Lanjutan dari novel yang berjudul Cinta yang terluka.
"Om, om baik, aku ceneng deh kalo baleng cama om," ucap Lala gadis kecil yang imut,manis dan cerdas itu.
"Iya, om juga seneng kalo bisa ketemu sama Lala tiap hari," kata Antonio yang sudah balik dari Australia sejak tiga tahun yang lalu sejak perceraian dirinya dengan Laras yang membuat dia sangat shock dan patah semangat untuk melanjutkan hidupnya.
"Om baik, kata mama ...papa nya aku itu pelgi jauh.....cekali tapi campai cekalang papa gak datang-datang aku Lindu cama papa...," ucap Lala yang lucu dan cadel itu.
Entah mengapa Antonio selalu merasakan kehangatan dan kebahagiaan saat dia bersama Lala.
Antonio tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang selalu ingin bertemu dengan Lala si bocah perempuan kecil yang selalu membuat hatinya bahagia.
Siapakah Lala.....yuk baca di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isshabell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33
Laras segera mendapatkan pengobatan karena cidera yang di alaminya tadi setelah ditabrak oleh pengendara mobil Pajero itu.
Antonio dan Lala menunggu Laras di kursi tunggu di depan ruang UGD tersebut.
"Om baik, mama gak kenapa-kenapa kan...?" tanya Lala yang duduk di samping Antonio itu.
"Enggak sayang. Mama gak kenapa-kenapa mama sudah mendapatkan pengobatan dari dokter jadi Lala gak usah khawatir ya," Antonio tersenyum sambil mengusap-usap rambut Lala itu.
"Iya om," ucap Lala sambil tersenyum menatap Antonio.
"Ya Tuhan...dia anakku, buah hati cinta aku dan Laras tapi dia masih belum tahu kalau aku adalah papanya yang dia rindukan selama ini. Maafkan papa nak karena mama masih melarang papa untuk memberitahu kamu tentang papa yang sebenarnya," Antonio merangkul tubuh kecil Lala yang masih duduk di sampingnya itu.
Seolah merasakan kehangatan seorang ayah yang telah lama tidak dia rasakan saat di rangkul oleh Antonio, Lala makin menempel pada Antonio.
Terlihat dokter keluar dari ruang UGD tempat Laras mendapatkan pengobatan tadi.
Buru-buru Antonio bangkit dari duduknya dan menggendong Lala berjalan menghampiri dokter itu.
"Bapak, keluarganya Bu Laras?" tanya dokter itu pada Antonio setelah mereka saling berhadapan.
"Iya dok, bagaimana keadaan Laras?" tanya Antonio pada Laras.
"Bu Laras baik-baik saja, luka yang di alaminya akibat tertabrak tadi tidak parah dan Bu Laras bisa di bawa pulang sekarang," kata dokter itu pada Antonio dengan ramah.
"Iya. Terimakasih dok," ucap Antonio pada dokter itu.
"Sama-sama," dokter itu kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
"Ayo om baik kita lihat mama," ucap Lala yang masih dalam gendongan Antonio itu.
"Iya sayang," jawab Antonio yang kemudian membawa Lala masuk ke dalam ruang UGD tersebut.
"Mama...!" panggil Lala pada Laras setelah tiba di ruangan tempat Laras terbaring setelah mendapatkan pengobatan.
"Sayang," Laras berusaha bangun meski kakinya masih terasa sakit sekali akibat tertabrak tadi.
Antonio yang melihat Laras masih kesakitan itu, melarang Laras untuk tidak bangun dulu.
"Laras, kamu jangan bangun dulu kakimu masih sakit itu," kata Antonio mendekat ke tempat tidur Laras itu.
"Gak apa-apa mas sakit sedikit," ucap Laras tersenyum pada Antonio.
"Lala turun ya, kasihan om capek gendong kamu terus," ucap Laras pada putrinya itu.
"Gak apa-apa Laras, aku malah seneng bisa gendong Lala seperti ini," ucap Antonio pada Laras.
"Om baik Lala mau tulun," pinta Lala pada Antonio.
Antonio tersenyum sambil menurunkan Lala dari gendongannya, Lala menghambur ke arah Laras yang masih duduk di atas kasur pasien.
"Mama...," Lala memeluk Laras dan mereka berdua pun saling berpelukan.
Antonio tersenyum melihat Laras dan Lala saling berpelukan, hatinya terasa sangat bahagia melihat mereka berdua dan ada sebuah doa yang dia ucapkan di dalam hatinya ," Ya Tuhan berikanlah jalan agar aku bisa berkumpul bersama istri dan anakku lagi, aku berjanji akan membahagiakan mereka berdua selamanya."
