"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 13. Desas desus itu.
Sampai ke esokan harinya.. akhir nya Lea kambali murung, sebab ayah nya tidak pulang. Sampai tiba - tiba ada seorang pria yang sedikit mirip dengan ayah nya datang ke rumah..
"Assalamualaikum." Salam nya.
"Waalaikumsalam.." Sahut nenek Lea, yang kebetulan tidak ke sawah.
"Lho, mas Sugeng." Ujar nenek Lea ramah.. Lea seperti pernah melihat nya tapi dia agak lupa.
"Bu, aku mau jemput Lea." Ujar nya.
"Jemput pie, mas?" Tanya nenek Lea, senyum nya pudar.
"Mas Ruslan sudah pulang bu, tapi.. kerumah nya mak." Ujar pria yang di panggil Sugeng itu.
Dia adalah adik pertama ayah Lea, ayah Lea adalah anak pertama dan mereka 3 bersodara. Sugeng ini juga sudah merantau sebenar nya, tapi saat ini dia sedang istirahat di rumah. Dan lucunya.. adik bungsu ayah Lea usia nya tidak jauh dari Lea, hanya beda 2 tahun lebih tua.
"Kenapa ndak pulang ke sini, toh? Anak e loh di sini." Ujar nenek Lea..
"Saya ndak tau, bu. Cuma di suruh jemput Lea aja." Ujar Sugeng.
"Lea, ikut lek Sugeng yo, nduk. Bapak nya Lea di rumah mak tua.." Ujar nenek Lea dan Lea menggeleng.
Lea sangat jarang main ke rumah mak tua nya, karena kakung nya tidak begitu menyukai Lea. Lea memanggil kedua kakek nya dengan sebutan yang sama yaitu kakung, hanya saja dia memanggil mak tua dengan sebutan mak tua karena itu permintaan mak tua sendiri.
"Di sana ada lek Firman lho, dek. Ikut yo, sama lek sugeng.." Bujug Sugeng.
"Ndak mau." Ujar Lea lalu pergi ke dalam.
Lagi.. Lea patah hati, dia sudah menunggu lama dengan penuh antusias, dia ingin menunjukan kemajuan nya yang sudah bisa mengucap R dengan fasih pada ayah nya, dan ingin menunjukan bahwa ayah nya memang pulang.. tapi semua nya di patahkan oleh kenyataan ayah Lea pulang ke rumah orang tua nya.
"Lho, nduk." Panggil nenek Lea.
"Mas Sugeng, saya ndak bermaksud apapun.. Saya ndak mengajari Lea bersikap koyo ngono, tapi tolong sampaikan ke mas mu.. Nek dia merasa punya anak di sini, dateng sendiri jemput Lea." Ujar nenek Lea, tegas.
"Tapi bu, aku cuma di suruh mas Ruslan." Ujar Sugeng.
"Iyo le, ngerti. Tolong sampekno wae pesen ibu ke mas mu yo, nek merasa punya anak di sini, tolong dateng sendiri.. Lea.. butuh bapak nya." Ujar nenek Lea.
Akhir nya Sugeng mengangguk, dia pun pergi lagi dari sana tanpa membawa Lea. Setelah kepergian Sugeng, nenek Lea masuk kedalam mencari Lea.. tapi ternyata Lea tidak ada di manapun, nenek pikir Lea mungkin pergi bermain dengan teman nya.. dia tidak tahu Lea sebenar nya berada di kolong ranjang orang tua nya sambil menangis.
Di pikiran Lea sekarang, dia memikirkan semua kata - kata orang yang mengatakan bahwa ayah nya mungkin sudah menikah lagi, ayah nya tidak pernah pulang - pulang Lea pasti di tinggalkan.. Lea juga memikirkan satu kata yang paling di takutinya, dis takut tidak sekolah. Dia ingin masuk sekolah suatu hati nanti.. tapi apakah bisa?
Beberapa lama menangis, Lea tertidur di kolong ranjang.. dia terbangun saat mendengar orang - orang panik memanggil namanya.
"Lea! Ya Allah kemana kamu, nduk." Panggil nenek Lea.
Karena mendengar kepanikan, akhir nya Lea perlahan keluar dari kolong ranjang dan keluar menemui nenek nya yang sudah panik.
"Ya Allah Lea.. Koe dari mana nduk??" Nenek Lea langsung memeluk Lea erat - erat lalu membersihkan bekas tanah yang menempel di pakaian Lea.
"Dari mana?" Tanya nenek Lea lagi.
"Lea tadi tidur, ti." Sahut Lea.
"Di mana?" Tanya utinya bingung.
"Di kolong kamar mama, hehe.." Sahut Lea sambil tersenyum.
Utinya lalu memeluk nya dengan hati yang sedih, Lea pasti sedih memikirkan dirinya sendiri.
"Ti, Lea kangen mama.." Gumam Lea, lalu menyembunyikan wajah nya di pelukan utinya.
"Ya Allah gusti, nduk.. hiks.. hiks.."
Beberapa tetangga yang sebelumnya membantu mencari Lea menatap sedih Lea. Anak itu sudah banyak berubah sejak dari kematian ibu nya..
Sore berlalu, dan Lea akhir nya pergi mengaji.. Di mushola tempat nya mengaji Lea mendengar beberapa ibu - ibu yang sedang mengobrol setelah sholat maghrib di teras rumah tetangga yang rumah nya tepat berada di depan mushola it, dan tepat di teras mushola juga Lea menunggu giliran nya untuk di ajar mengaji.
"Rianti kan mbien (dulu) koyo wong kedanan (tergila -gila) bojo ne melaut yo di susul ke laut."
Lea tertegun mendengar nama ibunya di sebut, akhir nya dia diam dan mendengarkan obrolan ibu - ibu itu.. Anak seusianya sudah banyak mendengar kabar miring dan desas desus kedua orang tua nya.
"Haruse Ruslan nikah nya sama aku, Rianti iku pelakor." Ujar salah seorang suara wanita.
Lea lalu menoleh, menatap ke arah ibu - ibu yang mengobrol dan mencari pemilik suara tadi. Rupanya perempuan itu adalah teman ibunya semasa hidup, Lea mengenal nya dan orang itu memang selalu tampak akrab dengan ayah nya.
Sebab mendengar ucapan - ucapan yang tidak enak itu, Lea akhir nya terus menatap ke arah mereka, mendengarkan apa saja yang di ucapkan oleh mereka.. Mereka bilang mendiang Rianti dulu nya terobsesi dengan ayah Lea, saat belum menikah.
Apapun akan Rianti lakukan, bahkan Lea baru tahu dia sebenar nya mempunyai adik, tapi ibunya keguguran. Dan kabar nya adiknya itu adalah anak hasil selingkuh Rianti dengan teman ayah Lea..
"Sudah ketahuan selingkuh pun Ruslan masih demen, koyo di pelet." Ujar mereka.
Banyak kata yang Lea mengerti meski banyak juga yang tidak dia mengerti artinya, tapi dia tahu mereka sedang membicarakan keburukan ibunya. Tiba - tiba Lea bangun dan berjalan menghampiri perempuan itu lalu..
"Mama Lea ndak jahat!!!" Teriak nya, lalu dia menjambak rambut teman ibunya itu.
"Aaaa!! Aduh! Aduh! Bocah edan, lepasin iki sakit!" Ujar orang itu.
"Minta maaf sama mama Lea!" Teriak Lea, dia masih mencengkeram kuat rambut teman ibunya itu.
"Aaaa!!! Sakit! Pedes!!" Teriak nya.
Orang - orang yang melihat itu mencoba melerai Lea, tapi Lea seperti kesetanan, cengkeraman tangan nya begitu kuat dan tak bisa di lepas, semakin mencoba di lepas semakin kuat dan perempuan itu semakin kesakitan.
"Nduk, lepas nduk.. Lea kok nakal gini." Ujar beberapa orang di sana.
"Lea! Lepas ndak! Ndak boleh gitu sama orang tua!" Ujar yang lain.
"Minta maaf sama mama Lea!!!" Teriak Lea, wajah nya sudah merah.
"Aduhh.. hiks.. Hiks.. Tolong iki sakit rambutku." Perempuan itu menangis kesakitan.
"LEA!!"
Lea terlonjak kaget saat mendengar suara ayah nya, tangis nya langsung pecah melihat ayah nya datang. Cengkeraman tangan nya di rambut perempuan itu lalu terlepas dan Lea berlari menghampiri ayah nya.
"Bapak.. Hiks.. hiks.." Lea menangis mengangkat kedua tangan nya.
Tapi yang ada, ayah nya malah mendorong Lea mundur. Lea kembali meraih ayah nya tapi ayah nya tetap mendorong - dorong nya mundur sampai jatuh terduduk di jalan bebatuan dan menangis..
"Huaaa.. Sakit.." Tangis nya.
"Ngapain kamu tadi!? Kenapa jambak - jambak rambut orang!?" Bentak bapak nya.
"Bibi nya nakal, pak.. Hiks.. Hiks.." Ujar Lea.
"Ndak boleh kamu begitu, Saru!! Dia itu orang tua! Kamu anak kecil ndak boleh koyo ngono!!" Ujar ayah nya.
Ayah Lea berjalan menghampiri perempuan itu meninggalkan Lea yang masih di tanah, tak lama ayah nya kembali lagi dan menarik tangan Lea dengan kasar dan pulang. Sepanjang jalan Lea mencoba menjelaskan mengapa dia menyerang orang itu, tapi bapak nya bagai kesetanan terus diam sambil menyeret Lea dengan cepat pulang kerumah.
Sesampai nya di rumah, utinya Lea terkejut melihat Lea di tarik - tarik ayah nya smabil menangis.
"Heh, Rus! Kenapa Lea di tarik - tarik!"
"Awas bu! Anak iki nakal, harus di hukum!" Ujar ayah Lea.
"L- Le- Lea ndak nakal! Hiks.. Hiks.. Le- Lea ndak nakal ti.. Hiks.. Hiks.." Ujar Lea sambil tangan nya terulur mencoba meraih utinya.
"Rus! Kasian Lea.." Ujar utinya Lea.
"Meneng bu! Iki anakku! Dia nakal harua di hukum!" Ujar ayah Lea lalu menarik Lea masuk kedalam kamar.
Pintu di tutup dan di kunci, utinya hanya bisa berdiri mengetuk - ngetuk dari luar.
"Rus!! Ojo di bentak - bentak toh Lea nya, ya Allah gusti." Ujar utinya Lea.
Sementara di dalam kamar, Lea di dudukan di atas ranjang dan ayah nya berdiri tepat di depan nya dengan wajah marah dan tatapan tajam.
"Di ajari sopo kamu jadi kasar!!" Bentak ayah nya.
Lea yang menangis sesenggukan mencoba menjelaskan tapi susah karena dia menangis sesenggukan.
"JAWAB!!" Bentak ayah nya, sampai Lea terlonjak kaget.
Bukan nya bisa menjelaskan Lea malah semakin kesulitan bicara sebab dia makin sesenggukan, Lea takut pada ayah nya yang begitu murka.
"Le- Lea ndak nakal bapak, hiks.. Hiks.." Ujar Lea.
"Ctak!!"
"Huaaa!! Sakit.." Tangis Lea makin keras, ayah nya menyentil mulut nya.
"RUS!! KOE APAIN LEA!!" Teriak utinya Lea dari luar.
"Lea nakal bu! Dia jambak jambak rambut otang di mushola!!" Ujar ayah Lea.
"Ndak gitu carane Rus!! Koe ndak boleh mukul anakmu sendiri Rus!!" Teriak utinya Lea sambil menangis.
Mendengar kata menyakiti anak nya, ayah Lea menatap Lea yang ketakutan sambil memegangi mulut nya, dia menangis sambil menutup mulut nya..
"Huhuhu.. Huhuhu.." Lea menangis.
Ayah Lea mengulurkan tangan nya dan Lea langsung mundur kebelakang ketakutan, dan masih menutup mulut nya karena kesakitan.
Akhir nya Ruslan membuka pintu kamar nya dan keluar, uti nya Lea langsung masuk kedalam dan melihat Lea yang berada di pojokan ranjang.
"Ya Allah, sini nduk.." Ujar nenek Lea, Lea lalu menghampiri nenek nya, dan ternyata..
Bibir Lea yang di sentil ayah nya langsung bengkak bahkan bibir bawah nya berdarah, nenek nya ikut menangis melihat itu.
"Astagfirullah, Rianti.. Anakmu di siksa.."
BERSAMBUNG.
Tinggal sama demit mungkin lebih baik😅, daripada sana sini gak diterima
Lalu kendalikan tuh para setan, buat nakut2 para orangtua yang tak bertanggungjawab....
atau jadi dukun sekalian ....
balikkan keadaan ,jadikan dirimu wanita sukses.
Lea sdh berkembang lagi
miris nasibnya Lea ,
jgn2 nenek2 itu yg mengawali terbuka nya mata batin Lea
mata batinnya mulai terbuka rupanya.
dan nenek2 yg selalu menyapa lea ,semoga saja ( kalau dedemit )baik .
Anak memang kewajiban orangtua yang mengurus..
di kasus ini Lea tidak mau ke rumah bapaknya,karena ,tidak nyaman dan merasa tidak di terima oleh keluarga bapaknya.
sedari lahir sudah sama uti nya ...
Bowo yang sabar, ....siapa tahu daganganmu laris manis lek.
Ajari Lea berdagang ,ajak dia pasti dia senang dan akan belajar dengan sendirinya ,daripada uring2an terus.