NovelToon NovelToon
Mari Kita Menikah! Tapi...

Mari Kita Menikah! Tapi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Bercocok tanam
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: CatVelvet

"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.

Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.

Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.

Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.

Yuk simak keseruan ^⁠_⁠^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Aku mencintainya

“Tinggalkan gadis itu dan menikahlah dengan Anne,” perintah Bu Vivian.

“Aku mencintainya.” jawab Gyan singkat.

Bu Vivian tak bisa menerima jawaban yang langsung dikatakan dari mulut putranya sendiri. Beberapa saat lalu ia gagal mempertemukan putranya dengan Anne. Tiba-tiba saja mereka bertemu secara kebetulan. Tentu saja Anne bisa mengenali Gyan. Karena Bu Vivian telah mengirimkan foto putranya beberapa hari lalu sebelum menawarkan untuk berkenalan dengan putranya.

Anne mengirimkan foto putranya yang sedang bersama gadis cantik pada Bu Vivian. Namun, saat diperhatikan pakaian gadis itu terlihat sangat sederhana dan terkesan kampungan bagi Bu Vivian. Dia sudah bisa menebak latarbelakang keluarga gadis itu. Pasti bukan dari kalangan orang terpandang dan miskin. Gadis itu tampak sedang menyuapi putranya. Dan Gyan tersenyum menatapnya.

Dari segi apapun, Anne jauh lebih baik darinya. Batin Bu Vivian membandingkan.

“Jangan berbohong. Mana mungkin kamu mencintai seseorang mendadak begini.“

“Bukan mendadak, ma. Tapi sejak lama.“

“Sejak lama??“ Bu Vivian memicingkan matanya.

“Mama mungkin masih ingat. Dia teman kecilku. Jasmine,” ucap Gyan sambil tersenyum.

Jasmine? Siapa dia?

Bu Vivian memutar kembali memorinya di masa lalu. Namun ia tak bisa mengingat dengan pasti. Dia berpikir teman masa kecil yang dimaksud adalah teman semasa sekolah TK atau SD. Tapi mengingat teman-teman sekolah Gyan berada dari kalangan atas. Ia cukup kesulitan mengingat satu persatu teman kecilnya yang berada dikalangan bawah.

“Teman kecilku saat di kampung kakek, ma. Apa mama ingat?“

Teman masa kecilnya dikampung? Yang ku ingat dia tak punya teman satu pun disana. Kecuali…

Deg!

Bu Vivian mengernyitkan dahinya dan menajamkan matanya. Dia menggertakkan giginya. Cih! Jangan-jangan… anak itu!

“Si pembunuh kecil itu?“

Gyan nampaknya tidak suka mendengar ibunya menyebut Jasmine sebagai 'pembunuh'. Dia melawan dengan membalas tatapan tajam ibunya.

“Dia bukan pembunuh.“

“Lalu apa? Apa mama harus menyebutnya pahlawan?? Dia berusaha membunuh putra mama satu-satunya! Hampir saja kau kehilangan nyawa. Seandainya itu terjadi. Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Dan sekarang? Berani-beraninya dia mendekatimu saat aku berusaha membuat masa depanmu lebih cerah dengan pasangan yang jauh lebih baik darinya.”

Suasana diantara ibu dan anak mulai menegang. Namun Gyan tau persis bagaimana menghadapi watak ibunya. Memilih Jasmine sebagai pasangannya memang bukanlah hal mudah. Karena selain dia bukanlah tipe menantu idaman. Ibunya juga tak menyukai Jasmine berserta keluarganya sejak dulu. Untuk itu ia jarang sekali ikut jika kakek mengajak ibunya berlibur ke kampung halaman.

Peristiwa tak disengaja yang terjadi beberapa tahun lalu saat dirinya hampir mati karena tersedak permen yang dikejutkan oleh Jasmine, sama sekali tidak membuatnya marah ataupun merasa dendam. Ia tau persis itu bukan disengaja.

“Ma… aku sudah memaafkannya sejak lama dan sekarang aku memutuskan akan menikahinya.“

“Mama TIDAK MERESTUI! Pokoknya sampai kapanpun mama tidak akan pernah merestui pembunuh itu sebagai menantu! Titik! Lagipula, apa hebatnya keluarga miskin kostor itu?“ tegas Bu Vivian membuat keputusan mutlak.

Hah… ini merepotkan! Batin Gyan.

“Jangan pernah menyebutnya sebagai pembunuh, ma. Dia bukan pembunuh. Dan aku sudah menetapkan akan menikahinya. Aku tidak peduli jika mama tidak merestuinya. Ini adalah pilihan masa depanku sendiri,” ucap Gyan masih mencoba untuk bersabar.

“Gyan!!“ bentak Bu Vivian. Suaranya melengking menggema disetiap sudut ruangan. Dia berdiri dengan cepat dan matanya melotot penuh amarah. Baginya, ketidakpatuhan putranya pada perintahnya adalah sebuah perlawanan keras.

Kenapa dia jadi melawanku seperti ini? Batin Bu Vivian.

Gyan masih tetap dalam posisinya. Duduk dengan mencoba tuk tetap tenang di sofa yang empuk. Hanya saja, matanya tak bisa untuk tidak memandang sinis pada ibunya.

“Selama ini aku selalu menuruti keinginan mama dan berusaha menjadi seperti yang mama inginkan. Bahkan perjodohan yang terus menerus mama lakukan padaku dengan wanita yang sama sekali bukan seleraku. Aku masih tetap menuruti keinginan mama sampai saat itu. Aku menjalani keinginan mama dengan sabar. Pada akhirnya aku sadar tak ada satu pun diantara mereka yang cocok bersanding denganku. Hanya Jasmine. Aku ingin dia, ma. Hanya dia.“ tegas Gyan sampai mengulangi kata-kata terakhirnya.

Bu Vivian mengepalkan kedua tangannya dengan erat hingga gemetar. Amarahnya seolah merayap menguasai dirinya sampai ke ubun-ubun.

“Mama selama ini berjuang membesarkan kamu sejak dalam kandungan hingga kamu tumbuh menjadi dewasa. Memfasilitasi semua kebutuhan kamu dengan baik sampai kamu memiliki bekal yang cukup untuk menjadi orang yang sukses. Tapi seperti ini balasan kamu terhadap mama?? Iya?? Kamu sekarang melawan mama demi gadis pembunuh itu?!“

Gyan memijat pelipisnya. Padahal hari ini dia sudah merasa cukup lelah dan ingin beristirahat. Dia sudah mencoba sesabar mungkin. Tapi ibunya terus saja memprovokasi amarahnya. Apakah masih ada sisa kesabaran lagi? Rasanya benar-benar muak jika harus mengikuti semua kemauan ibunya. Bukan berarti dia tak menyayangi ibunya. Hanya saja, ia seperti hidup tanpa memiliki hak untuk masa depannya sendiri. Untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Sedari kecil, ia selalu menuruti dan menjadi apa yang ibunya inginkan. Kekangan itu membuatnya seperti boneka yang selalu dikendalikan. Ada perasaan ingin bebas yang tumbuh seiring berjalannya waktu.

Gyan menghela napas panjang dan beranjak berdiri dihadapan ibunya dengan tegak. Matanya menatap lurus.

“Aku tidak bermaksud melawan mama dengan kurang ajar. Tapi… apakah mama menganggap ku sebagai boneka? Yang bisa selalu mama gerakkan sesuka hati? Apakah mama melihatku sebagai anak? Sebagai manusia yang memiliki hak atas kehidupannya sendiri? Apakah kepatuhan ku selama ini tak cukup memuaskan bagi mama? Apakah mama tidak melihat bagaimana aku tumbuh dan berjuang untuk menjadi seperti apa yang mama inginkan? Hanya demi mewujudkan rasa bangga mama dan juga membuat mama senang, meski banyak hal yang sebenarnya tidak sejalan dengan keinginanku. Tidak bisakah aku memilih kebahagiaanku sendiri? Bukan hanya mama saja yang ingin bahagia. Tapi aku juga ingin bahagia dengan caraku.“

“Tapi tidak kali ini, Gyan! Wanita yang jauh lebih baik, kan, banyak selain gadis itu!“ bentak Bu Vivian tetap pada pendiriannya.

Astaga… benar-benar. Keluh Gyan dalam hati.

“ITU MENURUT MAMA!“ tegas Gyan dengan nada penekanan. Gyan menyisir rambutnya dengan sela-sela jari tangannya ke belakang. Entah harus berkata apalagi supaya ibunya bisa mengerti. Kepalanya sudah mulai terasa penat. Melihat ibunya mulai berkaca-kaca, Gyan menghela napas panjang kembali mengatur kesabarannya.

“Apa mama tidak sadar kalau mama begitu egois? Aku sangat lelah. Jangan memprovokasi ku lebih jauh, ma. Aku tidak ingin menyakiti mama dengan kata-kata yang tidak dapat ku kontrol. Aku akan mengantar mama pulang sekarang.“

“Keluarkan saja! Keluarkan saja semua kata-kata menyakitkan yang mau kamu katakan sama mama! Keluarkan semuanya sampai tak tersisa! Untuk apa kamu mikirin perasaan mama lagi? Bukannya kamu sudah nggak butuh mama? Bukannya kamu lebih membela gadis itu?!“ sergah Bu Vivian.

“Vivian?!“ panggil seorang pria paruh baya yang tiba-tiba saja datang, yang tak lain adalah ayah Gyan. Pak Irwan. Ia datang dengan setelan casual nya.

Istri dan putranya menoleh serentak. Pak Irwan menatap mereka dengan tatapan penuh tanya. Seakan ingin tau bagaimana awal mula perdebatan sengit diantara mereka. Dan permasalahan apa yang tengah mereka bahas dengan begitu mendesak diwaktu yang selarut ini.

“Papa?“

“Ada apa ini? Sudah larut malam begini malah ribut-ribut. Suara tinggi kalian sampai terdengar dari luar, tau?!“

Bu Vivian terkulai lemas terduduk di sofa sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya sambil terisak tangis. Pak Irwan segera menghampiri istrinya dengan perasaan cemas dan merangkul tubuhnya.

“Pa… aku nggak bermaksud menyakiti mama,” ucap Gyan lirih meluruskan kesalahpahaman.

“Kita akan bahas besok. Ini sudah malam. Lebih baik kalian tenangkan pikiran kalian masing-masing,” pinta Pak Irwan. “Ayo, ma, kita pulang,” lanjutnya sambil membantu istrinya berdiri dan memapah untuk beranjak pulang. Bu Vivian menuruti tanpa memprotes apa-apa. Masih dengan Isak tangisnya.

“Kalau begitu hati-hati dijalan, pa. Kabari aku jika sudah sampai.“

Gyan mengantar kepulangan kedua orangtuanya hingga mobil mereka tak terlihat lagi dalam pandangannya. Ia juga meminta salah satu satpam dirumahnya untuk mengantar mobil milik ibunya ke rumahnya besok pagi-pagi sekali.

Dengan langkah gontai memasuki rumah. Tubuhnya pun pasrah langsung ambruk di sofa yang empuk. Ia meletakkan punggung tangannya pada dahinya dengan kepala yang bersandar sedikit menengadah keatas.

Jasmine… lihatlah bagaimana aku membelamu sampai seperti ini. Bukankah aku harus mendapatkan balasan yang setimpal saat kau jadi milikku?

***

1
Roxanne MA
yuk bantu ramein karya ku jugaa💖
Roxanne MA
akhirnya up jugaa
ARM
oke kak siyap 👍🏻
ARM
Terima kasih banyak kak🙏🏻 btw aku masih pemula, banyak kesalahan yg perlu ku koreksi 🙏🏻☺️
Roxanne MA
lanjut thor
Roxanne MA
baru awalan bab sudah sebagus inii
riniasyifa
Semangat terus berkarya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!