"Mama ayo kita pulang cekalang," ucap Lala sambil melepas pelukannya dari mamanya itu.
"Iya sayang," lalu Laras turun dengan perlahan dari atas tempat tidur itu.
"Laras aku bantu ya, kakimu masih sakit itu," ucap Antonio sambil memegangi lengan Laras dan membantunya turun dari tempat tidur tersebut.
"Om baik kenapa gak pake kulsi loda saja kan kakinya mama masih sakit," tiba-tiba Lala nyeletuk.
"Anak pinter, sebentar om cari kursi roda dulu dan Lala tungguin mama di sini ya," perintah Antonio pada Lala.
Kemudian Antonio keluar dari ruangan itu dan mencari perawat untuk meminta kursi roda. Antonio berjalan mendekat ke arah meja perawat yang sedang berjaga itu.
"Sus, saya minta kursi rodanya," kata Antonio pada perawat itu.
"Baik pak, mari saya antarkan," perawat itupun mendorong kursi roda itu menuju ke ruangan Laras.
Perawat itu kemudian menaruh kursi roda itu tepat di hadapan Laras yang masih berdiri di sisi tempat tidur pasien di temani Lala.
"Mari Bu," perawat itu mendekat ke arah Laras dan membantu Laras untuk duduk di kursi roda.
"Terimakasih sus," ucap Laras dan suster itupun tersenyum.
Kemudian Antonio mendorong kursi roda itu dan keluar dari ruangan UGD sementara Lala berjalan di samping kursi roda mamanya.
Setelah sampai di mobil lalu Antonio membantu Laras turun dari kursi roda dan membantunya masuk ke dalam mobil.
Laras sudah duduk di kursi depan mobil Antonio itu dan Lala duduk di kursi tengah di belakang Laras dan Antonio.
Kemudian Antonio menjalankan mobilnya keluar dari pelataran rumah sakit tersebut.
"Mas. Terimakasih ya sudah bantuin aku hari ini," ucap Laras sambil menoleh pada Antonio yang sedang mengemudi itu.
"Ya Laras," Antonio menoleh pada Laras sambil menyunggingkan senyumnya dan mereka berdua pun saling menatap lagi untuk sesaat.
"Mudah-mudahan hatimu terbuka Laras untuk bisa menerima aku lagi," sebuah doa terucap lagi dari dalam hati Antonio.
"Om baik kalau nyetil itu liatin jalannya jangan liatin mama telus nanti nabak loh....!" teriak Lala dari kursi tengah itu saat melihat Antonio dan Laras saling memandang.
Antonio tersenyum sambil mengalihkan pandangannya dari Laras dan menoleh pada Lala yang menatapnya dengan wajah cemberut.
"Iya maaf ya om tadi lupa," ucap Antonio pada Lala.
Dan tak lama setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di rumah Laras.
Antonio kembali membantu Laras keluar dari mobil dan memapahnya berjalan masuk ke dalam rumah, Lala mengikuti mereka dari belakang.
"Laras. kamu kenapa?" tanya Bu Weni kaget ketika melihat Laras di papah masuk oleh Antonio itu.
"Tadi sewaktu jemput Lala aku ketabrak mobil Bu," ucap Laras yang kemudian duduk di kursi ruang tamu itu.
"Terus kamu terluka? Lala terluka juga?" tanya Bu Weni dengan sangat cemas.
"Aku gak apa-apa Bu, cuma luka sedikit di kaki dan Lala juga gak kenapa-kenapa karena tadi aku mendorong tubuh Lala agar terhindar mobil yang mau menabrak itu."
"Syukurlah, kamu bagiamana?" Bu Weni menatap ke arah kaki Laras yang di perban itu.
"Kakiku sudah di obati Bu. Mas Antonio tadi yang membawa aku ke rumah sakit," ucap Laras pada ibunya itu.
Bu Weni menoleh pada Antonio sambil tersenyum dan berkata," terimakasih ya Antonio sudah menolong Laras," ucapnya.
"Iya Bu," jawab Antonio tersenyum juga pada Bu Weni.
"Nenek, untung tadi ada om baik yang bantuin mama dan bawa mama ke lumah sakit," ucap Lala pada Bu Weni.
Bu Weni tersenyum pada cucunya itu dan meraih tubuh Lala lalu membawanya ke dalam pangkuannya.
"Oh ya, Lala mau buatin teh buat om baik ya...," Lala menoleh pada Antonio yang duduk di depan Laras itu.
"Makasih Lala," Antonio tersenyum pada Lala.