
Aku pun bangkit dan melihat waktu. Ternyata masih malam, baru pukul setengah satu dini hari.
"kamu lapar ya? Hem sore tadi kamu tidak makan sih, sebentar ya mama hangatkan makanan kamu dulu." ucap ku yang menyuruh Kiara untuk menunggu di kamar.
Sedangkan aku bangkit keluar ke dapur untuk memanaskan makanan. Tetapi saat aku akan melangkah ke dapur, aku seperti mendengar ada suara orang berbincang dari kamar mama. Niat akan ke dapur, aku pun urung. Aku berbelok ke arah kamar mama. Sebab suara itu samar-samar aku dengar.
Apakah mama sedang menelfon seseorang? Namun inikan sudah tengah malam. Aku mendekatkan diri lebih dekat. Tetapi aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang di obrolkan mama dan orang itu didalam. Aku bingung! Apakah mama sedang bertelfonan. Atau---
Ceklek.
Aku memutar handel pintu untuk membuka kamar mama. Namun ternyata di kunci, dan seketika suara bincangan orang itu pun tidak terdengar lagi. Hening! Bagaikan seperti terjadi mati lampu. Tidak ada suara apapun. Hanya hembusan nafasku saja yang terdengar.
"Ma, mama." panggilku.
Tok Tok Tok.
"Mama." ucapku lagi.
Tidak berselang lama pintu terbuka. Menampilkan mama yang sedang memasang hp di telinga nya itu.
"Ada apa Rey? Mama sedang telfon seseorang." ucap mamaku
"Ma, kok telfon malam-malam. Suara mama terdengar sampai luar, kok belum tidur sih ma? Besok kan harus sudah ke kantor kan?" ucapku kepada mama.
Sekilas aku menatap ke dalam, tidak ada siapa-siapa. Mungkin benar saja mama sedang menelfon.
"Sssstt, sudah sana. Mama sedang telfon penting ini. Masalah bisnis." ucapnya yang mengusirku.
Aku mengerutkan dahi, masalah bisnis kok malam-malam seperti ini, apa itu klien tidak punya jam di rumahnya? Hah. Aku juga yakin, jika aku tidak salah dengar, suaranya sangat jelas sekali. Ah ya sudahlah. Aku pun juga menuju kamarku, apakah mas Saka sudah tidur. Atau malah keluyuran malam-malam begini.
Ceklek.
Aku tersenyum kala melihat mas Saka yang terlelap. Tidak sampai masuk, aku menutup kembali pintu kamarku dan mas Saka itu.
...📀📀📀📀📀...
Hari ini aku tidak mengizinkan Kiara bersekolah, untuk hari ini aku meminta izin kepada gurunya. Karena kondisi Kiara yang masih merasa kedinginan.
"Nanti kita ke dokter ya sayang? Mau kan." ucapku sambil mengelus pucuk kepala putriku.
Namun Kiara menggeleng. Dia memang paling tidak suka yang namanya dokter dan obat-obatan. Sehingga saat dia sakit, aku sangat sulit untuk mengobatinya.
Ceklek.
Pintu terbuka. Menampilkan mama yang masih menggunakan pakaian biasa. Apakah beliau tidak ke kantor? Pasalnya tadi mas Saka sudah pamit untuk berangkat kepadaku. Tetapi mengapa mama masih di rumah.
"Loh ma. Mama tidak ikut mas Saka berangkat tadi?" tanyaku.
"Mama libur dulu lah, dari kemarin ngebut pekerjaan terus. Mama kan juga capek Rey, biar suami mu saja yang menghandel. Oh ya. Cucu oma bagaimana keadaanya?" ucap mama sambil mencium kening Kiara.
"Sudah mending kok ma, hanya saja masih dingin dan lemas." ucapku sambil membenarkan selimut Kiara.
"Ra, kita ke dokter ya? Mau kan." ucap mamaku kepada Kiara.
Tetap saja Kiara hanya menggeleng saja.
"Ya kalau begitu sarapan. Biar cepat sehat." ujar mama lagi.
"Sudah ma, tadi Reyna buatkan sup ayam." ucapku.
"Kalau gitu Kiara istirahat saja dulu ya. Biar cepat sembuh, agar Kiara bisa sekolah lagi, ya" lanjutku yang sekalian bangkit.
"Cepat sehat sayang." ucap mamaku dan kemudian berlalu keluar.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek