Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Revan Arsen Mark adalah putra kedua dari pasangan Kurniawan Ferdinand Mark dan Maudya Putri Handoko. Kedua orang tuanya dari keturunan pebisnis yang kaya raya. Hanya saja Revan sengaja ingin menyembunyikan identitasnya. Dia tidak memakai nama keluarganya yang hampir dikenal semua orang.
Bahkan Revan sengaja membuat surat lamaran untuk menjadi dosen di universitas milik ibunya. Kabarnya Universitas itu akan di wariskan kepadanya kelak.
Sampai saat ini baik dosen maupun staf universitas dan para mahasiswa tidak ada yang tau tentang hal itu.
Selain menjadi dosen, Revan juga mulai merintis bisnis sendiri di bidang perhotelan. Dua tahun lalu dia membeli sebuah hotel yang hampir bangkrut, kemudian membangunnya kembali sehingga berjalan dengan baik sampai saat ini.
"Velvet Hotel." Ayunda membaca sebuah kartu yang di berikan oleh pak Revan.
Seketika Ayunda bingung, untuk apa dosennya itu memberinya kartu hotel itu. Jangan-jangan...
"Kamu bisa melamar pekerjaan di sana. Saya akan merekomendasikan kamu pada manajernya." ucap Revan yang seolah menjawab kebingungan Ayunda.
"Terima kasih pak." balas Ayunda dengan tulus.
Huuffff ternyata hanya ingin menawarkan pekerjaan. Aku pikir pak Revan akan menjual ku.
Lagi-lagi Ayunda berpikir negatif tentang dosennya itu.
Melihat dari sifat Ayunda yang merupakan seorang pekerja keras, Revan mengerti jika mahasiswanya itu lebih suka diberikan pekerjaan dari pada uang. Salah satu sifat yang baik dan terpuji.
Setelah itu Revan pun pergi dan meninggalkan Ayunda di apartemennya. Waktu sekarang sudah pukul delapan malam. Revan kembali ke rumah orang tuanya dan Ayunda pun kembali menangis.
Kehilangan ibu bagi Ayunda seperti kehilangan dunianya. Namun lagi-lagi Ayunda tidak punya waktu untuk bersedih dan meratap.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ayunda sudah mengunjungi makam ibunya. Tanah yang masih basah itu di tatapnya dengan tatapan rindu. Seolah menatap sang ibu yang sangat ia rindukan.
Setelah menumpahkan kesedihannya, Ayunda pun langsung pergi ke kampus. Beberapa bulan lagi dia akan mengikuti ujian skripsi dan itu membuat Ayunda akan lebih sibuk.
Di kampus tak ada yang peduli dengan keadaan Ayunda. Hanya beberapa orang temannya yang mengucapkan belasungkawa atas kematian ibunya. Ayunda tidak punya banyak teman karena ia selalu sibuk bekerja. Tak ada waktu untuk hangout bersama dan itu membuatnya tidak di anggap.
Tapi Ayunda tidak peduli. Asal dia bisa menyelesaikan pendidikan dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Seperti yang selalu di inginkan oleh sang ibu.
Tapi sayang ibunya sudah lebih dulu pergi sebelum sempat melihat Ayunda mencapai cita-cita.
Pulang dari kampus, Ayunda langsung menuju ke Hotel Velvet. Dia akan melamar kerja di sana. Semoga dia akan di terima.
Sore itu, saat Ayunda mengantar lamaran ke hotel Velvet, dia langsung di interview oleh manajer hotel tersebut. Dan hasilnya Ayunda di terima.
"Mulai besok kamu sudah bisa mulai kerja." kata manajer yang merupakan seorang pria muda.
Sepertinya seumuran dengan pak Revan.
"Terima kasih pak." ucap Ayunda.
Ayunda di terima kerja sebagai staf di bagian laundry. Karena dia masih kuliah jadi manager memberikan sif sore untuk Ayunda. Gaji yang akan di terimanya juga lumayan. Lebih besar dua kali lipat dari gajinya sebagai pelayan cafe.
"Aku harus berterima kasih kepada pak Revan." gumam Ayunda ketika dia sudah tiba di apartemen.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya