NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Mencari Istrinya

Semalaman Rayyan tak bisa memejamkan mata karena memikirkan Nayla yang belum juga pulang. Ia ingin menghubungi dua sahabat dekat istrinya Tania dan Alika. Tapi ia tak bisa karena tak memiliki nomor mereka. Saat mencoba menghubungi Nayla lagi, panggilannya tetap tidak diangkat.

“Arrrgh! Kamu kemana Nayla!” teriak Rayyan frustasi, sambil meremas rambutnya sendiri. Ia berjalan mondar-mandir, pikirannya dipenuhi kemungkinan-kemungkinan buruk.

Ia meletakkan salah satu tangannya di pinggang. “Aku gak bisa terus-terusan begini. Aku harus langsung ke sekolah, siapa tau Nayla sudah ada di sana,” ucapnya meyakinkan diri sendiri.

Rayyan pun bergegas masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan bersiap menuju sekolah. Setelah selesai, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengemudikan mobil menuju SMA Brawijaya. Ia begitu rindu istrinya dan sangat ingin tahu alasan kenapa Nayla tak pulang. Tak butuh waktu lama, mobil Rayyan pun sampai di parkiran SMA Brawijaya. Ia turun sambil menatap sekeliling berharap menemukan sosok Nayla.

Namun hingga tiba di depan ruang guru, Rayyan tak menemukan istrinya. Justru yang terlihat adalah Dafa bersama dua temannya, duduk santai di koridor dekat ruang guru.

Rayyan melangkah mendekati mereka, membuat ketiganya Dafa, Arel, dan Rion menatap sang guru Matematika baru itu.

“Dafa bisa kita bicara sebentar?” tanya Rayyan dengan pandangan serius.

Dafa membalas dengan pandangan malas. “Gak ada yang perlu dibicarakan Pak,” jawabnya, sebelum menoleh ke Arel dan Rion.

Rayyan mengeraskan tatapannya. “Ini soal Nayla,” tegasnya.

Mendengar nama gadis yang dicintainya Dafa langsung menoleh dengan perhatian penuh. “Kenapa dengan Nayla?” tanyanya cepat.

Rayyan melirik Arel dan Rion bergantian.

Arel dan Rion saling berpandangan, paham maksud Rayyan. Tanpa diminta, mereka berdiri dan menjauh, meskipun sebenarnya rasa penasaran menyelimuti mereka.

“Jadi apa yang mau Bapak bicarakan?” tanya Dafa langsung ke intinya.

“Nayla di mana?” balas Rayyan bukannya menjawab.

“Maksud Bapak?” Dafa mengernyit tak paham. “Tentu saja saya gak tau. Kenapa Bapak malah tanya soal Nayla ke saya?”

“Karena kamu satu-satunya cowok yang dekat sama dia!” jawab Rayyan tatapannya tajam menusuk.

Dafa terlihat tak terima. “Kalaupun saya dekat itu bukan salah. Nayla itu mantan pacar saya!” katanya lugas.

“Itulah kenapa saya tanya ke kamu, dia di mana sekarang!” ulang Rayyan, suaranya menegang, tangan terkepal menahan emosi menghadapi cowok tengil di depannya.

Dafa mendengus. “Meski begitu bukan berarti saya tau keberadaan Nayla Pak,” jawabnya, menatap mata Rayyan dengan tegas.

Rayyan terdiam.

“Kalau Bapak gak tau Nayla di mana, seharusnya yang Bapak tanya itu orang tuanya bukan saya!” lanjut Dafa datar.

Kali ini Rayyan tersadar. Benar juga kenapa ia tak memikirkan untuk menghubungi ayah Nayla? Tanpa bicara sepatah kata pun lagi, ia berbalik dan berjalan cepat menuju ruang guru.

Dafa memandangi punggung Rayyan yang menjauh. Ia hanya mendengus kesal, lalu kembali ke tempat semula, menghampiri Arel dan Rion.

“Apa katanya Daf?” tanya Rion sambil mengamati Rayyan yang menghilang di balik pintu ruang guru.

“Cuma nanyain Nayla,” jawab Dafa sambil duduk kembali.

“Terus?” Arel ikut bertanya.

“Udah cuma itu aja.”

“Daf lo gak curiga sama Pak Rayyan? Gak biasa loh ada guru se peduli itu sama siswanya. Jangan-jangan dia suka sama Nayla,” ucap Arel sambil menyipitkan mata.

“Bener. Waktu awal ngajar juga aneh langsung nyuruh Nayla ngerjain soal. Sekarang malah nyariin,” sambung Rion.

Dafa diam hatinya seperti ditusuk.

“Apa jangan-jangan karena ini Nayla mutusin gue?” batin Dafa sedih.

“Gue gak tau.”

“Lo gak kepikiran buat minta bokap lo berhentiin Pak Rayyan dari sekolah ini?” tanya Arel lagi.

“Belum gue omongin,” jawab Dafa malas.

“Kenapa?” tanya Rion heran.

“Hati gue belum sembuh Ri. Nayla mutusin gue gitu aja,” jawab Dafa lirih.

Arel dan Rion saling menatap merasa kasihan. Dulu Dafa cuek dan suka main-main dengan banyak cewek. Tapi sekarang dia berubah, dan semua itu karena Nayla.

Di ruang guru, Rayyan mengambil ponselnya dan langsung menekan nomor Aditama. Di deringan ketiga, suara Aditama terdengar.

“Hallo assalamu’alaikum, Rayyan.”

“Wa’alaikumussalam Yah,” jawab Rayyan.

“Ada apa Ray? Gak biasanya kamu telepon. Gimana kabar kamu sama Nayla? Apa dia istri yang baik?”

Rayyan diam mendengar pertanyaan itu. Ia makin yakin, Nayla tidak di rumah orang tuanya.

“Rayyan? Masih di sana?” tanya Aditama heran.

“Iya maaf Yah. Aku dan Nayla baik-baik saja. Dia jadi istri yang sangat baik,” jawab Rayyan cepat.

“Alhamdulillah kalau begitu.”

“Ayah sendiri gimana? Sehat?” tanya Rayyan mengganti topik.

“Alhamdulillah sehat Nak.”

Hening sesaat.

“Rayyan Ayah boleh tanya sesuatu?”

“Tentu Yah. Apa?”

“Kalau suatu saat Ayah dan Mama mau ke rumah, boleh kan?”

Rayyan tertawa kecil. “Ayah nanya apa sih? Tentu boleh! Rumah kami juga rumah Ayah.”

Aditama terkekeh. “Takutnya kalian sibuk jadi Ayah nanya dulu.”

“Gak Yah. Kami gak sibuk,” ucap Rayyan meski dalam hati khawatir karena Nayla belum juga pulang.

“Kalau begitu nanti Ayah, Mama, sama Pandu bakal main ya.”

“Iya Yah.”

“Ya sudah. Takutnya kamu lagi sibuk. Ayah juga mau kerja.”

“Iya. Hati-hati di jalan Yah.”

“Terima kasih Rayyan.”

“Sama-sama Yah.”

Telepon terputus. Rayyan menatap ponselnya dalam diam, pikirannya masih dipenuhi tanda tanya tentang keberadaan Nayla. Tapi tak lama, matanya menangkap sosok Tania sedang berbicara dengan Bu Nica.

“Saya akan segera ke sana,” kata Bu Nica.

“Terima kasih Bu. Kalau begitu saya permisi,” ujar Tania sambil sedikit membungkuk, lalu pergi meninggalkan ruang guru.

Rayyan yang melihat itu langsung berpikir, “Pasti dia tau Nayla di mana sekarang.”

Bel istirahat berbunyi. Siswa-siswi berhamburan ke kantin, termasuk Tania dan Alika. Namun langkah mereka terhenti di koridor saat mendapati Rayyan sudah berdiri menunggu. Tania dan Alika menatapnya dengan wajah dingin.

“Dimana Nayla? Setelah pergi sama kalian dia gak pulang,” ucap Rayyan langsung.

“Mana kita tau! Harusnya Anda yang lebih tau Anda kan suaminya,” ucap Alika pelan namun tegas. “Bukan malah jalan sama cewek lain di restoran dan Auuu...!” teriak Alika saat Tania mencubit perutnya.

Rayyan mengernyit. “Kalian tau saya sama perempuan lain dari mana?” tanyanya curiga.

“Ya tau dong! Kita lihat sendiri! Gak usah ngeles deh,” sahut Tania sambil menepuk jidat, kesal karena Alika keceplosan lagi.

Alika langsung menutup mulutnya sendiri. “Astaga mulut ini nyusahin banget!” rutuknya dalam hati.

Rayyan perlahan mulai mengerti alasan Nayla tidak pulang. Ia yakin Nayla cemburu saat melihatnya bersama Rena. Ada rasa senang, karena itu artinya Nayla peduli. Tapi tetap saja, ia harus tau di mana Nayla sekarang.

“Jadi sekarang Nayla dimana?” tanya Rayyan tatapannya tertuju pada Tania.

“Gak tau! Dan kalau pun tau, kami gak bakal kasih tahu!” jawab Tania sambil menarik Alika menjauh.

Rayyan tak mengejar, hanya menatap punggung mereka. Ia berpikir keras kemana Nayla akan pergi? Hingga akhirnya sebuah tempat muncul di benaknya.

“Pasti di sana!” ucap Rayyan yakin, lalu kembali ke ruang guru mengambil kunci mobil. Kebetulan jam pelajaran berikutnya kosong, sehingga ia bisa langsung pergi dan mencari istrinya.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!